Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

Jeruk Kedang Terancam Punah

Jeruk Kedang Terancam Punah

Selain kekayaan laut seperti ikan paus, Kabupaten Lembata juga memiliki kekayaan alam lainnya yang belum diperhatikan secara serius. Salah satu kekayaan alam Lembata yang sempat menjadi primadona yaitu jeruk kedang atau lebih dikenal dengan sebutan Mude Hongkong. 

Sekitar satu dekade yang silam, jeruk kedang masih menjadi kebanggaan dan buah bibir masyarakat di ujung timur pulau Lomblen-Lembata sebab melalui jeruk kedang, ekonomi masyarakat bisa terbantu. 

Banyak orang hebat Lembata termasuk para wakil rakyat di Peten Ina – barangkali mereka lupa – yang sukses dalam dunia pendidikan tidak terlepas dari sumbangan jeruk kedang. Para orangtua mengongkos anak-anaknya untuk mengenyam pendidikan tinggi secara lebih gampang karena pada waktu itu jeruk kedang sangat laris dalam dunia pasar. 

Biasanya dijual dengan harga yang lumayan mahal tapi sangat laku di hadapan para pembeli. Jeruk ini bukan hanya laris terjual di wilayah Kabupaten Lembata tapi juga mencakup wilayah-wilayah lain di NTT bahkan Timor Leste.

Namun, akhir-akhir ini, nama besar jeruk kedang dalam dunia pasar tak kedengaran lagi karena hampir punah diserang hama. Entah hama jenis apa yang menyerang tumbuhan berkelas itu tapi yang pasti jeruk kedang terancam punah dan sangat membutuhkan pertolongan dari mereka yang profesional. 

Masyarakat Lembata khususnya di Kedang pasrah dengan nasib buruk yang menimpah kehidupan mereka sebab sampai saat ini belum diketahui secara detail solusi sistematis yang dilakukan oleh Pemerintah bersama para wakil rakyat Lembata. 

Media-media lokal yang meliput berita di Lembatapun jarang memberitakan informasi seputar proses penanganan jenis komoditi masyarakat Lembata tersebut. Barangkali, kekurangan informasi ini memberi tanda bahwa pemerintah belum melakukan terobosan jitu untuk menangani masalah urgen tersebut sebab  biasanya media lokal selalu “mengejar” tindakan yang dilakukan oleh Pemerintah, atau sudah dilakukan tapi kurang efektif.

Siapa yang Bertanggung Jawab?

Dalam rangka memajukan ekonomi masyarakat Lembata, Pemerintah mesti bergerak dari konteks dan situasi yang ada di tengah masyarakat bukan rajin melakukan terobosan bergengsi yang hasilnya misterius, festival tiga gunung misalnya. 

Kegiatan bergengsi seperti hal di atas tentunya membutuhkan biaya yang super mahal dan konsentrasi serius dalam menangani masalah urgen masyarakat akan terlupakan.

Penulis membandingkan terobosan bergengsi tersebut untuk mengukur sejauh mana perhatian serius Pemerintah bersama wakil rakyat dalam mengeksekusi solusi yang langsung pada fakta di tengah masyarakat. 

Hipotesisnya ialah, terobosan-terobosan atau kreativitas besar pemerintah Lembata sedang membungkam masalah urgen yang terjadi di tengah masyarakat yang seharusnya menjadi puncak dari politik. Pemerintah Lembata menjadi tenar dalam media massa baik cetak maupun elektronik karena terobosan besar seperti F3G atau rencana pembangunan stadion di puncak gunung aktif Ile ape tapi masalah-masalah yang menimpah dan merugikan masyarakat terbungkam. 

Berapa banyak anggaran negara yang mubazir dari kasus Wei lain, kantor camat buyasuri yang masih menjadi museum, Rumah Sakit Penyanggah di Omesuri, kasus Awololonng yang kontroversial, kebakaran hutan dan masih sangat banyak kasus lainnya?  Media mesti melacak sampai ke akar. Barangkali benar, Lembata layak dideklarasi sebagai kabupaten penumpuk kasus.

 Pertanyaanya ialah, siapa yang bertanggung jawab terhadap punahnya jeruk kedang dan masalah-masalah lain yang terlupakan? Tentunya menjadi tanggung jawab semua pihak sesuai dengan klasifikasi profesinya. 

Namun, pemerintah adalah penanggungjawab utama. Dinas yang bekerja di bidang pertanian mesti bergerak cepat dan serius untuk menangani masalah jeruk kedang yang terancam punah sebab tanpa solusi sistematis, masyarakat Lembata kehilangan satu lapangan pekerjaan yang memberi peluang ekonomi memadai. 

Selain kompanye suksesnya bisnis bawang merah, kompanyekan juga solusi menangani jeruk kedang sebab masyarakat kecil tidak membutuhkan teori luar biasa dari pemerintah – misalnya deklarasi Lembata kabupaten literasi tanpa bukti – tapi mereka membutuhkan solusi yang mengangkat langsung dan menyelamatkan komoditi yang ada di kampung halaman mereka.

 


 Terhadap hal ini, anggaran khusus di bidang pertanian mesti diperhatikan secara serius agar tidak mubazir dan hal ini membutuhkan perhatian serius dari para Wakil Rakyat yang baru saja bersumpah di hadapan Kitab Suci. Dana desa barangkali perlu dianggarkan untuk masalah punahnya jeruk manis Kedang.


Baca Juga:

ritual poan keu leu masuk suku di kedang.

             

Post a Comment for "Jeruk Kedang Terancam Punah"