Proyek Mangkrak: Bukti Hoaks Besar untuk Masyarakat Lembata?
Proyek Mangkrak: Bukti Hoaks Besar untuk Masyarakat Lembata?
Rocky
Gerung, salah seorang kritikus konsisten di Indonesia, dalam sebuah kesempatan
pernah bilang, pemerintah adalah penyebar hoaks paling baik.
Ungkapan sang kritikus yang lincah bermain kata-kata tersebut mau menegaskan bahwa penyebaran hoaks di Indonesia bukan hanya dilakukan oleh oknum-oknum nonpemerintah melainkan juga ada potensi dilakukan oleh kaum elit dalam tubuh pemerintah.
Sebab
menurutnya, semua peralatan teknologi dan perkembangannya di Indonesia dikuasai
secara baik oleh pemerintah. Karena itu, hoaks yang disebarkan melalui media
digital kemungkinan juga dilakukan oleh pera elit menurut Rocky. Pertanyaannya,
bagaimana sistem hoaks tingkat lokal di Lembata?
Tulisan kecil ini akan membahas seputar hoaks yang ada di Kabupaten Lembata. Namun, sebelum maju lebih detail, mari kita lihat dulu apa itu hoaks?
Menurut
kamus bebas wikipedia, hoaks adalah kata
lain dari berita bohong. Hoaks diartikan sebagai informasi yang sesungguhnya
tidak benar tetapi dibuat seolah-olah benar adanya. Tujuan berita bohong
menurut wikipedia ialah membuat
masyarakat merasa tidak aman, tidak nyaman dan kebingunggan. Itu menurut wikipedia.
Lalu
apa sesungguhnya relevansi hoaks dengan proyek mangkrak di Lembata sesuai judul
tulisan kecil ini? Dalam pemahaman yang lebih sederhana, hoaks berarti menipu
orang, kampanye kolong-pohong sebagaimana
janji-janji politik sebelum Pemilihan Umum.
Dengan
demikian, maka isi artikel ini mau menegaskan satu hal bahwa hoaks berkaitan
dengan penipuan publik yang dapat diamati melalui proyek-proyek mangkrak di
Lembata.
Mengapa
penulis mengaitkan proyek mangkrak dengan hoaks? Jawabannya amat sederhana
bahwa janji dari pemerintah untuk membangun proyek dengan cita-cita demi
kesejahteraan masyarakat Lembata tidak tercapai. Artinya, apa yang dibicarakan
tidak sesuai fakta. Itu berarti, pemerintah sedang menyebarkan hoaks.
Mereka
berjanji mau menyejahterakan rakyat Lembata dengan membangun proyek raksasa
bernilai miliaran rupiah. Namun, hasilnya mangkrak dan masyarakat pun tidak
menikmati proyek itu. Masyarakta dirugikan.
Sekali
lagi, itu berarti proyek mangkrak yang ada di Lembata merupakan bukti fisik
dari hoaks besar yang dibuat oleh Pemerintah Daerah untuk masyarakat Lembata.
Pemerintah
dengan penuh keyakinan berjanji mambangun proyek untuk mencapai cita-cita
kolektif masyarakat Lembata. Namun, ternyata itu hanyalah ungkapan palsu, jauh
dari idealisme yang ada dalam otak Pemerintah Daerah dan juga harapan
masyarakat.
Kita
ambil contoh proyek wei lain di
Kedang yang dibangun sejak lama – periode pertama Eliaser Yentji Sunur-Viktor
Mado – dengan biaya di atas Rp. 20 miliar. Apa hasilnya kini untuk orang
Kedang? Apakah penduduk keturunan Uyolewun tersebut sudah berbahagia sampai
lompat-lompat atau menari keliling gunung karena menikmati wei lain?
Ataukah
kini, harapan itu masih belum dicapai secara sempurna? Padahal dari segi biaya,
proyek itu sudah makan uang terlalu banyak juga dari segi waktu sudah terlampau
lama.
Barangkali,
proyek tersebut hanya dijadikan komoditas untuk meraih suara mayoritas orang Kedang
dalam sebuah pertandingan politik lima tahunan. Ya, bisa jadi begitu, politik
menghalalkan segala cara atau memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan.
Intinya
ialah, proyek mangkrak atau hasil yang tidak berbanding lurus dengan anggaran
daerah yang dikeluarkan merupakan bukti hoaks besar untuk orang Lembata. Hoaks
atau informasi bohong itu sangat nyata di depan mata.
Selain
wei lain, ada juga Awololong, Kantor Camat Buyasuri dan barangkali masih ada
yang lain. Ketika kata-kata rayuan saat kampanye politik tidak sesuai fakta
lapangan, maka itu sesungguhnya hoaks yang bisa dimengerti secara sederhana.
Pertanyaan
lainnya ialah, kapan hoaks itu berubah menjadi berita benar? Jawabannya jelas,
sampai proyek-proyek tersebut tidak disebut lagi sebagai proyek mangkrak. Juga,
sampai masyarakat Lembata menikmati proyek tersebut demi kesejahteraan mereka.
Jika
belum sampai pada taraf itu, sesungguhnya proyek mangkrak merupakan hoaks
terbesar untuk orang Lembata.
Masyarakat Harus Sadar
Pertanyaan pokoknya ialah apakah masyarakat Lembata sedang menyadari bahwa mereka ditipu oleh Pemerintah Daerah? Apakah mereka melihat proyek mangkrak di Lembata sebagai bukti dari kampanye atau janji bohong? Atau mayoritas masyarakat Lembata menganggap bahwa proyek mangkrak di Lembata bukanlah bukti hoaks?
Bisa
jadi begitu. Sebab, masih banyak orang yang memuji kinerja pemerintah Lembata
dengan cara melakukan demonstrasi mendukung pembangunan di Awololong.
Namun,
pertanyaan di atas sesungguhnya sudah menemukan jawabannya pada diri banyak
orang Lembata yang mati-matian berjuang menentang kegagalan dari proyek-proyek
raksasa di Lembata. Mereka berjuang dengan motivasi tulus.
Oleh
karena itu, perjuangan mereka mesti pula didukung oleh para politisi yang punya
pendapatan besar di peten ina. Partai politik juga mesti bersuara bulat
mendukung perjuangan mereka. Ada Golkar, PDI-P, Gerindra, PKB dan lain-lain.
Apakah
mereka pernah bersuara bulat melawan carut-marut di balik proyek tersebut? Apakah
Ketua Partai bersama pengurus lainnya pernah berjuang bersama masyarakat Lembata untuk membongkar
kejahatan pembangun di Lembata? Atau, jangan sampai para pengurus partai justru
penyebab dari proyek-proyek mangkrak tersebut? Artinya, Mereka ada sebagai pelaku hoaks. Masyarakat Lembatalah yang
memberikan penilaian obyektif.
Selain
itu, perjuangan progresif orang Lembata mesti juga mendapat kepastian di
tingkat hukum. Semoga Polda NTT juga secepatnya membuka segala rahasia busuk di
balik proyek-proyek mangkarak, terlebih Awololong. (Admin)