Omong Pestisida, Hari Terakhir Bersama Dinas PMD di Desa Dulitukan
RakatNtt.com – Jumad, 17 November 2023, Desa Dulitukan di Kecamatan Ile Ape, Lembata, menjadi tempat terakhir, saya bersama Dinas PMD Lembata berbicara tentang 10 Obyek Pemajuan Kebudayaan yang merupakan program dari dinas tersebut.
Pose bersama warga Dulitukan |
Desa Dulitukan menjadi salah satu Desa binaan yang menerima kami dalam kegiatan ini. Sudah 7 kali Dinas PMD Lembata melakukan program binaan di Desa tersebut.
Kami diterima oleh Kepala Desa bersama warga yang diundang untuk hadir dalam kegiatan tersebut. 10 OPK diatur dalam UU No. 5 tahun 20217 tentang pemajuan kebudayaan.
Terdapat empat poin penting dalam undang-undang tersebut yakni upaya perlindungan, pengembangan, pemanfaatan dan pembinaan. Selain itu, pemajuan kebudayaan menurut pasal 1 UU No. 5 tahun 2017 yakni upaya meningkatkan ketahanan budaya dan kontribusi budaya Indonesia di tengah peradaban dunia melalui upaya perlindungan, pengembangan, pemanfaatan dan pembinaan kebudayaan.
Warga yang hadir mayoritas adalah orangtua sedangkan kaum muda hampir tak terlihat batang hidung mereka dalam kegiatan tersebut. Pasifnya keterlibatan anak muda dalam kegiatan ini menjadi salah satu masalah dalam proses pemajuan kebudayaan.
Hal ini menjadi refleksi bersama dalam kegiatan tersebut. Dari 10 OPK yang dibahas, Pengetahuan Tradisional dalam hal ini, pangan lokal menjadi topik yang paling hangat dibahas dalam kesempatan tersebut.
Beberapa warga yang memberikan pikiran mengatakan, pestisida menjadi salah satu masalah dalam proses budidaya pangan lokal. Bapak Gregorius Jeriaman misalnya, mengatakan pestisida dan juga pupuk kimia memiliki dampak buruk bagi ketahanan pangan lokal, khususnya ubi dan kacang-kacangan.
Ia bahkan mengkritisi Pemerintah yang menyumbang pupuk kepada warga petani desa tanpa memberikan penjelasan seimbang tentang dampak dari pupuk.
“Pemerintah sumbang kita pupuk tapi tidak beri penjelasan tentang dampak buruk dari pupuk, mereka hanya omong yang baik-baik semua,” ungkapnya.
Rupanya, Gregorius Jeriaman adalah seorang warga yang tidak menggunakan pupuk maupun pestisida. Warga lainnya pun menjelaskan hal yang sama.
Dalam kaitan dengan pangan lokal, pengakuan warga di kampung bahwa pangan lokal sudah jarang dikonsumsi, apalagi bagi anak-anak.
Bahkan salah satu jenis jagung lokal di desa tersebut sudah punah. Oleh karena itu, pada kegiatan tersebut, saya coba memberikan pikiran saya bahwa hal pertama yang mesti dilakukan untuk mengakrabkan kembali lidah orang Dulitukan dengan pangan lokal yakni ubah pola pikir negatif terhadap pangan lokal.
“Kita harus mengubah pola pikir dan bangga terhadap pangan lokal kita. Barangkali ada yang bilang kalau makan ubi, jagung dan kacang dianggap kolot, orang miskin, makanan tidak sehat dan lain-lain. Stigma negatif seperti itu harus dihilangkan. Kita harus bangga makan ubi dan lain-lain yang sudah ada di desa kita,” saya coba meyakinkan warga yang hadir.
Hujan sudah datang, saya mengajak warga yang hadir untuk menanam banyak pangan lokal di kebun bukan bergantung pada beras dengan mengeluarkan banyak uang. Kegiatan ini menjadi sosialisasi yang baik bagi warga untuk kembali melihat potensi budaya pangan lokal di desa tersebut.
Akhir dari kegiatan ini, sesuai program kerja dari PMD, warga dan Pemdes diminta untuk membuat dokuman kebudayaan desa yang memuat OPK yang sangat potensial di desa tersebut. warga akan membentuk tim pentyusun dokumen. Semoga harapan ini terjawab.***
Luar biasa pak.., semangat guru
ReplyDelete