Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

Arti Kata Maren dalam Bahasa dan Budaya Kedang di Lembata

 

Ilustrasi Foto Pexel

RakatNtt - Kata maren sering terdengar dalam ungkapan orang Kedang di Lembata, provinsi Nusa Tenggara Timur. Dalam bahasa setiap hari, kata maren sering digunakan antara lain untuk memberi tanda tentang kepemilikan.

Misalnya jika ada seorang pemilik pohon mangga ingin memberi tanda (hading) pada pohon mangganya agar tidak dicuri orang, maka mangga itu disebut sebagai mangga maren (peu maren) karena sudah ada tandanya.

Namun, lebih jauh kata maren dapat dipahami jika memiliki gabungan dengan kata yang lain.

Berikut beberapa arti kata maren dalam bahasa Kedang dan digunakan dalam budaya Kedang.

Pertama, kata maren berarti sesuatu yang sakral. Dalam tradisi ritus tradisional di Kedang, dikenal ada tempat-tempat atau pohon tertentu yang dikeramatkan karena memiliki nilai sakral. Pohon-pohon itu tidak boleh ditebang karena sebagai tempat melakukan ritual, misalnya ite maren (pohon rita yang sakral) atau ada tempat sakral yang tak boleh dimasuki sembarangan, misalnya e’a maren (tempat sakral atau dikeramatkan).

Dengan demikian, kata maren pada makna pertama ini berarti sesuatu yang sakral.

Kedua, kata maren juga berarti sakral yang melekat pada manusia atau dukun. Dukun adat atau molan sering disebut lengkap dengan frasa molan maren yang berarti dukun yang sakral, orang yang memiliki kharisma atau kekuatan sendiri. Makanya disebut sebagai molan maren.

Ketiga, kata maren juga berarti larangan. Pada bagian awal tulisan ini sudah dijelaskan misalnya seorang mau memberi tanda pada pohon mangganya agar tidak dicuri orang. Maka ia akan memberi tanda (hading) agar mangganya itu tak boleh dicuri.

Post a Comment for "Arti Kata Maren dalam Bahasa dan Budaya Kedang di Lembata"