Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

Jangan Kambinghitamkan Penjual Tuak-Arak

 



 

RakatNtt - Salah satu faktor tawuran adalah mabuk alkohol. Solusinya, larang produksi tuak-arak? Lalu bagaimana dengan bir anggur yang dilindungi negara? Kita melarang mama-mama atau petani kecil di kampung iris tuak dan masak arak tapi tidak mengkritik bir anggur milik pengusaha yang dijual secara legal. Apakah orang mabuk hanya minum tuak-arak? Tidak, orang mabuk juga minum bir dan anggur!

Banyak yang memberikan komentar bahwa solusi untuk menghilangkan tawuran adalah melarang produksi tuak-arak. Padahal tanpa kita sadari, solusi semacam ini sedang menunjukkan sebuah ketidakadilan. Para petani kecil yang mencari uang dari tuak arak akan kehilangan mata pencaharian. Mereka bukan ASN atau pejabat atau pun pengusaha kaya raya. Mereka hanya iris tuak dan masak arak beberapa botol di kebun terpencil.

Hal lainnya adalah mereka menjual tapi tidak memaksa orang untuk beli. Mereka menjual tapi tidak memaksa orang untuk mabuk. Artinya, yang salah bukan penjual tuak arak tapi orang yang mengonsumsi tanpa mengukur kemampuan.

Minuman Istimewa

Tuak atau arak adalah minuman istimewa dalam tradisi kita di Lembata. Karena istimewa, tuak selalu menjadi bagian dalam ritus adat yang sakral. Tak ada tuak maka ritus tak akan jalan. Namun, maknanya adalah tuak hanya sebagai miinuman istimewa bukan untuk mabuk-mabukkan atau berlebihan. Orang yang mabuk tuak sudah pasti bukan saat melakukan ritus tapi pada kegiatan lain yang bersifat profan misalnya pesta nikah, hari pasar dll. Artinya definisi tuak arak sudah bergeser.

Dari minuman istimewa untuk persahabatan misalnya, berubah menjadi minuman keras yang berakibat fatal. Dengan demikian, yang salah bukan mereka yang memproduksi tuak tetapi yang minum tuak berlebihan tanpa kontrol. Maka melarang memproduksi tuak arak adalah sebuah solusi cacat, ilusif dan tidak adil.

Kita juga bisa membandingkan orangtua yang minum tuak saat pesta adat tak pernah mabuk dan tawuran tetapi anehnya anak-anak remaja mabuk dan bisa tawuran. Ada dua hal yang berbeda di sini. Mengapa ada orang minum tuak tapi tidak mabuk? Mereka justru menikmati tuak sambil bernyanyi. Ada pula yang mabuk lalu baku pukul. Dari 2 hal berbeda ini, kita bisa tarik benang merah bahwa tawuran bukan semata-mata disebabkan karena minum mabuk melainkan karena ada faktor lain misalnya dendam lama, persaingan antar-kampung dll. Tuak hanya sebagai tambahan.

Beberapa informasi ini mau menegaskan kepada kita bahwa mengkambinghitamkan para penjual tuak sebagai penyebab awal tawuran adalah pikiran yang bengkok. Sebab di balik tuak-arak, ada harapan yang harus dipenuhi. Harapan agar bisa ongkos anak sekolah; harapan agar bisa beli pulsa kasih anak yang tiap hari telepon minta pulsa dan ini itu yang lain.

Melarang produksi tuak arak berarti kita sedang melarang ritus adat yang merupakan agama lokal di Lembata. Pertanyaan lainnya, siapa yang berhak melarang? Bupati? Padahal Bupati juga tahu minum tuak. Polisi? Padahal banyak oknum polisi yang tahu minum tuak. Lalu siapa yang berhak? Tidak ada! Artinya, solusi ini bersifat ilusif dan tidak adil.

Dengan melarang jual tuak arak, kita telah merampas kebebasan orang-orang yang suka minum tuak di waktu santai, kita sedang ikut campur terhadap kehidupan orang, termasuk saya tidak setuju karena saya suka minum tuak arak tapi bukan untuk baku pukul.

Pada akhirnya kita harus jujur bahwa tawuran bukan salah para penjual tuak arak yang mencari uang dalam keheningan melainkan dari cara kita berpikir, dari mentalitas anak-anak remaja, dari kebebasan tanpa tanggunjawab. Jadi kalan keluar yang paling baik adalah seperti yang saya ulas kemarin. Siapkan ruang kreatif. Para remaja dibimbing dan diberi kesempaan untuk tahu diri, tahu idenitas diri, tahu masalah yang sedang mereka hadapi. Dari situlah kita bisa masuk pelan-pelan.

Solusi lainnya adalah anak-anak muda mesti dikontrol, misalnya oleh Pemdes setempat; jika ada potensi tawuran, maka segera atasi. Di tempat pesta misalnya, tuan pesta cukup siapkan satu jalur minuman tuak arak agar tamu-tamu yang tak diundang dikontrol ketika mereka membawa arak dari luar tenda. Siapa yang membuat pesta mesti juga memikirkan risiko yang mungkin akan  terjadi.

Namun jika solusi ini kita anggap tidak masuk akal, maka solusi ekstrim adalah punahkan atau tebang semua pohon koli dan kelapa agar orang tidak masak arak lagi hehe.

 

 

Post a Comment for "Jangan Kambinghitamkan Penjual Tuak-Arak"