Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

Mencari Makna Huna Lelang: Rumah Leluhur Kedang dan Simbol Mikrokosmis

 

Huna Lelang


RakatNtt - Dalam kepercayaan tradisional orang Kedang di Lembata, leluhur atau mereka yang telah meninggal dunia akan masuk pada kehidupan baru yang bersifat kekal. Hal ini dapat kita lihat ketika ada praktik ritus adat. Para leluhur akan disebut namanya atau diundang untuk merestui sebuah ritus adat. Artinya, para leluhur dipercaya masih hidup walaupun tak terjangkau raganya oleh indra manusia.

Hal lainnya yang unik adalah terdapat pula huna Lelang atau simbol sakral rumah leluhur Kedang. Huna Lelang dibuat untuk memberi rasa hormat kepada leluhur Perempuan yang telah melahirkan keturunan dalam sebuah suku atau marga di Kedang. Jadi, ketika seorang nenek yang sudah dibelis tuntas meninggal dunia, maka anak cucunya wajib melakukan sebuah ritus yang disebut lete’ huna paheng ahar.

Rumah ini dibangun untuk mempersatukan leluhur perempuan dengan suaminya atau kakek dalam  suku sebagai leluhur yang dihormati dan selalu menjaga kehidupan anak cucu. Huna Lelang bentuknya seperti ebang atau rumah adat khas orang Kedang. Kayu atau ai uru ara yang tertancap sebagai simbol perempuan dan batu sakral atau lapa’ yang diletakkan di bawahnya sebagai simbol laki-laki – perempuan di atas, laki-laki di bawah.

Simbol ini juga bisa kita kaitkan dengan kesetaraan gender bahwa dalam kelas sosial, laki-laki tidak seharusnya berada di atas. Huna Lelang juga menjadi simbol miksrokosmis dari makrokosmis gunung Uyelewun dan tanah Kedang yang dilihat sebagai persatuan laki-laki (Uyolewun) dan Perempuan (Kedang). Jadi dalam simbol makrokosmis, laki-laki (gunung Uyelewun) punya posisi di atas dan perempuan (Kedang) di bawah sebagai tanah datar.

Namun, dalam simbol mikrokosmis, posisinya justru berbalik. Laki-laki sebagai yang di bawah (batu) dan perempuan sebagai yang di atas (kayu yang tertancap). Dengan demikian, jelas, ada sebuah keseimbangan khususnya dalam relasi gender. Lebih jauh kalau kita mendefinisikan makna dari huna Lelang, maka bisa dikaitkan sebagai simbol fisik dari rumah leluhur, rumah setelah kematian.

Huna merujuk pada rumah – bukan saja sebagai tempat tinggal melainkan ada nilai sakralitasnya – dan Lelang dapat disesuaikan dengan sebutah rahe’ lelang yang menggambarkan sebuah tempat tujuan setelah meninggal dunia – surga.

Itu berarti, sekali lagi bahwa kepercayaan lokal orang Kedang sudah menjamin apa yang disebut telos – ada tempat tujuan akhir. Kematian berarti menuju pada kehidupan berikutnya – maten-bitan. Maka, jika kita sandingkan dengan kepercayaan monoteisme ada kemiripan soal kehidupan kekal.

Namun, ada bedanya yakni dalam monoteisme – katolik misalnya – orang mati masih harus kita doakan dan memohon doa dari orang mati untuk kita yang masih hidup – saling mendoakan. Sedangkan dalam tradisi kepercayaan agama asli Kedang, orang mati otomatis menikmati kehidupan kekal – rahe’ lelang – dan tugas mereka adalah menjaga kita yang masih hidup. Menariknya adalah ada pengecualian yakni leluhur yang punya dosa besar dan berdampak, misalnya pernah membunuh orang, maka ia wajib didoakan untuk memohon pengampunan melalui ritus bele bara wei’ nanan – hapus dosa pembunuhan dan memohon ampun agar leluhur bisa menikmati ketenangan dan para cucunya bisa berbahagia dalam kehidupan selanjutnya.

Post a Comment for "Mencari Makna Huna Lelang: Rumah Leluhur Kedang dan Simbol Mikrokosmis"