LEU BENI HA'I LONGO'
CINTA LEU BENI DAN HA’I LONGO’
(Perempuan cantik dari Seekor Kambing)
kubur Leu Beni Ha'i Longo' |
Kampung
Meluwiting terletak di Kedang, Kecamatan Omesuri, Kabupaten Lembata. Para
penghuni Kampung ini menyimpan warisan leluhur berupa cerita mitos yang menggambarkan
asal-usul terbentuknya manusia perempuan
yang menjadi ibu kehidupan. Sejak zaman purba hingga sekarang, mereka mengakui
Wujud tertinggi sebagai pencipta segalanya (Hura’ weri, harang wana).
Secara
etimologis, kata meluwiting berasal
dari bahasa edang yaitu Melu dan witing. Melu berakar dari sebutan melung
nute hea’ toye’ yang bermakna
pengingkaran atas sebuah realitas sedangkan witing
berarti kambing. Jika diintegrasikan, secara implisit, meluwiting berarti ada
perubahan kata atau pergeseran makna (biasanya tentang janji). Secara singkat
diartikan bahwa meluwiting berasal dari cerita seekor kambing yang berubah
wujud menjadi perempuan yang disebut Ha’i Longo’.
Ebir Wa' |
Para penduduk kampung ini dibagi dalam
beberapa suku (klan) yang bervariasi cerita asal-usulnya. Namun, sebagian besar
datang dari Ha’i Logo’, misalnya datenutur, koto’nutur dsb. Mereka selalu hidup
berdampingan walaupun sudah terpisah dalam hal keagamaan (agama samawi) yaitu
islam dan kristen. Dalam berkomunikasi saban hari, mereka menggunakan bahasa
edang dan jarang menggunakan bahasa indonesia kecuali pada momen resmi misalnya
di sekolah. Mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dan
peternak, juga sebagian kecil sebagai PNS dan Wiraswasta. Hasil alam yang
paling diandalkan yaitu, kelapa, kemiri, pisang dll. Mereka percaya bahwa Tuhan
telah membentuk leluhur mereka dengan cara ynag berseberangan dari ajaran
agama. Leluhur mereka buakan diciptakan langsung dari tanah melainkan dari
seekor kambing yang sudah mati dan berubah wujud menjadi seorang perempuan
berparas molek dan berdada subur penuh embun kehidupan. Sesuai dengan mitos
yang berkembang selama ini, diceritakan bahwa pada mulanya di puncak gunung
Uyolewun, hiduplah seorang lelaki perkasa bernama Leu Beni. Dia adalah seorang
penggembala ratusan kambing dan saking cintanya terhadap hewan peliharaan itu,
ia bahkan tidak sudi melihat kambingnya mati kelaparan. Tanggung jawab sebagai
seorang penggembala sangat ia jalankan. Sedemikian cintanya, maka pada saat seekor
kambing mati, ia tidak menguburkannya tetapi meletakkannya di atas sebuah batu
besar yang hingga kini disebut Wa’ Leu Beni/ batu milik Leu beni. Batu itu
terdapat di sebuah tempat yang disebut juga Ebir
wa’. Kambing yang mati tersebut
dibiarkan di atas batu hingga tubuhnya membusuk dan meneteskan nanah atau
cairan ke permuakaan tanah. Cairan tersebut meresap ke dalam tanah dan
terjadilah sebuah keajaiban. Hari demi hari tanah itu menjadi retak dan
keluarlah seorang perempuan cantik yang memikat hati Amo Leu Beni. Amo Leu Beni
pun menerima perempuan itu dan hidup serumah dengannya. Lantaran di tempat
mereka tinggal, tidak ada manusia lain, maka Leu Beni pun secara malu-malu
melamar perempuan itu untuk menjadi istrinya dan kemudian memberi nama Ha’i
Longo’ kepadanya. Mereka pun membentuk
keluarga yang damai dan melahirkan keturunan yang hingga kini berkembang biak
semakin banyak jumlahnya. Sebagian keturunannya menetap di Kampung Meluwiting,
Roma, Hoe’lea’ tetapi ada juga yang mengembara ke tempat yang jauh. Menurut Narasumber:
ada yang yang mengembara sampai ke Lembata selatan dan dan adonara. Narasumber mengakui
bahwa penjelasannya belum akurat sehingga memohon bantuan dari pembaca sekalian
yang mungkin mempunyai banyak referensi untuk melengkapi tulisan ini demi
kepentingan bersama. (Narasumber: Rilly datenutur).
Post a Comment for "LEU BENI HA'I LONGO'"
Komentar