Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

Catatan Perjalanan Rohani di Israel (bagian 4/habis)


Oleh Pius Kulu Beyeng

Rombongan kami berjumlah 26 terdiri atas 1 orang tour leader, 1 orang pendamping rohani (Pastor) dan 24 orang pesiarah; 24 orang itu dapat dikelompokkan sebagai berikut:
- Pria 5 orang dan wanita 19 orang.
- Pasutri 5 orang (10 orang), singel 14 orang.
- Sepuluh orang dari Bontang, pasutri,
- Empat orang suster FSE dari Medan, 
- Lima orang ibu dari Yogyakarta,
- Empat orang ibu dari Jakarta,
- Satu orang (pria) dari NTT/Flores/Lembata.

Untuk diketahui bahwa semua situs rohani pada zaman Yesus hidup seperti yang tertulis dalam Kitab suci Perjanjian Baru masih ada dan terpelihara dengan baik sampai hari ini. Biasanya dibuatkan dalam bentuk gereja/kapel atau bangunan-bangunan khusus. Misalnya taman zaitun atau Getsemani, tempat dimana dahulu Yesus berdoa dan mengalami sakrat maut sebelum ditangkap dan didera. Terdapat pohon zaitun yang berumur lebih dari 2000 tahun masih menjadi saksi bisu dan hidup sampai hari ini. Juga beberapa situs perjanjian lama, selain Mesir, gunung Sinai dan gunung Nebo di Yordania, juga ada misalnya benteng Yerusalem, makam raja Daud, Gua Elia dan lain-lain. Untuk ziarah tanah suci Israel sangat disarankan memiliki sedikit pengetahuan Kitab suci yang memadai karena ziarah ke tanah terjanji sesungguhnya menapaktilasi kembali karya Yesus ketika masih hidup dan berkarya yang sesungguhnya merupakan perjalanan doa.

Ada beberapa tempat yang akan kami ziarahi hari ini. Berhubung setibanya kami kemarin belum masuk waktu hari sabath (jumad sore) ada dua tempat sudah kami datangi yakni Yardent atau sungai Yordan dan bukit Delapan Sabda Bahagia dan beberapa ajaran lain (Mat 5-7). Dalam jadwal hari ini, kegiatan kami mengunjungi gereja St. Petrus menerima kuasa dari Yesus untuk menggembalakan domba-dombaNya (Church Of Sint Peter Of The Primacy), (Yoh. 21: 15-19). Kemudian ke Tabgha, tempat dimana dahulu Yesus memberi makan 5000 orang dengan 5 roti dan 2 ikan (Yoh 6:1-5). Kedua lokasi itu terletak tidak jauh dari Magdala dan merupakan daerah tepian pantai danau yang indah dan sejuk penuh dengan rerimbunan pohon di sekitarnya. 
Di Tabgha juga kami menyaksikan sebuah benda peninggalan purbakala yang juga disebut dalam Kitab suci yakni batu kilangan. Melihat batu kilangan itu, dan juga tembok Yerusalem yang terdiri atas batu-batu besar yang tersusun rapih setinggi lebih dari 10 meter, pikiran kami menerawang jauh ke belakang, ribuan tahun tentang dongeng-dongeng manusia raksasa  zaman dahulu. Karena besarnya batu kilangan yang berdiameter hampir mencapai 2 meter sedangkan anak batu kilangan sekitar hampir satu meter. 

Dari Tabgha, kami melanjutkan perjalanan ke Cafernaum the Town of Yesus. Daerah ini ada di dalam tembok dan merupakan tanah datar yang luas. Di sini ada situs gereja berkolong segi delapan. Di bawah kolong gereja itu diyakini sebagai rumah santu Petrus. Dari Cafernaum, kami menuju ke pantai danau Tiberias untuk ritual napak tilas naik perahu Petrus dan berlayar di danau Tiberias. Dermaga di tepi danau itu, cukup panjang hampir sekitar seratus meter panjangnya. Ketika rombongan kami naik ke atas geladak perahu, yang sebenarnya sebuah perahu bermotor berukuran sedang, ada sedikit ritual sederhana yakni menaikan bendera nasional merah putih. Merah Putih berkibar di atas laut danau Tiberias dengan megah diterpah angin danau. Setelah agak jauh ke tengah danau, perahu kami berbalik arah dan akhirnya kami merapat kembali ke dermaga semula. 
Perjalanan kami dilanjutkan dengan acara makan siang dengan menu ikan Petrus di sebuah restoran ekslusif di tepi danau Tiberias dengan menu spesial "ikan petrus." Disebut demikian karena di tempat itu, diyakini sebagai tempat Petrus menangkap ikan dan mendaratkan perahu dan menjemur jalanya. Mengitari tempat-tempat bersejarah dalam Kitab suci di tepian danau Tiberias, kita seakan dibawa ke masa lalu yang penuh makna. Yesus anak tukang kayu, bergaul dan berinteraksi dengan para nelayan dan bukan yang lain, bukanlah sebuah kebetulan. Orang-orang sederhana, buta huruf, bergaul dengan alam, ganasnya laut dan badai, penghasilan tak tentu karena gelombang di lautan, yang alamiah pikirannya belum terkontaminasi seperti orang-orang Yahudi yang lain.Orang-orang seperti inilah yang dipilih Yesus menjadi rasul-rasulnya yang akan meneruskan karya penyelamatanNya di dunia. 

Setelah makan siang, menikmati menu ikan petrus, perjalanan kami dilanjutkan ke Kana, tempat dimana dahulu Yesus untuk pertama kali mengadakan mukjizat mengubah air menjadi anggur pada pesta kawin di Kana. Untuk melangsungkan perjamuan ekaristi misa kudus dan ritual pembaharuan janji perkawinan, sekaligus mengakhiri hari kunjungan kemi di wilayah Galilea. 

Ada satu kisah kecil. Sewaktu meninggalkan dermaga di pelabuhan danau Tiberias, saya bergegas mendahului teman-teman mau berlindung di bawah sebuah pohon arah yang rindang di pinggir jalan raya karena panas yang ekstrim mencapai empat puluh derajat lebih. Sambil berjalan di depan, saya mendengar teman-temanku dari belakang yang berkata, "pak Pius, awas, jangan melihat ke kiri." Saya berpikir mereka mengawaskan saya, khawatir kalau-kalau saya terjatuh karena dermaganya cukup tinggi lebih dari 10 meter. Saya menoleh ke kiri, ternyata dermaganya dipagar dengan pagar besi yang sangat kuat. Ketika saya menoleh ke kiri itu teman-teman saya agak sedikit gaduh menyebut nama saya. Saya melihat begitu banyak orang mandi di pantai agak jauh dari saya. Tanpa sengaja saya memandang ke bawah jembatan. Ada sesuatu di bawah yang menarik perhatian sehingga saya memandangnya agak lama. Teman-teman saya bergurau bahwa saya harus melaksanakan ritual pembersihan diri. Saya pikir itu hal biasa sebagai bumbu-bumbu perjalanan. Belakangan baru saya tahu duduk persoalannya. Teman-teman saya menggoda saya karena begitu serius memandangi seorang anak darah, anak baru gede Israel yang dalam keadaan bugil sedang berendam di bawah jembatan. Saya terperangah dan heran. Pantas saja mereka menggodai saya tadi. Sementara saya sendiri memang benar serius memerhatikan "Makhluk aneh" tersebut. Saya begitu serius dan merasa beruntung baru bisa melihat "benda aneh" itu justru di dalam danau Tiberias di Galilea.  Saya memerhatikan dengan saksama karena itu pengalaman pertama saya melihat "benda itu." Pertama kali saya melihat dari dekat. Ternyata benda dalam air yang adalah seorang anak gadis yang sedang berendam itu, saya kira seekor ikan duyung seperti yang ada dalam film-film di televisi. Tua...tua...tidak ketulungan. Saya sama sekali tidak berpikir kalau itu manusia. Saya mengira itu seekor ikan duyung. Pantas saja teman-teman saya menggoda saya.

Post a Comment for "Catatan Perjalanan Rohani di Israel (bagian 4/habis)"