Kabar “burung gagak”
yang diturunkan oleh media Sergap.id
tentang honorarium Bupati Lembata, Eliaser Yentji Sunur yang meningkat sesuka
hati memicu perdebatan publik. Berita dengan judul, Wow, Honor Bupati Lembata Capai Rp 408 Juta Lebih Per Bulan, - dengan
foto profil tampak Bupati sedang tersenyum bahagia, seolah-olah bahagia di atas
penderitaan orang Lembata - ini merangsang netizen meluapkan rasa ketidakpuasan
mereka lewat Facebook.
Mengapa tidak, di
tengah hiruk-pikuk ekonomi rakyat Lembata yang tidak stabil, plus bencana alam
erupsi Ile Lewotolok dan Pandemi Covid-19, tiba-tiba saja ada kabar bahwa
Bupati Lembata Eliazer Yentji Sunur – yang katanya sedang bergembira karena
putra sulungnya baru saja menerima berkat sakramen perkawinan di tanah Jawa – dianugerahi
honor yang sangat besar.
Dilansir dari Sergap.id, mulai Januari 2021 mendatang,
Bupati pemilik Kumaresort tersebut akan menerima honor sebesar Rp 408.010.294
(Empat ratus Delapan Juta Sepuluh Ribu Dua Ratus Sembilan Puluh Empat Rupiah). Sangat
mengerikan sebab honor Rp 408 Juta lebih tersebut diterima per bulan.
Bayangkan saja betapa
besarnya pendapatan Politisi Golkar yang pernah dididik dalam rumah PDI
Perjuangan tersebut. Selain honor, ada tunjangan dan gaji pokok – besar ngeri.
Dalam berita tersebut
juga dijelaskan pada poin delapan (8) tentang asal-usul honorarium yakni salah
satunya berasal dari sewa rumah untuk Rumah Jabatan Bupati di Kuma Resort
sebesar Rp 20.000.000.
Poin delapan ini
mengejutkan publik sebab selama ini diketahui bahwa Kabupaten Lembata memiliki
rumah Jabatan Bupati Lembata yang letaknya sangat strategis di tengah kota. Namun,
mungkin karena alasan yang dikarang-karang, makanya terpaksa banyak dana mesti
dipangkas demi kenyamanan orang Nomor satu Lembata tersebut.
Menurut informasi yang
pernah viral, katanya Rujab lama bentuk fisiknya sudah kropos dan tidak layak dihuni,
apalagi oleh para pejabat yang katanya dipilih untuk melayani orang miskin di
Lembata. Namun, secara kasat mata
terlihat jelas bahwa Rujab yang dibangun dengan penuh ketulusan oleh Rakyat
Lembata tersebut sesungguhnya masih sangat kokoh.
Lebih tepat jika
direnovasi saja. Ini mungkin terjadi kalau Pemerintah Daerah setempat berpikir
lebih matang tentang kondisi Lembata. Jika tidak, hasilnya mesti sewa Rumah
milik Bupati sebagaimana yang terjadi sampai hari ini.
Netizen
Kecewa
Luapan rasa
ketidakpuasan para netizen lagi-lagi terlihat menumpuk pada grup Facebook Bicara Lembata New. Pascaberita
tentang honorarium Bupati Lembata tersebut disebarkan ke tengah publik, muncul
beraneka tanggapan para netizen.
Mayoritas para netizen
sangat tidak mendukung langkah yang diambil oleh Bupati Lembata dua periode
tersebut.
Nama akun facebook Yanto de Flores lagi-lagi memberikan
kritikan lewat sebuah status yang ia unggah pada Kamis (31/12).
“Saya mohon
dengan sangat kepada Bapak Bupati dan Wakil Bupati Lembata agar uang honor ini
fokus digunakan utk pembangunan infrastruktur (jalan) dalam Lewoleba. Kasihan
Lembata yang sudah 20 tahun otonomi tdk ada perubahan yg signifikan. Kondisi jalan
dalam Lewoleba tdk menampilkan sebagai sebuah ibu kota Kabupaten. Dan untuk
bapak Dewan yg terhormat. Kalian dimana?”
tulis Yanto de Flores yang tidak lain adala Yohanes Kia Nunang.
Pada unggahan tersebut
juga, Yanto de Flores menyertakan sumber berita dari Sergap.id tentang honor Wakil Bupati Lembata sebesar Rp 55,5 Juta
Per Bulan.
Selain itu, akun Facebook Heri Tanatawa Lewotolok, dalam
sebuah unggahannya, mengeritik keras kenaikan honorarium Bupati Lembata,
khususnya tentang fungsi Rumah Jabatan Bupati yang saat ini beralih ke Kuma
Resort milik Yance Sunur.
“Sumpah sy masih berasa
mau muntah dng point ke 8 yakni Sewa rumah JABATAN BUPATI dan yg disewa adalah
sebuah RESORT MEWAH MILIK BUPATI...!????!!! wow amazing...”kritik netizen asal
Ile Ape yang tak pernah alpa ribut dalam
grup Bicara Lembata New tersebut.
Ia kemudian
melanjutkan, “Memangnya Lembata dari dulu tidak punya RUJAB utk bupati ka...?
jo RUJAB lama tuh jd ISTANA HANTU KA...?”
Selanjutnya, “Dng
menyewa resort pribadi maka tdk bisa dipungkiri bahwa: semua biaya spt, perawatan,
air, listrik, tukang kebun, tukang masak, sopir, penjaga malam, serta belanja
barang utk kebutuhan atau perlengkapan resort akan memakai uang daerah kan..??
gaji dan tunjangan sdh “NGERI” sekali, tambah lagi dng hal ini maka “NGERI”
E..??”, tulisnya.
Pada bagian akhir
status facebook tersebut, ia menulis, “Wow... dan jika demikian maka bupati ini
luar biasa mewah hidupnya...!” Dan saya ibaratkan spt seorang raja rakus yg
hidup pd sebuah kerajaan yang miskin. DPRD BISA CROSS CHECK KA..? Ah...Teriakin
“ADPRD” Lembata ni hampir sama dng kita teriak utk om Payong ni jd siapa mau
help lagi e”, keluh Heri Tanatawa Lewotolok.
Unggahan tersebut
mendapat respon dari kurang-lebih sebelas zetizen. Salah satunya dari pemilik
akun facebook bernama Azman Lamataro
demikian, “Linih kesempatan UTK mengumpul kekayaan walaupun rakyat dlm
kesusahan”, ungkapnya.
Selain itu masih banyak
respon lainnya sebagai ungkapan ketidakpuasan netizen terhadap honorarium
Bupati Lembata yang menurut mereka tidak paralel dengan Pendapatan Asli Daerah.
Semua keluh kesah para
netizen tersebut membuktikan bahwa, langkah yang diambil oleh Bupati Lembata
masih memiliki titik kecacatan. Oleh karena itu mesti dilihat kembali. Yang paling
substansial dari hidup berpolitik adalah kesejahteraan masyarakat banyak. Itu berarti,
kepentingan pribadi menjadi nomor terakhir. (Admin)
Baca Juga: honor-dan-politik-hospitalitas-di-lembata