Pengampunan sebagai Bentuk Doa
Pengampunan
Sebagai Bentuk Doa
(Renungan Ibadat sabda)
Fr. Floren Lewar
Berhadapan dengan situasi sulit yang
ada, kita akan semakin sulit untuk mengampuni dan memaafkan. Waspadalah, sebab
rasa kecewa, kesal, marah dan dendam dapat melunturkan kasih yang sudah ditanam
oleh Allah dalam diri kita.
Perumpamaan singkat yang dibuat oleh
Yesus menanggapi pertanyaan dari Petrus dalam injil pada hari ini mencoba
menghantar kita untuk masuk kedalam diri dan melihat kembali pola hidup seperti
apa yang sudah kita bangun berhadapan dengan situasi yang sama dengan
perumpamaan tersebut. jika kita kembali pada teks bacaan injil, Petrus bertanya
kepada Yesus dengan memberi batasan pengampunan ala Petrus sendiri, “Sampai tujuh kali kah?” Yesus
menanggapi pertanyaan dari Petrus. “Bukan!
Aku berkata kepadamu: bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh
kali tujuh kali” apa artinya?
Yang pertama angka 70; Dalam kitab
Mazmur ditulis demikian “Masa hidup kami
tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun.” 70 merupakan
perhitungan batas maksimal umur manusia.
Sama saudara yang terkasih dalam Yesus Kristus…
Pengampunan menjadi jalan terbaik untuk
mengembalikan kasih Allah yang telah lama hilang dari dalam diri akibat dendam
tak berujung dan kemudian melihat sesama sebagai Allah yang hadir dalam hidup
kita. Pengampunan seringkali disepelekan akibat keegoisan pribadi untuk selalu
menang atas orang lain sekalipun bukan kita yang salah.
Kita ingat bahwa Yesus dalam
penderitaannya masih saja mengampuni para serdadu yang menyiksaNya dengan
bengis juga ketika Ia mengampuni seorang perempuan yang kedapatan berzinah.
Selain itu kita masih ingat akan peristiwa penembakan Paus Yohanes Paulus II
oleh Mahmet Ali seorang teroris handal.
Pengampunan sudah ditunjukan oleh Yesus
sang Guru teladan dan para tokoh penting lainnya dalam gereja.
Sebagai pengikut Kristus, kita mesti meneladani cara hidup yang sudah diajarkan oleh Yesus sang Guru hidup kita. Saya yakin bahwa kita semua punya pengalaman dendam kepada seseorang akibat suatu peristiwa yang menyakitkan ataupun juga pengalaman masa lalu yang membuat kita sulit berdamai entah dengan keluarga (bapa, mama, kakak, adik), teman-teman, guru-guru saat SD dan SMP, formator pada tempat-tempat formasi sebelumnya atau juga saat ini kita masih menyimpan dendam kepada sama saudara dalam komunitas kita.
Apakah kita harus memelihara rasa dendam tersebut sampai ia beranak cucu dan bertambah banyak dalam diri kita? Tentu saja di sisi lain, kita ingin agar mampu menjalani hidup dengan berupaya membangun relasi yang baik kepada sesama dan juga sedapat mungkin berdamai dengan masa lalu. Oleh karena itu, kita perlu secara perlahan-lahan membongkar dan membuang jauh segala bentuk kekecewaan dan dendam kemudian kembali menghadirkan api kasih Allah untuk menerangi hidup kita. Dengan demikian mengampuni sudah menjadi sebuah doa hidup bagi kita semua.
Amin...