Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

Orang Kedang Tidak Termasuk Suku Lamaholot, Mengapa?

 

Omong adat Kedang dalam sebuah hajatan

RakatNtt - Wilayah Flores Timur - Solor, Larantuka, Adonara - dan Lembata sering disebut sebagai suku Lamaholot. Orang hampir tak pernah menyebut Kedang sebagai salah satu suku yang berbeda dengan Lamaholot. Akibatnya, nama Kedang sering timbul tenggelam di bawah dominasi popularitas sebutan Lamaholot.

Namun demikian, orang Kedang di Kecamatan Omesuri dan Buyasuri, Kabupaten Lembata tidak pernah menyebut dirinya sebagai suku Lamaholot. Sebab orang Kedang tidak berbahasa Lamaholot. Saya sendiri, sejak kecil tidak pernah mendengar kata Lamaholot dalam sebutan orang Kedang. Saya baru mendengarnya ketika masuk SMA di Hokeng, Flores Timur.

Nah, dalam tulisan singkat ini, kita coba menggali apa alasannya sehingga Kedang - sebenarnya Edang - tidak disebut sebagai suku Lamaholot.

Bahasa Kedang

Sudah jelas bahasa daerah suku bangsa Kedang berbeda dengan bahasa Lamaholot. Bahasa Kedang hanya digunakan di dua Kecamatan di Lembata. Sementara itu, bahasa Lamaholot digunakan di Kabupaten Flores Timur, sebagian besar Lembata bahkan sebagian wilayah di Kabupaten Alor khususnya di pulau Pantar.

Dari perbedaan bahasa ini sebenarnya sudah menegaskan bahwa Kedang bukan Lamaholot. Antropolog seperti Barnes dan Rede Blolong menegaskan Kedang punya keunikan bahasa daerah sehingga membuat kagum para peneliti. Salah satu ciri khas yang menegaskan sebuah etnis disebut suku bangsa yakni bahasa daerahnya yang unik dan berbeda. Dengan demikian, Kedang sudah pasti bukan suku bangsa Lamaholot.

Asal Usul

Asal usul penduduk Lamaholot dan Kedang juga tidak datang dari satu wilayah yang sama. Dari cerita lokal, mayoritas orang Kedang berasal dari puncak Uyelewun. Sedangkan sebagian kecilnya datang dari Serang gorang di Maluku dan pulau Pantar. Ada juga sebutan sina puen sawa matan atau wilayah barat seperti China dan Jawa.

Orang Kedang yang berasal dari pucak gunung Uyelewun memiliki ciri khas khusus misalnya masih mewariskan silsilah keturunan sampai moyang Uyolewun, punya kampung lama dengan batu-batu sakral seperti lapa’ koda, lapa’ mi’er, lapa’ leu, lapa’ talu, dan seterusnya.

Walaupun orang Kedang terdiri atas masyarakatnya yang punya asal usul berbeda tetapi sudah membaur menjadi satu dan menyebut dirinya sebagai orang Kedang. Orang Lamaholot pun demikian, ada yang berasal dari gunung (tana tawa ekan gere), ada pula yang datang dari wilayah lain.

Mahar atau Belis

Perbedaan Lamaholot dan Kedang lainnya yakni belis atau mahar. Orang Kedang menggunakan belis gong atau gading. Sedangkan orang Lamaholot hanya menggunakan gading. Walaupun demikian baik orang Lamaholot maupun Kedang tidak memiliki gading sejak awal mula. Dua benda mahar ini sudah tentu datang dari wilayah lain.

Gong bagi orang Kedang bukan sekadar sebagai belis melainkan juga digunakan sebagai alat musik khas daerah Kedang yang selalu dibunyikan pada hajatan tertentu.

Ritus Adat

Perbedaan berikut yakni ritus adat. Sudah pasti Kedang dan Lamaholot punya ritus-ritus adat yang dilakukan dengan cara yang tidak sama. Orang Kedang punya tata cara yang tidak sama dengan Lamaholot. Menyebut nama Wujud Tertinggi saja tidak sama, apalagi ha-hal yang lain.

Walaupun demikian, patut kita sepakati bahwa Kedang dan Lamaholot punya ajaran filosofis yang sama. Misalnya dalam kehidupan sosial seperti gotong royong, menghormati orang, menjaga toleransi, pandangan tentang alam dan lain sebagainya.

Oleh karena itu, perbedaan Kedang dan Lamaholot tak boleh dilihat dalam kaca mata persaingan melainkan saling melengkapi. Sebab khusus untuk di Lembata, walaupun pulaunya kecil tetapi dihuni oleh dua suku besar ini sehingga dibutuhkan pandangan untuk saling melengkapi.

Dari tulisan ini pula menyadarkan kita untuk memahami bahwa di Lembata, selain Lamaholot, juga ada Kedang. Karena itu tak boleh ada narasi dominan yang menghilangkan salah satu di antara keduanya.

Post a Comment for "Orang Kedang Tidak Termasuk Suku Lamaholot, Mengapa?"