Seandainya Ada 10 Gabriel Raring di Peten Ina
Seandainya Ada 10 Gabriel Raring di Peten Ina
Media
sergap.id beberapa waktu lalu
menurunkan sebuah berita yang enak dibaca dengan judul: Ketua DPRD Lembata Dilabrak, Raring: Aneh tapi Nyata. Berita
tersebut bertolak dari rekaman suara pertengkaran antara Ketua DPRD Lembata
Petrus Gero dan Gabriel Raring yang oleh sebagian netizen “menjulukinya”
sebagai wakil rakyat yang suka curhat.
Pertanyaannya, apakah “curhat di facebook itu salah? Lalu bagaimana rakyat bisa mendapatkan informasi lain tentang dinamika politis yang ada di dalam rumah rakyat? Pertanyaan tersebut, akan ditemukan jawabannya dalam tubuh artikel kecil ini.
Mengapa Raring Labrak Gero?
Nama Petrus Gero – Petrus dalam Injil berarti batu karang – bukan saja terkenal sebagai Ketua DPRD Lembata yang dilahirkan oleh Partai Golkar melainkan ia sempat viral ketika ada dinamika pro-kontra tentang mobil pajero.
Mobil
pajero merupakan alat transportasi yang dibeli dengan harga mahal di tengah
situasi Lembata yang masih dilanda aneka bentuk kebobrokan, salah satunya
infrastruktur jalan yang seringkali mengorbankan nyawa masyarakat kecil.
Namun,
kita mesti tahu bahwa setiap orang yang mau jadi politisi, sangat sedikit yang
ingin menjadi wakil rakyat sejati atau dengan bahasanya Jhon Batafor, menjadi
pemimpin berarti harus berani jadi miskin.
Para
politisi bagi saya adalah orang-orang yang tidak mau susah, ingin nyaman dengan
segala macam harta benda seperti mobil pajero dengan alasan demi pelayanan,
walaupun kita sendiri belum tahu jelas pelayanan model apa yang dibuat oleh
“para pecinta pajero tersebut” untuk rakyat Lembata. Atau jangan-jangan
pelayanan yang dimaksudkan adalah demi kenyamanan diri mereka?
Terlepas
dari ulasan kecil di atas, kita akan masuk melihat alasan di balik pertempuran
mulut – kenapa tidak pake fisik lagi supaya lebih heboh? – antara Petrus Gero
dan Gabriel Raring. Kalau kita mendengarkan rekaman suara dari perdebatan kader
Golkar dan PDIP tersebut, sesungguhnya ada satu masalah besar yang sudah lama
tertimbun di dalam rumah rakyat.
Barangkali
timbunan masalah tersebut, kemudian mendorong seorang wakil rakyat atas nama Gabriel
Raring untuk meletuskan suara kekecewaanya. Masalah yang dimaksudkan yakni
pihak Pemda setempat seringkali – atau barangkali terus-menerus? – tidak
mengikuti sidang bersama untuk serius membahas nasib masyarakat.
Namun,
anehnya, pihak wakil rakyat menganggap kealpaan pihak Pemda dalam mengikuti
sidang untuk kepentingan publik dianggap biasa-biasa saja. Belum pernah
terdengar suara keras dari lembaga DPRD untuk menegur Pemda yang banyak kali
tidak hadir – hanya Gabriel Raring yang berani bicara soal ini. Apakah karena
Lembaga DPRD taat buta pada kemauan Pemda? Ya, bisa saja begitu, namanya juga
rahasia politik.
Ketidakhadiran
Pemda ditambah dengan jadwal sidang yang tidak sesuai isi surat undangan plus
ditandatangani resmi oleh Ketua DPRD menjadi masalah yang tidak boleh dilihat
sebagai hal yang sepele. Ketidakdisiplinan seperti ini justru akan melahirkan
masalah-masalah baru yang berkaitan dengan masyarakat khususnya korban bencana
alam.
Kita
ingat perdebatan antara sukarelawan dari JPIC SVD dan penjaga posko dari pihak
Pemda beberapa waktu lalu. Tanpa manajemen yang jelas, akan terbukti
carut-marut penanganannya di lapangan. Karena itu, mestinya eksekutif dan
legislatif serius membahas persoalan seperti ini. Jika tidak ada kemitraan yang
serius, maka sangat pantas seorang Gabriel Raring lantang bersuara. Itu hal
yang sangat positif.
Butuh 10 Gabriel Raring untuk Curhat
Kalau
kita mengikuti komentar-komentar para facebooker di grup bicara lembata new, tak jarang ada pengguna facebook yang menilai
Gabriel Raring sebagai wakil rakyat yang suka curhat. Mereka bahkan menilai
bahwa informasi yang disampaikan lewat facebook tidak substansial berdampak
langsung kepada rakyat Lembata.
Namun
demikian, ada banyak fecebooker juga
yang mengapresiasi keberanian seorang Gabriel Raring dalam menyampaikan informasi-informasi
lain yang barangkali tak sempat ditulis oleh wartawan media di Lembata.
Oleh
karena itu, mestinya “curhatan” Gabriel Raring dibaca secara positif dan
serius. Curhatan tersebut, menggambarkan bahwa sedang terjadi sesuatu yang
tidak beres di dalam Peten Ina, maka masyarakat mesti tahu. Sebab perjuangan
menuju idealisme politik bukan hanya tugas Gabriel Raring sebagai wakil rakyat
melainkan tugas semua masyarakat Lembata.
Dengan
demikian, maka curhat di media sosial adalah langkah alternatif yang positif
dan mesti dilanjutkan. Seharusnya ada 10 orang wakil rakyat yang berani curhat
seperti Gabriel Raring. Ia bukan hanya berani curhat di media sosial, ia juga
berani menegur Ketua DPRD yang berasal dari partai lain bahkan lebih lagi ia
berani menanggapi seniornya di dalam satu partai politik PDIP.
Itu
berarti, curhatan Gabriel Raring bukan sebuah lelucon mainan melainkan suara
lantang yang keluar dari keresahan hati seorang wakil rakyat. Ia tidak peduli,
entah satu partai atau sahabat dekat, yang salah harus dibuka dan ditegur.
Karena
itu, bagi bapak Gabriel Raring, tetaplah konsisten menegur kenyamanan para elit
politik yang nota bene punya penghasilan besar, mobil pajero dan harta benda
lain yang didapat dari uang rakyat kecil dan penghasilan kecil.
Tegur
terus, jangan kendor! Namun, jangan lupa
bahwa setiap curhatan mesti berdampak pada nasib masyarakat. Artinya, curhatan
bukan sekadar soal jadwal sidang, atau kealpaan Pemda melainkan yang lebih
penting ialah soal proyek-proyek mangkrak, infrastruktur jalan yang rusak,
pertanggungjawaban keuangan khususnya yang datang dari para donatur bencana, kontoversi Pansus Kantor Camat Buyasuri dan seterusnya. Itu yang paling penting.
Karena
itu, kalau Gabriel Raring bertanya; GAS KO REM? Jawabannya adalah GASS AMA.
Salam.