Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

Pilih Bupati Lembata yang Tidak Dukung Proyek Mangkrak

Pilih Bupati Lembata yang Tidak Dukung Proyek Mangkrak

Judul tulisan kecil ini merupakan sebuah harapan dari penulis yang juga adalah anak Lembata. Entahkah kemudian pembaca punya harapan yang sama atau sebaliknya, lagi-lagi dengan alasan demokrasi, itu menjadi hak privat teman-teman pembaca. Sekali lagi tulisan ini adalah sebuah harapan.

Tulisan ini juga tidak bermaksud menghakimi atau mengolok-olok para bakal calon Bupati dan Wakil Bupati Lembata yang akan bertarung pada Pilkadal Lembata mendatang. 

Rencananya pertandingan yang lebih banyak kolong-pohong tersebut akan digelar pada tahun 2024 mendatang. Karena itu, masyarakat Lembata mesti melakukan refleksi secara matang.

Beberapa pertanyaan refleksi misalnya, bagaimana anda melihat kondisi Lembata saat ini ketika dinahkodai oleh Eliaser Yentji Sunur dengan kendaraannya yakni Golkar? Apakah ada kemajuan dari banyak segi – infrastruktur, ekonomi, pendidikan, sistem birokrasi dan lain-lain – atau sebaliknya terjadi carut-marut berlebihan, misalnya proyek mangkrak dimana-mana?

Apakah Pemerintah saat ini berlaku transparan, proaktif, terbuka berdialog dengan masyarakat kritis, mahasiswa? Apakah Pemerintah setia ikut sidang untuk membahas kepentingan Masyarakat Lembata atau banyak kali alpa atau hilang tanpa jejak yang jelas?

Beberapa pertanyaan tersebut menjadi bahan refleksi untuk menilai sistem kerja Pemerintah saat ini, sembari berpikir untuk mencari pemimpin baru yang punya cara kerja lain yang lebih terbuka, proaktif, mampu memahami kebutuhan urgen masyarakat bukan bangun Lembata semau gue.

Lantas, bagaimana kita menilai para bakal calon Bupati dan wakilnya untuk mengatur Lembata secara baik? Yang paling pertama seturut harapan dalam tulisan ini tentunya memilih pemimpin yang tidak mendukung proyek mangkrak. 

Itu berarti, ada satu harapan bahwa para bakal calon yang mesti dinilai yakni keterlibatan mereka dalam kaitan dengan proyek-proyek mangkrak di Lembata yang telah menghabiskan banyak uang orang Lembata, baik keterlibatan itu dalam bentuk langsung maupun tidak langsung.

Keterlibatan model apa? Bisa saja bahwa para bakal calon adalah orang-orang yang mendukung proyek mangkrak tanpa melakukan pengontrolan sampai tuntas. Atau mendukung lalu melepas tangan, cuci tangan lalu membiarkan masyarakat berteriak sendiri.

Selain itu, keterlibatan mereka dalam kaitan dengan perilaku apatis. Artinya, mereka tidak peduli, tidak mau bersolidaritas dengan masyarakat Lembata yang tiap hari berteriak mencari jalan-keluar untuk menyelesaikan proyek-proyek mangkrak di Lembata.

Atau, bisa saja ada oknum yang berteriak ketika berbeda kamar. Namun, jika sudah satu kamar, taring tajam itu tidak seperti biasanya. Ya, kita mesti jujur berbicara demi lewotana titen ke depan yang lebih baik. Mental “bunglon” dalam diri politisi seperti ini mesti dilawan habis-habisan oleh orang Lembata sendiri.

Hati-Hati dengan Partai Politik

Menurut Paulus Budi Kleden (2012) sebuah partai hanya mempunyai relevansi untuk masyarakat jika ia sungguh tahu dirinya sebagai partai, berjuang sebagai satu bagian (pars) untuk kepentingan keseluruhan (totum). Artinya, partai adalah milik masyarakat, ia hadir di tengah masyarakat umum bukan untuk politisi atau kadernya semata. Justru karena itu, kita mesti hati-hati memilih partai.

Mengapa? Salah satu fenomena yang terjadi dalam sistem politik atau cara kerja partai politik yakni partai dilihat semata-mata sebagai kendaraan. Kalau sekadar kendaraan berarti tidak lain dan tidak bukan yang ada dalam idealisme partai adalah kemenangan dan selanjutnnya partai itu akan terus hidup karena mendapat banyak energi berupa rupiah.

Partai mengekspresikan dirinya sebagai tim bola kaki, bukan sebagai rumah aspirasi yang bertanggung jawab terhadap nasib masyarakat Lembata secara umum. Karena itu, lagi-lagi hati-hatilah menentukan partai.

Cinta fanatik terhadap partai tertentu sangat tidak dianjurkan. Sebab visi-misi atau idealisme sebuah partai bisa berubah-ubah atau akan berjalan sesuai otak ketua partai, bukan suara rakyat. Idealisme dasar partai untuk kepentingan kaum buruh, tapi cara kerja kadernya dalam tubuh partai tersebut malah mencekik buruh lewat jalur politik yang kebetulan sudah ia peroleh berkat dukungan masyarakat yang terhipnotis saat kampanye politik.

Partai akan disebut ada untuk rakyat jika mengusung calon yang berjuang bersama masyarakat Lembata, tidak terlibat dan mendukung proyek-proyek mangkrak di Lembata.

Partai mesti mengusung calon bermental progresif, punya kemauan besar untuk mengubah wajah Lembata mulai dari membongkar kasus-kasus yang ada di Lembata saat ini, bukan hadir untuk pasang badan dan kemudian kasus-kasus seperti proyek mangkrak dan lain-lainnya ditenggelamkan begitu saja.

Karena itu, sekali lagi, masyarakat Lembata harus hati-hati menentukan pemimpinnya ke depan. Bukan hanya pemimpin atau oknum tetapi juga coba lihat keterlibatan partai untuk Lembata. Karena itu, maksud lain dari argumentasi ini tertuju pada jalur independen.

 

Post a Comment for "Pilih Bupati Lembata yang Tidak Dukung Proyek Mangkrak"