Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

Asrama Putri

 

Asrama Putri

Oleh: Kristina Noviana Salma (Kelas XI UPW)

Siswi SMK Syradikara Ende



Langit masih gelap. Hawa terasa sejuk menusuk kulit. Langit memuntahkan rindu. Rindu pada kekasihnya bumi yang terlentang bisu. Rintik hujan ramai berkejaran. Berlari berlomba mengecupi pucuk johar yang sedang diselimuti debu. Hujan kadang membuatku bosan. Bosan karena langkahku takan jauh berjejak. Pun kadang aku bangga memandang berkat pemberian Tuhan tersebut. Hujan adalah medium rasa. Ia kekasih segala rindu tertuju.


Pagi ini, langkahku tertahan di bibir jendela. Embun yang bercampur hujan sangat memanjakan mataku. Kutarik napas perlahan sekedar membuang rasa kantuk. Bangun pada pukul 04.30 diiringi bunyi hujan bukan perkara yang mudah. Mata dan tubuh belum siap beralih dari hangatnya selimut. Tadinya, sengaja aku mengabaikan alarm. Namun, suara teman sekamarku membuat aku tidak mampu lagi melanjutkan mimpi. Dingin bukan menjadi alasan untuk tidak mandi.


Kami wajib misa pagi. Ini bukan pilihan. Bertemu Tuhan di awal hari menjadi rutinitas kami anak-anak asrama. Kami misa di Kapela Syuradikara. Terkadang aku bertanya pada diri sendiri, aku mengikuti Ekaristi karena kebutuhan atau sekedar mengikuti aturan? Pertanyaan itu tidak selalu meninggalkan jawaban yang pasti. Kedua-duanya bisa menjadi jawaban. Yang pastinya bahwa aku selalu hadir di Kapela tanpa tahu mengapa. Barangkali benar, untuk mengimani Tuhan, kita tidak perlu pertanyaan mengapa atau bagaimana. Tuhan adalah jawaban. Ia bukan pertanyaan.


Perjamuan surgawi lalu disusul dengan santapan jasmani. Kami kemudian bersiap-siap untuk ke sekolah. Saya sendiri dan beberapa teman sekolah di SMK Syuradikara. Sedangkan kebanyakan dari anak asrama sekolah di SMA Syuradikara. Nama asrama kami Trikara.  Lengkapnya Asrama Putri Syuradikara. Bagi saya, memilih SMK Syuradikara bukan sebuah kebetulan. SMK Syuradikara adalah lahan segala mimpi disemai. Sekolah ini adalah sumber puisi. Keelokan dan keindahan menjadi bagian tak terpisahkan. Sekolah kebanggaanku ini tepat di sebelah asrama kami. Kami baru kembali dari sekolah pada pukul 12.10 siang.


Asrama Trikara memiliki aneka pengalaman yang sulit ditemukan di luar. Benang kebersamaan yang kami sulam sungguh membuahkan tenunan yang indah. Masing-masing kami yang kaya motif budaya menjadikan lingkungan kehidupan kami semakin elok dan berwarna.


Sebagai anak milenial, moment menghadap Mama Suster selaku ibu asrama untuk mengambil handphone adalah kesempatan yang paling dinantikan. Rutinitas di akhir pekan ini sungguh mendatangkan kegembiraan. Inilah saat melepaskan kangen dan membagikan kabar dengan orangtua juga para kenalan. Ribuan kata yang kulepas dari Ende. Membiarkannya terbang dan pergi menemui segala harapan.


“Kami sehat.” Itulah jawaban yang selalu saya harapkan dari bapa dan mama. Saya menjauh dari orangtua bukan karena membenci mereka. Saya pergi untuk masa depan saya. Saya pergi untuk mengumpulkan mimpi-mimpi yang masih berantakan.


Di asrama saya memiliki banyak teman. Saya tidak pernah merasa sendirian. Merekalah keluarga saya yang baru. Sebagai seorang gadis, hidup di asrama adalah saat yang tepat bagi saya untuk bisa menjadi pribadi yang mandiri.

 

 

Post a Comment for "Asrama Putri"