Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

Ramadhan dan Tradisi Orang Kedang, Lembata, NTT

Sumber Foto: Facebook Mion Opong Datoq


RAKATNTT.COM - Menjemput bulan Ramadhan adalah sebuah keberkahan, karena datangnya satu kali setahun sesuai prakiraan yang dilalui dengan penentuan awal ramadhan oleh KEMENAG dan Ormas lainnya yang ditandai dengan sidang isbat.

Semua orang Muslim di bumi ini, menjemput bulan suci tersebut dengan berbagai cara, dari metode tradisional hingga ke ranah yang bernuansa modernitas. Ada yang menjemputnya dengan istigasah, tabligh akbar, pawai obor hingga memukul beduk keliling kampung. Berbagai cara ditampilkan untuk menyambut bulan Ramadhan, begitupun berbagai persiapan menyongsong tentunya sangat unik dan berbeda.

Orang Kedang yang mendiami seputaran kaki gunung Uyelewun, di Kabupaten Lembata, NTT, memiliki cara menyambut bulan suci ramadhan sedikit unik dan menjadi kebiasaan yang setiap momentum dilakukan.

Puasa (Hideq Horan) orang Kedang menyebutkannya. Sebelum hideq horan dilakukan, 14 hari sebelumnya, tiap rumah menyiapkan makanan dan minuman atau kue, kopi serta teh, dibawa ke masjid untuk melakukan ritual doa Nisfu Sya'ban, dimana ada istilah (Dulang api kadupa) penuh dengan sirih pinang, rokok, uang, dan tembakau kampung. Setiap yang hadir selain membawa makanan namun tentunya membawa rokok, kameyan, uang, siri pinang, yang akan disimpan di dulang tersebut sehingga kelihatan full hingga tidak termuat.

Setelah Nisfu Syaban berlalu seminggu, maka akan diumumkan di masjid oleh pengurus/imam, terkait baca doa Kapalang Pulung. Baca doa tersebut, selain dilakukan di masjid adapun dilakukan masing-masing rumah keluarga, yang sebelumnya dilakukan oleh keluarga inti dalam pembersihan kuburan almarhum-almarhuma keluarga yang telah mendahului.

Puasa dilakukan setelahnya, dianggap kurang sempurna bila baca doa Kapalang pulung tidak dilakukan, sehingga seminggu sebelum puasa, pastinya Jou Lebe (Pendoa) sangat sibuk melakukan ritual tersebut, karena harus dari rumah ke rumah untuk memenuhi permintaan para ummat.

Dalam perjalanan ramadhan, sholat tarawih pun dilakukan, ada waktu tertentu imam/badan syara lainnya, akan mengumumkan kepada jamaah bahwa, besok atau lusa akan terjadi malam baleq pemumpul. Bale pemumpul adalah jatuh tempo tarawih malam yang 15, sehingga seluruh ummat diinformasikan agar dalam teknis pelaksanaan tarawih berjalan sesuai dengan tuntunan.

Momentum ini tentunya sangat berkesan, apalagi siang hari menahan lapar serta dahaga dan hubungan suami isteri, namun malam hari tentunya boleh makan  dengan berbagai menu makanan yang telah disiapkan oleh ibu ibu dapur.

Adapun istilah buka suraq hingga hatam suraq dimana setiap malam ada giliran yang ditentukan oleh tiap kabilah untuk (Bote Wei Panan). Ini dilakukan selama kegiatan tadarus alquran itu dilakukan, sehingga sangat memberi dampak positif serta memupuk silaturahmi. Apalagi diselingi dengan nyanyian/syair kisah ummat terdahulu atau sahabat nabi, yang berisi tentang adab, perjuangan dan hal hal baik lainnya. Itupun menjadi keadaan  yang tiap ramadhan selalu dijalankan di masjid masjid di Kedang. Sehingga tiap masjid sangat heroik selama 30 hari lamanya.

Itulah tradisi ramadhan orang Kedang, yang harus dilestarikan, sebagai kearifan lokal agama, yang perlu diwariskan kepada generasi mendatang.

 

Sudarjo Abd Hamid

Penulis Buku Goresan Syair Dari Negeri Ikan Paus.

Post a Comment for "Ramadhan dan Tradisi Orang Kedang, Lembata, NTT"