Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

Luka Kita Bersama, Respons Terhadap Video Koor yang Viral di Medsos


RAKATNTT.COM - Saya awalnya tidak begitu sibuk berkomentar ria di media sosial perihal koor yang "menyimpang" dari liturgi yang baru-baru ini "menggemparkan" kita semua.

Saya memilih menshare dan mendiskusikannya di WA grup bersama keluarga saya. Karena itulah kebiasaan kami, pertama-tama adalah mendiskusikannya bersama.

Menjadi miris ketika saya melihat beberapa orang yang "sepertinya" sangat amat paham agama, menshare dan membagikannya dengan nada menyindir, mengumpat, mencemooh, menjudge, bahkan dengan emoticon tertawa.

Ada yang marah besar, ada yang sangat bijaksana, memberikan nasehat baik, dengan menjelaskan dalil-dalil kitab suci, ajaran agama, aturan Gereja dan lain sebagainya. Hal ini tentu wajar sebagai sebuah reaksi. Reaksi yang positif karena kita sangat amat merasa memiliki. Kita semua pasti sangat menyayangkan hal ini terjadi.

Namun, di satu sisi, tindakan menshare, mengupload video tersebut dengan nada menyindir, mencemooh, bahkan menjadikannya konten dan sebagainya; apakah itu menjadi jalan keluarnya?

Pater dan anggota Koor (OMK) tentu punya alasan. Walaupun toh alasan tersebut – kejadian kemarin – tidak dapat dibenarkan, lalu apakah kita pantas mempertontonkan kelemahan orang lain di publik? kita ingin mencari jalan keluar, meluruskan yang keliru, atau malah mempertontonkan kebodohan kita?

Media sosial bukan milik kita saja, ada "orang lain" yang mengamati dan menilai. Sebagai umat Allah, bukankah kekeliruan/kesalahan yang dibuat adalah "luka kita" bersama? Dan memang harusnya hal ini menjadi luka kita bersama.

Marilah memberikan nasehat yang sejuk. Sedih sekali, lihat di media sosial, video tersebut dipost ulang-ulang dengan nada menyindir, mengumpat, menertawakan, dijadikan konten.

Mengapa kita tidak mendekati sumber masalah, membangun komunikasi yang baik dan berusaha memperbaiki yang salah tersebut? Ataukah kapasitas kita hanya sebatas share di ruang publik dan selesai? Itulah kebiasaan kita yang seringkali berujung bablas. Bukannya bantu malah dihujat dengan berbagai dalil.

Sebagai sebuah komunitas umat beriman, wajar kita saling mengingatkan. Namun, jangan berhenti di situ. Sebab orang muda tengah memberikan "sinyal"serius ke Gereja bahwa mereka masih sangat butuh dampingan. Percuma juga ahli kitab dan liturgi Gereja bercengkerama dengan dalilnya. Jika mereka tidak mengomunikasikan kepada kaum muda kita. Gereja tidak bisa diam. Cepat merespons.

Ini adik-adik kita. Generasi penerus Gereja. Mereka butuh bantuan kita. Kita tidak bisa menutup mata melihat mereka dalam kebingungan.

Kasus ini hendaknya kita jadikan sebagai peluang gereja berinovasi membangun kehidupan yang dapat mengayomi semua orang beriman termasuk anak muda. Perlu diingat bahwa meskipun Gereja memberi ruang kepada kaum muda untuk berekspresi, tetapi perlu dibimbing.

Yang terakhir, jangan terlalu nafsu untuk menghakimi. Yesus tidak ajar begitu. Marilah menegur dengan sejuk. Biarlah menjadi pembelajaran dan permenungan kita di ruang pribadi masing-masing. Untuk Pater dan teman-teman OMK, kami mendoakan agar masalah ini segera selesai. Tetap semangat melayani dan memperbaik. (Helena Lose Beraf/Red)

 

Post a Comment for "Luka Kita Bersama, Respons Terhadap Video Koor yang Viral di Medsos"