Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

Plan Internasional dan Kearifan Lokal Kedang di Mata Air Wei Lari’, Desa Mahal II


Seremonial Adat di Mata Air Wei Lari', Desa Mahal II, Kecamatan Omesuri, Lembata, Sabtu, 11 Februari 2023

Rakantt.com – Yayasan Plan Internasional Indonesia bermitra dengan Yayasan Rumah Air Mandiri (Yeram) lewat program Jelajah Timur Run for Equality membantu kesediaan air bersih untuk warga Desa Mahal I dan II, Kecamatan Omesuri, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur.

Berdasarkan informasi akurat, proyek air bersih yang diambil dari mata air Wei Lari’, Desa Mahal II ini menelan anggaran sekitar 1,4 miliar yang dikumpulkan dari para donatur dan pelari.

Sebelum proyek raksasa ini dieksekusi, didahului dengan seremonial adat di mata air Wei Lari’ sesuai dengan kerifan lokal orang Kedang, Kabupaten Lembata. Seremonial adat yang dikenal dengan sebutan Iu Uhe Bei Ara ini dilangsungkan pada Sabtu, 11 Februari 2023.

Wei Pu'en (mata air) Wei Lari'


Cinta Alam, Cinta Kearifan Lokal

Salah satu kearifan lokal orang Kedang yakni tentang sopan santun terhadap alam. Ibarat mengambil barang orang lain mesti didahului dengan meminta izin. Hal ini pula yang dapat ditemukan pada ritual adat di mata air Wei Lari’.

Orang Kedang meyakini bahwa mata air Wei Lari’ memiliki penunggu (Neda), maka sebelum menggunakan air tersebut untuk mendukung proyek dari Yayasan Plan Internasional Indonesia, perlu meminta izin kepada penunggu mata air sesuai dengan kearifan lokal setempat.

Molan (pemimpin ritual) Dore Raha’ diundang untuk memimpin ritual ada tersebut. Dalam sapaan pembuka, molan meminta restu penguasa langit dan bumi atau Lia Nimon Loyo Wala sebagai pemilik dari segalanya.

Hadir pula para tetua dari semua suku (marga) yang ada di Desa Mahal I dan II untuk menyaksikan ritual adat yang kaya makna tersebut.

Seekor babi jantan yang belum dikebiri juga kambing dan empat ekor ayam dijadikan tumbal untuk memuluskan ritual adat dimaksud. Dalam aturan adat orang Kedang, suku/marga yang diakui sebagai pemegang Duli Uhe (tanah adat suku) sangat berperan penting dalam ritual ini. Jika tidak, maka ritual akan berjalan kacau dan akan mengganggu perjalanan proyek tersebut.

Suku Odel Wala, dalam ritual adat ini hadir sebagai pemegang Duli Uhe yang bertugas mendampingi molan dan mendapatkan Wutu’ Ale. Selain itu, para tetua dari masing-masing suku hadir sebagai saksi dan turut memberikan restu berjalannya ritual adat tersebut.

Proses seremonial adat sesuai kearifan lokal Kedang tersebut berjalan lancar hingga final.





Bo’ Bati’ Tong Bele

Generasi muda Mahal I dan Mahal II mesti tahu ini. Sebab orang Kedang hidup di atas aturan adat yang diakui sakralitasnya. Pada akhir dari ritual adat ini, ada satu bagian yang disebut bo’ bati’ tong bele atau bagian tubuh dari hewan kurban dibagi-bagikan kepada semua yang hadir sesuai aturan adat.


Infrastruktur Jalan Memprihatinkan Menuju Wei Lari'


Suku Odel Wala yang bertugas sebagai pemegang Duli Uhe mendapatkan Wutu’ Ale yakni imen dan ebon likan wanan. Sementara Kepala Desa Mahal I dan II mendapatkan kepala babi kiri dan kanan yang mau menegaskan otoritas mereka sebagai pemimpin wilayah. Suku Leu Hapu mendapatkan kepala kambing karena secara adat, suku ini berbatasan dengan suku Odel Wala (Nanga Atur la’ Ledur). Selain itu, ebon likan weri dibagikan kepada semua yang hadir untuk nae’ nuhu paing weu’ (semua merasakan nikmatnya daging hewan kurban secara merata).

Hal penting lainnya yang perlu diketahui yakni keindahan toleransi antaragama berbasis kearifan lokal.  Pada saat makan bersama, warga yang beragama Islam dan Kristen menampilkan model toleransi yakni yang muslim menikmati nikmatnya daging ayam dan kambing dan duduk pada bagian selatan. Sementara itu, yang kristen, menikmati daging babi dan ayam di bagian utara.

Dukung Yayasan Plan

Kepala Desa Mahal II dalam sambutannya mengatakan, kehadiran masyarakat dan tokoh adat adalah bentuk dukungan terhadap Yayasan Plan Internasional Indonesia untuk menyukseskan program penyediaan air bersih di dua wilayah Desa tersebut.

“Kehadiran masyarakat dan tokoh adat adalah bentuk nyata dukungan kepada Yayasan Plan untuk menyukseskan program penyediaan air bersih. Kegiatan seremonial ini sebagai langkah awal untuk memulai kegiatan selanjutnya,” ungkap Yohanes Guido Tua, Kades Mahal II.

Ia juga menjelaskan, setelah seremonial adat, akan dilakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang mekanisme pelaksanaan kegiatan tersebut dan masyarakat akan dilibatkan secara langsung.

Hadir pula dalam kegiatan tersebut, Camat Omesuri, Ade Hasan Yusuf, Kades Mahal I, Fransiskus Beni Orolaleng, Kapolsek Omesuri, Danramil, Pengurus Yayasan Plan Internasional Indonesia dan Rumah Air Mandiri serta masyarakat dua desa bersangkutan. (R)

 

 

4 comments for "Plan Internasional dan Kearifan Lokal Kedang di Mata Air Wei Lari’, Desa Mahal II"