Sjamsul Hadi, Makan Pangan Lokal di Desa Watodiri, Lembata, Lalu Kita?
RakatNtt.com – Sjamsul Hadi, Direktur
Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat Direktorat
Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek RI, mengunjungi Desa Watodiri, Kecamatan
Ile Ape, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur, pada Selasa 12 Desember 2023. Bersama
rombongan, Sjamsul Hadi diterima oleh warga
Desa Watodiri bersama Kepala Desa dan komunitas Langit Jingga Film’s.
Kedatangan Sjamsul Hadi ini juga ditemani oleh komunitas Pandu Budaya Lembata
dan Pegiat Budaya Lembata, Abdul Gafur Sarabiti.
Sjamsul Hadi, Direktur Kepercayaan terhadap Tuhan YME dan Masyarakat Adat dan Kades Watodiri, Robertus Sayang Ama (berdiri) |
Dalam kunjungan ini, Sjamsul Hadi mengharapkan
warga Watodiri mengonsumsi pangan lokal. Hal ini disampaikannya lantaran pangan lokal telah mengalami
pergeseran dari makanan pokok menjadi sampingan. Tujuannya ialah kedaulatan
pangan di tingkat Desa. Ia juga berharap agar ada pengakuan masyarakat adat di
wilayah Lembata.
“Saya berharap di 2024 nanti ada pengakuan,
perlindungan terhadap masyarakat adat di wilayah Lembata,” tandasnya.
Pada kesempatan diskusi bersama, Direktur KMA
mengatakan, ke depan akan meningkatkan program pemajuan kebudayaan di Lembata.
Salah satu program dari KMA yang rencananya akan dilaksanakan pada Agustus 2024
yakni Program Magang dan Studi Independen
Bersertifiikat.
Wujud dari program ini yakni, KMA akan bekerja
sama dengan sekitar 300 mahasiswa yang akan turun ke Desa-desa di Lembata. Para
mahasiswa ini akan bekerja di Lembata selama 5 bulan. Hal ini disampaikannya
untuk menjawab harapan warga yang membutuhkan pendampingan berkelanjutan di
Desa Watodiri, khususnya dalam mengembangkan pangan lokal dan potensi budaya
lainnya.
Selain itu, Kades Watodiri, Robertus Sayang Ama,
dalam kesempatan tersebut mengucapkan terimakasih kepada Direktur KMA serta
rombongan karena telah mengunjungi Desa Watodiri. Ia juga menjelaskan secara
ringkas makna filosofi dari Watodiri – Wato “batu” dan Diri “berdiri”. Watodiri
berarti batu berdiri sehingga menurut Kades, maknanya, dari batu, mereka
menjadi manusia, batu menjadi wadas.
Tak hanya itu, ia juga menjelaskan bahwa warga
Watodiri telah melakukam festival Buka
Badu beberapa minggu lalu yang dilakukan secara meriah berbeda dengan
tahun-tahun sebelumnya.
Setelah diskusi bersama, diadakan makan siang
bersama dengan menu makanan lokal. Usai makan siang, Direktur KMA serta
rombongan diajak menuju pantai untuk melihat lokasi muro atau laut terlarang sebagai sebuah kearifan lokal yang masih
dilestarikan hingga kini.
Post a Comment for "Sjamsul Hadi, Makan Pangan Lokal di Desa Watodiri, Lembata, Lalu Kita?"
Komentar