Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

Aneh, Baca Buku Dibilang Sombong

 



RakatNtt.com – Apakah Anda pernah membaca buku dan mendapatkan penilaian negatif dari orang lain? Barangkali orang lain itu adalah rekan kerja Anda di sebuah instansi atau teman-teman Anda di kampus dan kampung. Misalnya ada bahasa sinisme, yang mengarah pada Anda. Misalnya mereka mengatakan Anda sombong atau supaya dibilang orang hebat atau dipuji orang atau sok pintar.

Bahasa sinisme seperti ini, tak jarang kita temukan bahkan di kampus yang adalah lahan mencari ilmu pengetahuan, aktivitas membaca buku seringkali dianggap aneh. Orang lebih suka menggunakan HP atau menceritakan sesuatu. Bercerita apalagi gosip adalah sebuah kebiasaan yang sangat dinikmati dalam lingkungan sekitar kita.

Kebiasaan monoton seperti itu dianggap sebagai hal positif yang tidak boleh ditinggalkan – bayangkan di instansi kerja, ada rekan yang suka menggosip karena barangkali Anda suka baca buku.

Sebenarnya, gosip seperti itu tak perlu dihiraukan karena hanya membuang waktu. Namun, sebagai langkah edukatif, kita mesti berani menulis dan mengungkapkannya. Bahwa membaca buku atau koran adalah hal positif bukan pameran kesombongan atau sok pintar. Orang yang merasa pintar tentu ia tak perlu lagi membaca buku. Sebab membaca buku menegaskan kalimat yang disampaikan Socrates “aku tahu bahwa aku tak tahu.”

Rasa kuriositas tanpa batas, termasuk mencari dalam buku-buku atau koran. Aktivitas membaca ini mesti menjadi habitus positif. Membaca bisa dilakukan dimana saja, di rumah, di taman, di tempat rekreasi, di pinggir pantai dan lain-lain. Tak perlu merasa minder jika ada penilaian negatif bahwa membaca buku adalah bagian dari ekspresi kesombongan.

Justru sebaliknya, membaca buku menegaskan kualitas diri kita, kerendahan hati kita untuk mengakui kelemahan diri kita. Karena kita lemah dalam hal ilmu maka kita mesti terus mencari tanpa henti.

Hal aneh lainnya, jika orang sibuk menggunakan HP dan malas berkomunikasi dengan orang di sekitarnya alias individualisme, dilihat sebagai hal yang biasa-biasa saja. Inilah keanehannya. Membaca buku dibilang sombong, menggunakan HP dan tak komunikatif dianggap hal biasa.

Dari keanehan ini, kita harus mampu merubah pola pikir. Mengatur waktu untuk membaca adalah kehendak positif yang mesti direalisasikan setiap hari. Mulailah membaca tanpa merespons penilaian negatif dari sesama Anda. Sebab membaca adalah bagian dari kehidupan kita.

Anda bisa membaca di pagi hari, siang hari setelah makan, sore hari setelah olahraga atau malam hari sebelum tidur dan setelah bangun pagi. Banyak hal positif dilahirkan dengan membaca. Almarhum Ignas Kleden pernah menceritakan kalau setiap hari ia menghabiskan waktu delapan jam untuk membaca dan menulis. Lalu, berapa menit Anda menghabiskan waktu untuk membaca setiap hari?

2 comments for "Aneh, Baca Buku Dibilang Sombong"