Bunda Literasi Lembata dan Jalan Pikiran Instan
Secara pribadi saya tertarik dengan program dari Dinas Perpustakaan Lembata yang bekerja sama dengan sekolah-sekolah. Dinas membawa buku-buku ke sekolah dalam rentang waktu tertentu kemudian diambil lalu mendatangkan lagi buku-buku lainnya.
Tak
hanya itu, Dinas terkait punya banyak program untuk mendongkrak literasi di
Lembata, kampungnya Gorys Keraf.
Kita mengapresiasi sekaligus mengoreksi cara kerja Dinas terkait. Apresiasi dan koreksi adalah bagian dari literasi. Yang terbaru, istri Bupati Lembata, Ketua penggerak PKK Lembata dinobatkan secara tiba-tiba sebagai Bunda Literasi Lembata periode 2025-2029.
Alasan pengukuhan tersebut yakni Ketua Penggerak PKK Lembata punya jaringan yang luas sampai ke rumah-rumah warga sehingga diharapkan bisa membawa pengaruh kesadaran berliterasi kepada mama-mama di semua pelosok. Kata kuncinya adalah kesadaran berliterasi. Apa itu?
Kesadaran
berliterasi harus bertumbuh pada pribadi setiap orang Lembata. Pada konteks tulisan
ini, kesadaran ini juga mesti sudah jauh-jauh hari bertumbuh dalam pengalaman
hidup Bunda Literasi, sebuah sebutan yang sangat mulia dan menggetarkan.
Orang
menyebut Najwa Sihab sebagai Duta Baca tanpa protes karena memang ia layak dan
sepantasnya.
Lantas, mengapa Bunda Literasi Lembata menuai komentar miring? Sekali lagi komentar miring harus dibaca sebagai bagian dari koreksi atau berpikir kritis.
Tentu
jabatan yang diberikan kepada Bunda Literasi Lembata oleh banyak orang dianggap
terlalu instan.
Kita
mewariskan sebuah sejarah literasi yang salah kaprah kepada anak-anak Lembata bahwa
gelar bisa diperoleh secara instan tanpa keringat sedikitpun asalkan mereka
berada pada lingkaran kekuasaan.
Padahal
hakikatnya literasi itu sebuah proses panjang dan serius. Literasi bukan
seperti merebus mie instan di dapur dengan alasan malas masak. Inilah sebenarnya
koreksi yang harusnya disadari oleh Pemerintah.
Bahwa sebagai Ketua Penggerak PKK punya jaringan dan pengaruh. Namun apakah ia layak disebut sebagai Bunda Literasi? Apakah ia punya teladan kepada masyarakat paling kurang satu hari membaca 30 menit?
Jika tidak punya, lalu pengalaman apa yang mau ia bagikan kepada masyarakat? Apakah dengan demikian, maka potensi omong kosong atau kolong pohong bisa menjadi bagian dari Literasi di kampung Gorys Keraf? Bunda harus jujur dengan diri sendiri.
Dengan
modal kekuasaan, potensi berbohong terbuka lebar dengan menggunakan nama atau
gelar tertentu.
Walaupun
demikian, dengan tujuan sampai pada kesadaran literasi, kita mengarapkan agar “gelar”
Bunda Literasi bisa membawa pengaruh signifikan bagi Masyarakat Lembata yang
sebagiannya sedaang stres dengan wabah yang menyerang ternak babi–ajak mereka
hilangkan stres dengan baca buku, hehe.
Membawa
pengaruh artinya, Bunda punya kemampuan berliterasi, bunda mampu menjelaskan
manfaat literasi dan meyakinkan mereka untuk paling kurang membaca saja dulu.
Kita
mengharapkan Bunda Literasi bisa membawa pengaruh mulai dari rumah sendiri yakni
bersama Bupati Lembata menjadi teladan untuk Masyarakat. Sebab tanpa teladan,
maka sampai dunia kiamat, literasi di Lembata hanya identik dengan festival
tiap tahun, foto bersama, pertemuan dll.
Gelar yang sudah diberikan serentak menuntut tanggungjawab agar tidak menjadi bahan olokan yang menampar muka sendiri.