Teti Lama, Panglima Perang dari Atanila, Kedang
RakatNtt - Pada suatu masa, dimana masa itu merupakan zaman dimana orang-orang pada umumnya masi mengalami zaman nomaden atau hidup di suatu tempat yang masi berpindah-pindah tempat.
Tatkala di sebuah kampung yang bernama kampung Atanila tersimpan sebuah peradaban manusia pertama yang muncul sekaligus menjadi cikal bakal muncul desa Atanila sekarang ini.
Alkisah, pada suatu hari ada suatu keajaiban itu hadir dari sang Maha Pencipta menghadirkan sosok manusia dua orang dari lubang tanah. Dan itu diluar dari batas nalar kemampuan manusia normal pada umumnya.
Kok bisa orang muncul dari bawah naik lubang tanah? Ini menjadi sebuah kekazanahan budaya bagi masyarakat Atanila dan pada umumnya masyarakat Lembata dengan begitu banyak menyimpan cerita lokal dari masing-masing tempat asal usul di masing-masing kampung.
Inti dari topik judul diatas ini menceritakan manusia awal yang hadir di kampung atanila Yaitu: Telah muncul dua pemuda dari lubang tanah sesuai penulis sampaikan diatas.
Dua sosok pemuda tersebut bernama;
1.Li'u Bolla
2. Pulang Iri
Tempat yang menjadi awal muncul kejadian ini masi terjaga dan di lestarikan oleh masyarakat Atanila sendiri, dan menjadi tempat ritualisasi adat. Tempat itu bernama Rongo.
Li'u Bolla ini adalah sosok yang pertama kali keluar dari lubang tanah, sehingga dia menjadi si sulung. Sedangkan Pulang Iri muncul kedua setelah Li'u Bolla sehingga menjadi si bungsu.
Kakak beradik ini pula lah, yang menurunkan keturunan mereka menjadi suku/marga asli orang Atanila yaitu; Helnareq/Sanare dan Meluwiting/Meluwiste.
Sesuai cerita tutur dan menjadi Si Sulung (Li'u Bolla) menurunkan suku Helnareq/Sanare dan menjadi Si Bungsu menurunkan suku Meluwiting/Meluwiste.
Li'u Bolla ini konon cerita dia di pertemukan dengan sosok perempuan dari bangsa Jin yang berbulu badan seperti bulu enau. Sosok wanita yang di pertemukan itu bernama Oka Lewun.
Oka Lewun ini merupakan Saudari dari Uyo Lewun keturunan masyarakat Kedang lain pada umumnya.
Awal dari pertemuan mereka, ketika suatu hari Li'u Bolla mengiris tuak dan Oka Lewun ini berkarang di gunung agar bisa impiannya tercapai untuk menemukan pendamping hidupnya suatu saat nanti.
Akhirnya di pertemukan di tempat pohon tuak Li'u Bolla mengiris tuaknya itu.
Setelah selesai mengiris tuak dan turun ke bawah, Oka Lewun menyamparin Li'u Bolla dan mereka berdua duduk meminum tuak hasil irisan Li'u Bolla sampai merekapun mabuk tertidur pulas.
Melihat sang gadis yang lebih dahulu mabuk dan tidur tak sadarkan diri, Li'u Bolla berinisiatif mencukur bulu badan Oka Lewun seperti bulu enau itu sampai habis.
Setelah perempuan "Oka Lewun" ini sadar ia menangis karena dia merasakan kedinginan dan bertanya; Go Rawung Bapa 2X. Artinya saya punya bulu badan dimana? 2X.
Li'u Bolla dengan diam masa bodohnya tidak menghiraukan perrtanyaan Oka Lewun tersebut. Sedangkan bulu badan dari Oka Lewun sendiri Li'u Bolla menyembunyikan di bawah tungku api.
Akhirnya di putuskan mereka tinggal bersama dan suatu ketika Oka Lewun mengandung anak hasil hubungan dengan Li'u Bolla.
Dalam kandungan Oka Lewun ternyata melahirkan 3 anak kembar, dan proses persalinan pun dengan susah payah. Bahkan kejadian aneh juga muncul saat proses persalinan itu. Begini ceritanya;
*✓Anak pertama di lahirkan diatas bale-bale (tempat tidur) dan bale-bale atau tempat tidur itu hangus terbakar.
*✓Anak kedua di lahirkan diatas bambu yang tersusun berurutan menyerupai sebuah rakit. Ternyata bambu-bambu yang tersusun rapih itu, hangus terbakar pula.
*✓Sedangkan anak ketiga akhirnya di lahirkan diatas tanah, sehingga menyerupai sebuah Lubang galian dan menjadi tempat muasal dan sakral bagi masyarakat Atanila.
Dari tiga anak diatas dan menjadi pokok keuturunan suku Helnarq/Sanare dan Meluwiting/Meluwiste adalah anak ke tiga atau si bungsu hasil perkawinan Kakek Li'u Bolla dan Nenek Oka Lewun.
Untuk merunut silsilah keturunan anak ketiga dari hasil perkawinan Li'u Bolla dan Oka Lewun Sebagai berikut;
Li'u Bolla ~> Bolla Li'u ~> Sili Bolla ~> Bala Sili ~> Bura Bala ~> Lama Bura ~> Teti Lama ~> Sogang Teti ~> Hamid Sogang ~> Memperanak 4 orang anak laki-laki.
Sesuai dengan sub judul cerita, peran seorang tokoh pendekar sekaligus panglima perang yang bernama Teti Lama dari keturunan Li'u Bola dan Oka Lewun ini sangat luar biasa.
✓ Suatu ketika terjadi masa perang saudara yang bertakjub Paji - Demong sosok Teti Lama di undang Pimpinan Hamente, Raja Kalikur yang nantinya menjadi Kapitan Kedang agar Teti Lama di utus pergi ke Sagu Adonara berperang untuk membantu Raja Sagu.
✓ Teti Lama juga diutus oleh pimpinan Hamente kedang sebagai penjaga tapal batas wilayah kekuasaan hamente kedang.
✓ Sedangkan terjadi masa pertempuran kedua dan ketiga untuk Teti Lama bersama pasukannya terjadi di daerah kekuasaan pihak Demong.
Adapun tanda-tanda akan terjadi peperangan akan di mulai. Konon cerita, Di saat Teti Lama bersama pasukannya hendak pergi berperang, berupa kode alam dari benda pusaka yang di miliki Teti Lama berupa; Giring-giring.
Dan apa bila Giring-giring tersebut menetes diatas sokal kecil ( Sokal adat yang tersimpan di kamar kediaman Teti Lama).
Adapun tempat dan benda pusaka lainnya yang di miliki ole Teti Lama untuk digunakan saat pergi berperang yaitu berupa Tombak. Tempat untuk menyimpan tombak tersebut bernama "Lia Loro" dekat air merah.
Pada masa perang ke tiga yang di lakoni oleh Teti Lama inilah, beliau di tangkap dan di kirimkan ke Larantuka untuk di penjarah.
Kisah menarikpun terjadi saat Teti Lama menjalankan masa kurungan penjarahnya di Larantuka. Pada saat petugas/penjaga tahanan memberi makan dan minum kepada Teti Lama, ia menolak semua pemberian tersebut dengan alasan sudah kenyang.
Ternyata alasan itu tak sadari oleh petugas kalau tahanan mereka itu memiliki suatu kelebihan (amalan) kalau saat malam tiba bisa menghilang, Teti Lama selalu pulang makan minum di kampungnya Atanila bersama anak istrinya.
Akhirnya suatu ketika kebiasaan Teti Lama yang selalu menolak makanan dan minuman dari petugas di ketahui, beliau di paksa untuk dan harus memakan makanan yang dari penjarah.
Setelah ia menyantap makanan yang ada di penjarah, perlahan mulai dirasakan Teti Lama sudah tidak bisa pulang kampung Atanila saat malam tiba dan semua ilmu kenuragaan bela dirinyapun hilang.
Beliau akhirnya meninggal dalam penjara dan kemudian jasadnya di kuburkan di pekuburan umum di hutan kampung lama Larantuka.
Sumber: Dula Hamid Sanare dan Umar Hamid Sanare.
Penulis: Sapri Leutuan, disadur dari facebook