Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

Sili Laka Pahlawan para Petani di Kedang Lembata

 

Ilustrasi Pexel

 

RakatNtt - Sejarah kekuasaan di Kedang, Lembata, tak selalu elok diceritakan kembali. Sebab selalu ada cerita kolonialisme dan feodalisme yang mengiringi sejarah orang Kedang - namun bukan berarti kita hanya menulis yang baik-baik saja lalu menyembunyikan fakta-fakta lain. Salah satu tokoh yang berjuang hingga titik darah penghabisan adalah Sili Laka. Ia adalah pahlawan dan spirit perjuangan bagi para petani Kedang. Sili Laka berasal dari marga Lokang Hingan, dari rumpun kampung Peusawa dan berpindah untuk menetap di Hule, pantai Selatan.

Dari beragam versi lokal dan catatan tertulis dari R.H. Barnes, diceritakan bahwa Sili Laka tak menerima karakter feodalistik yang dilancarkan oleh Rian Baraq yang mengklaim tanah di bagian selatan Kedang sebagai milik pribadinya. Strategi yang dibuat adalah Rian Baraq melepaskan (atau terlepas?) kerbaunya dan merusak tanah dan tanaman mulai dari Tobotani hingga Atanila.

Setiap ada bekas kaki kerbau, Rian Baraq mengklaim sebagai tanahnya. Dari catatan Barnes dan dihubungkan dengan cerita lokal, Rian Baraq yang dimaksudkan adalah Musa Sarabiti atau mungkin Lawe Sarabiti. Tindakan sewenang-wenang Rian Baraq ini, dilawan dengan berani oleh Sili Laka dengan cara membunuh kerbau milik Rian Baraq lalu dagingnya dibagikan kepada penduduk mulai dari Leuhapu sampai Leutoher.

Sili Laka juga mendapat dukungan dari 10 kampung di Demong. Ada juga versi lisan bahwa perjuangan Sili Laka mendapat dukungan dari raja Larantuka. Pemberontakan Sili Laka atas nama keadilan untuk melawan feodalisme berujung pada perundingan damai di kampung Dolu. Diceritakan bahwa Sili Laka dan Rian Baraq sudah sepakat berdamai dan membagi wilayah kekuasaan untuk menjaga keseimbangan.

Namun, ada anak buah Rian Baraq yang tidak puas dengan keputusan damai dan melakukan penembakan dari arah belakang dan menewaskan Sili Laka. Barnes mencatat bahwa Sili Laka ditembak oleh salah seorang yang berasal dari Boleng Adonara menggunakan Pistol dari Timor Leste saat hendak melarikan diri. Barnes mencatat sesuai informasi dari Liliweri bahwa sebelum ada perundingan damai di Dolu, Lawe Sarabiti sudah menyusun strategi untuk menangkap Sili Laka. Hal ini tidak diketahui oleh Sili Laka. Saat melarikan diri ia kena peluru pistol.

Tulisan Barnes ini masih caca karena konra dengan versi lisan bahwa yang konflik dengan Sili Laka adalah Rian Baraq Musa bukan Lawe. Namun, ada informsi terbaru yang cukup akura, Rian baraq yang konflik dengan Sili Laka adalah Sarabiti Musa (kubur buaq). Artinya, konflik ini terjadi sekitar aal 1900-an.

Ada juga versi lisan lain bahwa pahlawan para petani ini ditikam oleh Leraq Taling saat hendak meneguk tuak. Sampai saat ini, masih beragam versi di balik kronologi kematian Sili Laka. Versi lainnya dari suku Leunadal di Dolu bahwa moyang mereka bernama Bau Laku menikam Sili Laka dari arah belakang saat situasi genting sehingga pertemuan tersebut pun semakin ricuh. 

Namun Sili Laka tidak langsung tewas di Dolu. Bau Laku melakukan itu karena diminta oleh ana' maing mereka rian baraq Sarabiti yang adalah turunan dari moyang perempuan Leunadal yang kawin dengan Rahaq Roman. Suku Leunadal juga beberapa tahun lalu telah melakukan ritual pengampunan dosa leluhur mereka atau bele bara weiq nanan.

Namun, dari versi tersebut, lebih bisa diterima Sili Laka tewas karena ditembak, karena tidak mungkin seorang pendekar yang dikenal amat sakti ditikam dalam jarak dekat tentu anak buahnya yang ada di sekelilingnya tak mungkin tinggal diam. Yang pasti kronologi awal kematian Sili Laka saat pertemuan di Dolu masih simpang siur.

Ia kemudian dibawa oleh anak buahnya dan dinyatakan meninggal di sebuah tempat di Leuweheq sekarang. Beberapa hari kemudian mi'er rian (panglima gaib) miliknya datang mengobatinya tetapi diketahui oleh Leraq Taling. Ia pun menghadap rian baraq Sarabiti dan kepadanya diberikan sebuah keris lalu diperintahkan untuk memenggal kepala Sili Laka kemudian dibawa ke Kalikur, dikuburkan hingga saat ini.

Pahlawan Petani

Sebagai generasi muda Kedang, saya melihat moyang Sili Laka bukan sebagai seorang pemberontak yang kalah perang demi mengejar kekuasaan. Namun, ia adalah seorang pahlawan yang berjuang atas nama keadilan dan kesetaraan bagi para petani Kedang.

Ia berjuang agar keadilan ditegakan dan kekuasaan yang feodalistik dimusnahkan. Namun, seorang pahlawan tak selamanya aman. Ia akhirnya dibunuh saat perundingan damai. Seorang pahlawan tewas seketika tetapi perjuangannya harus menjadi spirit bagi generasi Kedang untuk melawan ketidakadilan.

Setelah tewas, jenazahnya disandarkan pada sebuah pohon. Beberapa hari kemudian, kekuatan gaib (mi’er) miliknya datang untuk mengobatinya. Namun, mata-mata dari pihak Rian Baraq mengetahui hal demikian. Akibatnya Sili Laka dipenggal dan kepalanya dibawa ke Kalikur.

Kisah heroik Sili Laka ini memberi pesan penting bagi generasi Kedang agar selalu membangun hidup harmonis. Tak boleh ada yang bertindak sewenang-wenang atas nama kekuasaan dan politik. Kaum lemah harus dilindungi dengan tidak mencaplok hak-hak mereka. Sosok Sili Laka hadir saat para petani dicaplok haknya atas tanahnya.

Dengan demikian, Sili Laka layak dikenang sebagai pahlawan yang berjuang atas nama keadilan. Namun, yang benar seringkali harus berakhir di ujung senjata. Sili Laka secara biologis milik orang Lokanghingan tetapi secara sosiologis milik semua orang yang mencintai kebenaran, keadilan dan kesetaraan. Mari kita belajar pada sejarah untuk berbenah.

Post a Comment for "Sili Laka Pahlawan para Petani di Kedang Lembata"