Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

Hari Besar Lembata dan Keistimewaan ASN dalam Lomba-lomba Instan

 

Ibu-ibu di kampung yang mahir titi jagung


 

RakatNtt - Sejarah telah mewariskan cerita tentang para pejuang Lembata sejak 7 Maret 1954 sampai berpuncak pada Otonomi Lembata. Mereka semua datang dari latar belakang yang berbeda tetapi punya misi yang sama yakni agar Lembata menjadi satu dalam cita-citanya. Tahun 2025 Lembata telah mencapai umur yang ke 26 tahun. Dinamika politik dan strategi leadership telah ditorehkan oleh pemimpin berganti pemimpin. 

Namun, namanya sebuah perjuangan, sudah pasti selalu berproses. Kepentingan politik partikular bahkan politik identitas berbasis kesukuan yang amat jelas mengarah kepada etnosentrisme pun tak jarang dipertontonkan demi meraih kemenangan. Pemimpin ideal yang diharapkan juga selalu berbeda tergantung cara pandang masing-masing pihak. Semua itu adalah dinamika yang patut dirayakan dan direfleksikan.

 

HUT Otda Lembata kali ini menggegerkan pikiran publik tentang lomba-lomba yang terkesan instan, asal jadi atau asal tempel. Kegiatan yang mencerminkan para penyelenggara kita barangkali malas berpikir tentang kegiatan yang relevan,  berkualitas dan mewakili masyarakat Lembata. Namun, dari lomba titi jagung hingga mengetik cepat menggunakan bahasa inggris terlihat bahwa ASN seolah diistimewakan serentak pula dimanipulasi dan direduksi. Mungkin ada ASN yang merasa biasa-biasa saja terkait kegiatan ini, tetapi kita bisa membaca melalui kaca mata lain bahwa 2 perlombaan ini tidak layak dipertontonkan dalam hari besar Lembata yang amat sangat sakral.

Pada lomba titi jagung, Pemda kita mengklaim sebagai strategi untuk meningkatkan rasa cinta ASN terhadap kearifan lokal Lembata. Sungguh sebuah ironi dan tak ada benang merah. Kita pun tak tahu pasti masalah yang dihadapi ASN untuk mencintai kearifan lokal. Apakah jika mereka kurang mencintai kearifan lokal, maka jalan yang ditempuh melalui lomba titi jagung? 

Apa ukuran yang dipakai? Padahal perlombaan berarti sebuah ajang bergengsi, kompetisi untuk meningkatkan kualitas diri. Artinya, jika titi jagung dijadikan sebagai mata lomba, maka ibu-ibu di kampung yang kesehariannya melekat dengan praktik budaya titi jagung-lah yang harus dilibatkan bukan ASN yang bekerja kantoran.

ASN telah merampas identitas ibu-ibu lalu dipertontonkan di hadapan pejabat daerah pada hari besar Lembata – lalu mungkin ditertawakan bersama sambil diposting di FB Pro. Lomba artinya, kita mengukur kemampuan orang yang sehari-hari bergelut dengan kegiatan tersebut. Dengan demikian, ASN yang setiap hari tidak bergelut dengan titi jagung, hanya mengisi momen, memanfaatkan kegiatan ini untuk saling menghibur di antara mereka. Ini  namanya manipulasi.

Namun, jika ASN menganggap kegiatan ini penting, maka yang paling penting bukan lomba - ini juga bukan lomba tapi kegiatan hiburan - tetapi setelah kegiatan ini. Rasa cinta diwujudkan ketika ASN punya waktu khusus rutin membeli jagung titi yang dirawat oleh ibu-ibu di pinggir jalan. Bukan hanya itu, Bupati Lembata dan partai politik yang suka keliling bagi-bagi jagung hibrida mesti sadar bahwa kelakuan mereka bisa mengancam jagung lokal dan jagung titi, maka perlunya edukasi.

Yang kedua, lomba mengetik cepat menggunakan bahasa inggris. Apakah kegiatan ini layak disebut lomba? Apakah cocok hari besar rakyat Lembata dipertontonkan sebuah kegiatan invantil dan instan ini? Apakah Pemda kita miskin ide sehingga menyodorkan kepada publik kegiatan yang  sebenarnya tidak layak pada momen Otda Lembata? Mengetik cepat entah sengaja menggunakan bahasa inggris supaya dianggap wow sesungguhnya sedang menampilkan sesuatu yang kurang. 

ASN sebagai abdi masyarakat yang punya kualitas disuruh bermain-main dengan labtop, latihan ketik. Apa tujuan yang mau dicapai dari kegiatan model ini? Lomba mengetik di hari bersejarah bisa mengurangi kesakralan HUT Otda Lembata. Bukan dengan lomba mengetik melainkan ASN dalam lingkup Pemda dibenah dari dalam khusus tentang cara menulis surat resmi pemerintahan.

Jika ASN mau menampilkan kualitas diri di hadapan publik maka tampilkan kegiatan yang bergengsi, yang menuntut pikiran kreatif, ide-ide besar untuk meyakinkan publik bahwa ASN Lembata bisa. Dibutuhkan pikiran kreatif dan progresif bukan pasrah saja pada kehendak “bapa yang di atas.”

Dari 2 mata lomba instan tersebut jelas bahwa HUT Otda Lembata kali ini mau menampilkan keistimewaan ASN tetapi serentak pula memanipulasi identitas ASN dan mereduksi kualitas diri mereka di hadapan publik Lembata. Mereka mengikuti lomba sambil tersenyum di balik kaca mata hitam tetapi ibu-ibu di kampung sebagai pemilik dana setia merawat jagung titi tetap hidup sendiri, bahkan mungkin mereka yang menjualnya di lorong pasar TPI tak pernah dilirik oleh mereka yang menjadi peserta lomba pada hari bersejarah ini.

Padahal yang dirindukan adalah pada HUT Otda Lembata, Pemerintah dan DPRD berjanji dan berkomitmen memangkas tunjangan sebagai bukti cinta pada masyarakat terutama para penjual jagung titi. Padahal yang diharapkan pada momen ini, ibu-ibu penjual jagung titi diundang ikut serta sambil para ASN diwajibkan membeli jagung titi. Jadi uang ASN dipotong untuk berdampak langsung pada masyarakat bukan untuk mendukung festival.

Akhirnya, selamat HUT Otda Lembata dan apresiasi untuk semua kegiatan yang sudah dirancang. Semoga berjalan lancar.

 

 

 

Post a Comment for "Hari Besar Lembata dan Keistimewaan ASN dalam Lomba-lomba Instan"