Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

Siapa yang Tepat Jadi Bunda Literasi Lembata, Istri Bupati atau ATP?

 


 

RakatNtt - Banyak orang paling tidak yakin jika gerakkan literasi dikerjakan langsung oleh pejabat publik - politisi - kecuali mereka yang punya latar belakang relevan; ada fondasi literasi yang bisa jadi acuan bersama. Namun, pejabat publik yang tak pernah mengenal literasi hanya akan mencatat sejarah di depan publik bahwa ia pernah berbohong. Padahal, dalam literasi kita akan berbicara soal berpikir kritis sebagai puncak dari literasi selain dasar-dasara penyanggah misalnya membaca banyak dan mendalam juga menulis banyak dan berkualitas.

Dari faktor-faktor ini, kita bisa periksa; apakah gerakkan Literasi di Lembata layak dipimpin oleh sang Bunda? Apa hubungan gerakkan literasi dengan istri Bupati? Yang ada hanyalah relasi kuasa antara Dinas Perpustakaan Lembata dan pejabat yang lebih tinggi. Bagaimana mungkin seorang diagungkan sebagai Bunda Literasi jika kesehariannya tidak tahu menahu tentang literasi? Bagaimana mungkin - misalnya - politisi atau pejabat tertentu diberi gelar penggerak literasi jika membawa sambutan singkat saja harus membaca teks yang merupakan hasil karya dari asisten misalnya?

Apa yang mau ditawarkan ketika seorang pejabat publik yang dinomorsatukan dalam dunia gerakan literasi tidak bisa menampilkan kemampuan diri dalam hal menulis, membaca dan berbicara? Kita bisa juga periksa; apakah para penggerak literasi punya perpustakaan pribadi? Tanpa dasar yang kuat maka literasi kita hanyalah untuk kepentingan viralitas dan kesenangan penguasa bukan sebuah kerja yang mengakar dan berbuah.

Hal ini sama ketika, literasi hanya diuji saat ada lomba perpustakaan atau lomba menulis antar-sekolah. Siswa dipaksa untuk ikut latihan satu dua hari menjelang lomba - sebelum dan sesudah lomba siswa dibiarkan sendiri; tak ada penghayatan, tak ada proses yang lahir murni. Sama juga ketika ada lomba Perpustkaan yang dinilai bukan kerja kolaboratif yang berproses dan berbuah melainkan dari gedung perpustakaan, jumlah buku, arsip dan foto-foto. Semacam kulit luar yang ditonjolkan tetapi yang bagian dalam kosong atau rapuh.

Bagaimana dengan Bunda Literasi Lembata yang adalah istri Bupati Lembata? Apa modal literasi yang bisa ia tawarkan bagi gerakkan literasi di Lembata - selain modal pengendali kekuasaan? Lietrasi bukan omon-omon atau baca teks sambutan yang ditulis oleh pembantu belakang layar atau foto-foto kesana-kemari. Kita merindukan literasi kita mengakar kuat di Lembata. Bagaimana caranya?

Lembata yang kecil ini, jika dihitung, ada banyak penulis buku atau mereka yang mahir dalam dunia literasi - walaupun banyak dari mereka yang menetap di luar. Kita minta mereka untuk memberi pandangan tentang gerakaan literasi yang berakar kuat. Kita tidak bisa mendengar pidato seorang yang tidak ada hubungan dengan literasi, kita tidak bisa percaya pada kata-kata orang yang malas baca dan menulis mendalam sebagai syarat mutlak dalam gerakan literasi.

Artinya, poin saya, gerakkan literasi harus dipimpin atau dibimbing oleh orag yang tepat dan itu tidak layak pada diri pejabat yang tidak punya fondasi; yang hanya kunjung kesana-kemari; yang baca sambutan dari hasil karya pembantu yang dibayar. Maka siapa sebenarnya yang bisa kita andalkan jadi Bunda Literasi di Lembata? Jawaban yang paling tepat adalah Arus Tujuh Penjuru! Silahkan cari sendiri alasannya!

Post a Comment for "Siapa yang Tepat Jadi Bunda Literasi Lembata, Istri Bupati atau ATP?"