SUSAHNYA MENULIS DALAM BAHASA DAWAN (Uab Meto¹)
Oleh Valen Ukat, Mahasiswa STFK Ledalero
Pulau Meko Adonara, Flores Timur, NTT |
Di kalangan orang Dawan
(Atoni²), Timor, Nusa Tenggara Timur, seringkali muncul candaan bernada keluhan tentang sulitnya menulis
(dan membaca tulisan) dalam bahasa Dawan (Uab Meto). Dikatakan bahwa Uab Meto
lebih mudah dibicarakan/dipercakapkan daripada ditulis. Jika saja suatu teks
tertentu berhasil ditulis dalam Uab Meto maka orang yang berbahasa Uab Meto
(bahkan native speaker sekalipun) akan sulit untuk membaca (dan mengerti) arti
dari teks tersebut.
Meskipun lebih banyak
dijadikan sebagai bahan candaan, kesulitan di atas nyatanya sangat mempengaruhi
perkembangan dan pelestarian Uab Meto. Sulitnya menulis (dan mengerti) teks
dalam Uab Meto mengakibatkan kurangnya karya yang dihasilkan dalam bahasa ini. Hal
ini bisa mengakibatkan Uab Meto punah pada suatu saat apalagi dengan adanya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, generasi muda lebih banyak
dituntut untuk menggunakan Bahasa Indonesia dan bahasa asing lain ketimbang
menggunakan bahasa daerah. Belum lagi ditambah dengan pembiasaan untuk berkomunikasi dalam keluarga menggunakan
bahasa Indonesia tanpa adanya usaha untuk mewariskan Uab Meto kepada generasi
dini.⁴ Tentu saja ini adalah suatu kondisi yang mengkhawatirkan.
Terlepas dari
kekhawatiran akan kepunahan Uab Meto, pada kesempatan ini saya hendak membahas
alasan yang melatarbelakangi sulitnya menulis (dan mengerti) teks dalam Uab
Meto. Pembahasan ini adalah hasil refleksi saya sendiri yang didasarkan pada
suatu studi pustaka yang telah lama saya buat mengenai Dawanologi⁵. Melalui
tulisan ini, saya ingin memberi suatu gambaran yang mungkin bisa sedikit
menjawab pertanyaan "Mengapa menulis (dan mengerti) teks dalam Uab Meto
itu selalu susah?".
Uab Meto termasuk dalam
rumpun bahasa Austronesia atau rumpun bahasa "kepulauan" yang
merupakan rumpun bahasa yang sangat luas penyebarannya di dunia. Bahasa-bahasa
yang termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia seringkali tidak memiliki catatan
tertulis (berupa kesenian-kesenian tertulis, prasasti) yang dapat menjelaskan
perjalanan sejarah panjangnya. Hal ini mengakibatkan sulitnya proses
rekonstruksi menuju zaman yang lebih awal seperti proto-austronesia.
Uab Meto pada
kenyataannya hampir tidak memiliki catatan tertulis yang berisi sejarah
panjangnya. Teks-teks Uab Meto (Kitab Suci Bahasa Dawan misalnya) yang paling
tua saja umurnya mungkin tidak lebih dari 80 atau 100 tahun yang tentu saja
tidak bisa menjelaskan secara menyeluruh mengenai sejarah panjang bahasa ini.
Hal ini berbeda dengan bahasa-bahasa lain seperti Sansekerta dan Jawa yang
banyak digunakan untuk menulis prasasti-prasasti (umurnya sekitar 1000 tahun
atau mungkin lebih). Keberadaan prasasti-prasasti itulah yang bisa menjelaskan
sejarah panjang bahasa-bahasa tersebut.
Ketiadaan bukti-bukti
tertulis mengenai sejarah panjang Uab Meto tidak mengartikan bahwa Uab Meto
tidak memiliki catatan sejarah. Catatan sejarah itu ada tetapi dalam bentuk
lisan. Sebut saja "Takanab" (TTU) atau "Natoni"
(TTS/Kupang) yang nyatanya sudah ada jauh sebelum "kaes muti Balana'"
(orang asing/Belanda/Portugis [juga Misionaris Katolik?]) mendarat di pulau
Timor untuk pertama kalinya pada tahun 1460.⁷ Budaya tutur berisi pantun dan
pujian adat untuk raja ini setidaknya sudah ada sejak abad ke-3 Masehi saat
kerajaan-kerajaan di Timor mulai eksis⁸ atau bahkan mungkin jauh sebelum itu.⁹
Ketersediaan "takanab/natoni" sebagai salah satu bentuk kesenian
berbahasa lisan dalam Uab Meto sungguh menjadi suatu kemujuran tersendiri bagi
para peneliti bahasa sekarang untuk bisa memepelajari sejarah perkembangan Uab
Meto.
Kenyataan mengenai
ketidaktersediaannya catatan tertulis dalam Uab Meto (yang ada hanya catatan
lisan) menunjukkan bahwa Uab Meto sejak awal memang tidak diciptakan untuk
ditulis. Uab Meto tampaknya hanya diciptakan dalam bentuk bunyi (suara manusia)
dengan intensi minimal agar Atoni pada masa-masa awal peradabannya dapat saling
menyampaikan maksud dan kehendak mereka. Uab Meto tidak serentak diciptakan
juga dalam bentuk tulisan karena hal itu memang tidak urgen bagi kehidupan
Atoni masa-masa awal peradaban. Hal ini juga mungkin dipengaruhi oleh
ritual-ritual keagamaan Atoni yang hanya berisi pantun dan nyanyian tanpa
adanya tulisan.
Ketiadaan catatan
tertulis dalam Uab Meto sejak awal peradaban seperti yang dijelaskan di atas
merupakan sumber kesulitan untuk menulis (dan membaca tulisan) dalam Uab Meto.
Kesulitan ini menjadi lebih rumit lagi karena Uab Meto masa kini ditulis
menggunakan huruf latin yang tampaknya tidak menyediakan referensi huruf yang
lengkap untuk merepresentasikan bunyi-bunyi tertentu dalam Uab Meto. Contohnya
"kerja" dalam Uab Meto selalu ditulis "mepu" menggunakan
huruf latin padahal bunyi sebenarnya dalam Uab Meto tidak seperti yang ditulis
itu. Huruf "u" pada kata "mepu" tidak sama bunyinya dengan
huruf "u" dalam kata "buku". Bunyi yang sesuai adalah
antara bunyi "u" pada "buku" dan bunyi "o" pada
"toko". Jadi, bunyi yang tepatnya adalah antara "u" dan
"o". Bunyi ini nyatanya tidak bisa direpresentasikan oleh huruf
latin. Diperlukan huruf lain untuk menulis bunyi ini (mungkin seperti
"umlaut" dalam huruf bahasa bangsa Arya?). Hal inilah yang menjadi
alasan mengapa Uab Meto selalu sulit untuk ditulis (dan dibaca).
PENUTUP
Uab Meto merupakan
salah bentuk kearifan lokal yang membahasakan peradaban manusia terutama Atoni.
Pada titik ini, kesadaran sebagai Atoni (juga mungkin sebagai manusia yang
hidup berbahasa) diharapkan dapat membentuk rasa tanggung jawab atas
keberlanjutan perkembangan Uab Meto. Kesadaran ini harusnya dipupuk terus lalu
diwariskan kepada generasi berikut demi pelestarian Uab Meto yang pada dasarnya
menjadi jiwa bagi Atoni. Segala proses belajar dan penelitian mengenai Uab Meto
sudah seharusnya diusahakan untuk tujuan tersebut. Akhirnya, kita seharusnya
sadar bahwa sebagai manusia yang menyejarah (Heiddegger) sudah sepantasnya kita
menjaga dan melestarikan bahasa yang menjadi menjadi bentuk paling pasti dari
sejarah (Paul Recouer).
ENDNOTE:
¹Sebutan ini mengikuti
anjuran Pak Yohanes Manhitu agar lebih tepat sasar pada bahasa yang dimaksud.
Bdk, http://web.archive.org/web/20080718235754/http://www.geocities.com/jeanmanhitu/Uab_Meto.html
²Penamaan ini dipakai
seturut penamaan suku yang dibuat oleh Wikipedia. Bdk,
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Suku_Atoni
⁴Ada suatu fenomena
miris yang berkembang di dunia pendidikan Atoni (terkhusus di kampung-kampung)
yang malah menjadikan bahasa Dawan sebagai "bahasa orang bodoh".
Terkadang, untuk memacu anak untuk berbicara bahasa Indonesia, para guru (dan
juga orang tua) sering melarang anak-anak berbahasa Uab Meto sambil mengatakan
"Jangan omong bahasa Dawan, nanti kau bodoh". Di kampung-kampung, Uab
Meto sering dilarang untuk digunakan di
sekolah. Bandingkan di Jawa, justru ada mata pelajaran Bahasa Jawa di
sekolah-sekolah.
⁵Istilah ini mengikuti istilah-istilah turunan yang dianjurkan oleh Pak Yohanes Manhitu. Bdk, https://www-kompasiana-com.cdn.ampproject.org/v/s/www.kompasiana.com/amp/yohanesmanhitu5053/5f2d9143097f3668b5070882/beberapa-istilah-turunan-dari-kata-dawan?amp_js_v=a3&_gsa=1&usqp=mq331AQIKAGwASDIAQE%3D#aoh=15990175588446&csi=1&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&_tf=Dari%20%251%24s&share=https%3A%2F%2Fwww.kompasiana.com%2Fyohanesmanhitu5053%2F5f2d9143097f3668b5070882%2Fbeberapa-istilah-turunan-dari-kata-dawan
⁷Middelkoop,
Trecktochten van Timorese Groepen, 1952.
⁹Hal ini mengingat
peradaban Atoni tidak dimulai karena adanya kerajaan-kerajaan di pulau Timor.
Peradaban Atoni nyatanya sudah dimulai jauh sebelum kerajaan-kerajaan itu
eksis. Bdk, cerita lisan tentang "Atoin Timor Ahunut" yang
diceritakan kembali oleh P. Andreas Tefa Sa'u, SVD,
Bahasa dawan itu sangat sulit
ReplyDeleteMemang sulit, kayaknya harus belajar banyak
DeleteKren teman. Semoga tulisan dan ulasan teman bisa dikembangkan lebih lanjut utk jadi bahan referensi terkait uab meto untuk atoni2.
ReplyDeleteThanks tempro..
DeleteTunggu tulisan-tulisan lain tentang uab Meto e��
Keren kaka, ditunggu tulisan dan ulasan lain tentang Uab Meto,
ReplyDeleteSekalian kamus lengkap bahasa dawan.
Gbu 😇
AhahHa..makasih banyak..
DeleteTetap tunggu tulisan2 berikut e��
Mantap unu Ukat. Sepertinya di Kefa sudah ada SMA yang berorientasi pada budaya otoin meto. Libur coba berkunjung ke sana. 😀
ReplyDelete