Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

Mengungkap Kehadiran Allah dalam Tubuh Manusia (Bagian 2)

 

Ilustrasi Foto: Brigitha Telik

 

Tanda Kehadiran Allah Dalam Tubuh Manusia

 Manusia adalah tanda kehadiran Allah. Pendapat dari Socrates, Rasul Paulus, dan Paus Yohanes Paulus II secara gamblang telah menyatakan hal itu. Tetapi perlu diakui bahwa dalam perjalanan sejarah ditemukan kekeliruan makna seperi telah dijelaskan sebelumnya.

Salah satu pendasaran teologis yang menjawabi pertanyaan mengapa manusia terperosok dalam kekeliruan tersebut telah dijawabi oleh Paus Yohanes Paulus II yaitu dosa. Oleh karena itu, sudah saatnya memahami tubuh secara benar. Lorong pemikiran Paus yang perna merayakan ekaristi kudus di Gelora Samador Maumere ini menghantar kita pada terang pembebasan itu.

Selama kurang lebih lima tahun pertama masa kepausannya, Paus Yohanes Paulus II berusaha membuka mata dunia pada suatu hal yang sudah begitu parah. Ia menyerukan bagaimana hidup sebagai manusia yang memiliki tubuh. Tubuh manusia baginya adalah sebuah petunjuk pada kenyataan Allah, menjadi sebuah penjelasan atau menjadi sebuah perkataan tentang Allah, menjadi logos (perkataan) tentang theos (Allah)[1]. Tubuh manusia adalah sebuah teologi.

Yohanes Paulus II memiliki keyakinan bahwa untuk bisa memahami manusia secara tepat dan utuh, tidak ada jalan lain selain kembali pada kenyataan inkarnasi.[2] Inkarnasi dimengerti sebagai peristiwa di mana Allah mengabil rupa menjadi manusia dalam diri Yesus.

Dalam peristiwa inilah seluruh kenyataan tentang manusia bisa ditemukan. Peristiwa inkarnasi memperlihatkan dengan jelas bahwa tubuh manusia sendiri dipanggil untuk kembali kearti sebenarnya pada saat manusia diciptakan. Manusia diciptakan dalam bentuk tubuh. Tubuh adalah kenyataan asali yang ada sejak awal mula. Itu berarti tidak ada yang salah dengan tubuh manusia.

 

 Baca Juga: mengungkap-kehadiran-allah-dalam-tubuh-manusia-bagian-satu.

Yesus yang hadir di dunia telah menyingkapkan kebenaran tubuh maka kita sebagai manusia akan mengenali diri secara penuh dan utuh bila masuk pada pengalaman Kristus sendiri. Yesus dalam hidupnya telah menunjukkan suatu sikap penyerahan diri yang total. Penyerahan diri yang total pada Bapa. Yesus juga menunjukkan suatu relasi cinta yang sempurna dalam Allah Tritunggal. Manusia gagal memahami diri dalam arti yang sebenarnya bila mengambil jarak dengan Yesus. Persatuan dengan kristus adalah tuntutan mutlak.

Yohanes Paulus II memiliki dua pandasaran yang amat masuk akal untuk mengarakan manusia memahami tubuh secara baik dan benar sebagaimana diungkapkan oleh Deshi Ramadani dalam sebuah cuplikan di youtube. Ungkapan Yohanes Paulus II ini merupakan tanggapannya akan situasi dunia yang semakin menyimpang dalam memahami tubuh manusia.

Sejarah manusia telah membuktikan bahwa seks dipandang sebagai sebuah tabu dan tubuh manusia adalah suatu kennyataan yang baik sehingga orang menggunakan tubuh untuk melayani nafsu.Solusi yang ditawarkan oleh Yohanes Paulus II yaitu: Pertama, seruan untuk kembali ke awal penciptaan. Paus mengharapkan agar orang kristiani mendalami kisah awal penciptaan yang termuat dalam Kitab Kejadian secara baik dan benar. Dalam kitab itu dengan jelas diterangkan bahwa manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, manusia diciptakan menurut citra Allah.

Allah menciptakan manusia dalam bentuk tubuh. Manusia itu diciptakan laki-laki dan perempuan. Pada diri mereka, Allah menempatkan gairah untuk saling menginginkan satu sama lain. Oleh karena itu, berbicara tentang seks bukan merupakan suatu pantangan atau tabu seperti yang dimengerti oleh sebagian besar orang. Seks merupakan kenyataan alamiah yang tertanam dalam diri manusia sebagai citra Allah. Keberadaan seksual itulah yang memampukan manusia selain sebagai citra Allah juga menjadi langkah awal bagi manusia untuk tujuan prokreasi. Menolak berbicara tentang seks atau men-tabu-kan seks sama dengan menolak keberadaan sebagai manusia.

Kedua, melalui seks kita diarahkan untuk kehidupan yang akan datang yaitu persatuan dengan mempelai surgawi. Lebih jauh, Paus yang perna bermalam di Ritapiret-Nita ini menerangkan bahwa pada awal mula Allah menciptakan manusia laki-laki dan perempuan agar mereka bersatu.

Tetapi itu bukan tujuan akhir. Kenyataan itu hendaknya mengarakan kita pada kehidupan akhir zaman dimana kita semua dipanggil untuk bersatu dengan mempelai surgawi dimana ada cinta yang sempurna dan kebahagiaan yang tidak berujung. Oleh karena itu, tubuh manusia tidak boleh dicemari atau dijadikan komodi untuk meraup keuntungan.

Tubuh bukan untuk melayani nafsu seksual apalagi dilakukan tanpa prosedur yang benar. Tubuh manusia hendaknya diarakan pada tujuan yang lebih suci. Hubungan seksual tidak dilarang asalkan itu merupakan ungkapan cinta yang sempurna antara suami dan istri. Hubungan yang dimaksudkan juga bukan untuk kebahagiaan seorang pribadi saja tetapi merupakan pemerolehan kenikmatan yang seimbang.

Tubuh merupakan sesuau yang amat bernilai dan tidak bisa tergantikan oleh uang apalagi hanya untuk melayani nafsu seseorang. Semua orang beriman diajak untuk membawa tubuh yang murni saat kembali ke kediaman abadi. Tubuh yang murni adalah tubuh yang sungguh hidup menurut etika religius dan etika normatif yang berlaku dalam masyarakat.

Yohanes Paulus II menggarisbawahi supaya kita tidak lagi disesatkan oleh pandangan yang sepakat bahwa seks itu jahat. Ketika muncul keinginan seksual dalamm diri seseorang, itu merupakan keadaan yang alamiah dan normal. Dorongan itu digunakan Allah agar kita semakin memahami dan mengerti tentang tubuh kita. Nafsu itu juga muncul supaya kita mengetahui perbedaan dan rasa ingin tahu akan keberlainan yang lain. Kenyataan alamiah itu harus diolah secara terus menerus agar menjadi anugerah bagi sesama. (Bersambung....)

Oleh Oktovianus Olong


 



[1]Deshi Ramadani, SJ, op. cit., hal. 22.

[2] Ibid.

Post a Comment for "Mengungkap Kehadiran Allah dalam Tubuh Manusia (Bagian 2)"