Allah di Tengah Kefanaan. Santapan Sabda Minggu V B
Kita menyebut fana dalam arti sementara, tidak abadi, tidak akan tetap selama-lamanya. Umat Allah dalam Kristus. Ayub adalah orang yang punya hikmah yaitu kebijaksanaan dalam hidup sementara ini. Semua orang berpendapat bahwa Allah mengganjari orang yang hidupnya baik dan Allah menghukum orang yang jahat. Tetapi dalam pergumulan hidup di dunia, Ayub bersama semua manusia merasa bahwa lama sekali tinggal dalam susah dan kegelisahan hidup. Manusia rindu ditolong oleh Allah karena sadar bahwa hidupnya seperti nafas yang cepat berhenti. Itu adalah kefanaan hidup. Tetapi Allah ada di tengah kefanaan itu.
Ayub bersama Pemazmur percaya bahwa Allah membangun kembali Yerusalem yang runtuh dan menghimpun orang Israel yang tercerai-berai waktu pembuangan. Dalam patah hati, penuh luka dan derita dalam hidup yang fana ini Allah memberi kebijaksanaan Allah untuk manusia supaya menderita walaupun bukan karena salahnya dan Allah pasti pulihkan lagi, sembuhkan bahkan sampai merendahkan orang jahat ke tanah,menghancurkan kefanaan hidup.
Yesus masuk dalam hidup manusia yang fana dan sementara. Yesus terlibat dalam sakit dan penderitaan mulai dengan penyembuhan ibu mertua Petrus. Dalam Matius, Yesus melihat yang sakit lalu langsung sembuhkan, di dalam Markus murid-murid memberitahu lalu Yesus sembuhkan, bahkan dalam Lukas murid-murid meminta lalu Yesus sembuhkan.Begitu juga Yesus terlibat dalam penderitaan semua orang, menyembuhkan, mengusir setan. Dan Yesus tetap menimba kekuatan dari Bapa dalam doa, melanjutkan karya-Nya memberitakan Injil dan menyembuhkan, mengusir setan, menghilangkan kefanaan.
Paulus menyampaikan kepada umat Korintus keharusan dirinya untuk mewartakan Injil yang adalah Kabar Gembira dan Paulus menjadikan diri Paulus sama dengan siapa saja dalam kefanaan hidup untuk menyelamatkan orang-orang lemah sehingga Paulus mendapat bagian di dalam Injil yang adalah kekal, abadi, selama-lamanya.
Umat Allah dalam Kristus. Hidup kita membawa banyak kebahagiaan tetapi sekaligus ada juga penderitaan dan kesusahan. Karena kita fana maka kita merasa bahwa kebahagiaan berlalu terlalu cepat tetapi penderitaan sepertinya tinggal tetap. Maka kita berjuang karena Allah berjuang untuk kita supaya kita melewati yang fana, penderitaan dan kesusahan itu.
Kesusahan itu bisa datang karena keluarga kita tidak berjuang sungguh-sungguh utuk mendatangkan kebahagiaan dan membagi kebahagiaan di antara kita di dalam keluarga. Juga di tempat kerja, di sekolah dan di mana saja kita tidak berjuang untuk mendatangkan kebahagiaan.
Dalam kefanaan hidup kita itu Allah memberi kita Santapan Sabda Allah bahwa kita mengalami kefanaan hidup seperti Ayub, kita menderita tanpa salah kita dan tidak membuat orang lain menderita, maka kita alami seperti Ayub dan Pemazmur bahwa Allah membuat semua kefanaan itu berlalu. Kita juga mengikuti Yesus yang alami secara penuh kefanaan dan penderitaan manusia, menderita secara penuh sampai mati di kayu salib sehingga Yesus mewartakan Injil, menyembuhkan, mengusir setan dan penderitaan hidup kita,kefanaan kita.
Yesus memberi kita Santapan Tubuh-Darah Yesus sendiri. Tubuh Yesus yang masuk dalam kefanaan kita manusia membantu kita untuk membuat berlalu penderitaan dan kefanaan hidup. Dan pada gilirannya kita juga mewartakan Injil sebagai sebuah kewajiban, kita terlibat dalam kefanaan dan penderitaan saudara-saudari kita yang susah dan menderita untuk mendapat bagian dalam Injil yaitu kita mendapat mengusahakan dan membagi kebahagiaan dalam hidup yang fana ini sampai Allah memberi kita keabadian, kekekalan, kebahagiaan dan hidup selama-lamanya bersama Allah yang menghapuskan sehabis-habisnya kefanaan kita.
Seminari Tinggi Santu Paulus Ledalero – PPKKS (Pusat Pelayanan Kerasulan Kitab Suci) Provinsi SVD Ende
Post a Comment for "Allah di Tengah Kefanaan. Santapan Sabda Minggu V B"
Komentar