Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

Menjadi Perempuan Merdeka # Cerpen Astuty Karwayu

 Menjadi Perempuan Merdeka

 

N

amanya Aina. Wanita yang lebih damai menghabiskan waktu luangnya untuk berteman lumpur dan panas matahari. Konon Aina adalah gadis yang menyukai senja. Hingga hari-harinya dihabiskan hanya untuk mengantar kepergian senja, meski dia tahu itu luka, barangkali besok atau lusa ketika senja kembali mungkin tak seindah dan tak sedamai  dipandang mata sore itu.

Gadis kelahiran November 1995 ini adalah anak perempuan tunggal dari keluarga yang notabene memiliki kekhasan tersendiri. Aina tinggal bersama dengan ibunya. Sering ditanya kemana perginya sang ayah, dengan tenang Aina selalu menjawab entah. Jawabannya selalu damai terukir di bibirnya yang merekah.

Selain itu Aina juga berasal dari keluaraga yang sederhana. Ibunya seorang pengurus rumah tangga dan juga sebagai tulang punggung keluarga. Hingga tak jarang jika hari-harinya hanya menghabiskan waktu untuk bekerja. Meski kadang langkahnya tak lagi seimbang tapi ibunya mampu membiayai Pendidikan Aina hingga pada jenjang sekolah menenga atas.

Dari kecil, Aina sudah dididik untuk hidup yang sederhana. Hingga masih di bangku Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas, Aina selalu saja membantu ibunya untuk berjualan sayur di pasar. Kadang bahasa-bahasa kecil yang keluar dari mulut serakah membuat pedis batin Aina.

Sadar akan kehidupannya yang bukan dari keluarga yang kaya, Aina  berhasil menamatkan Pendidikan Sekolah Menengah Atas dengan nilai yang memuaskan. Sore itu terekam jelas di pikiran Aina, langkah yang tertatih-tatih dengan senyum manis berlesung pipi datang memeluknya dengan hangat dan bangga. Utang budi bersama ibunya sudah dibayar tuntas dengan keberhasilan menamatkan Pendidikannya.

Setelah tamat SMA, Aina bekerja membantu ibunya di sawah untuk menanam sayur-sayuran, sesekali membantu ibunya berjualan ke pasar. Hingga pada suatu hari, Aina merasa sangat Lelah dengan pekerjaan itu. Di dapur tempat ibunya menanak nasi, Aina mengungkapkan isi hatinya,

Saya lelah tiap hari harus bekerja di sawah, saya benci ketika melihat teman-teman seusia saya lebih damai berteman gadget pribadinya, saya mau kuliah, saya tidak peduli ada uang atau tidak, saya mau melanjutkan Pendidikan saya.

Tanpa Aina sadar, kata-katanya sudah melukai hati ibunya. Air mata ibunya jatuh menetes membasahi pipinya yang mungil. Sakit, sungguh menyayat batin. Meski kadang Aina terlihat keras kepala, namun hati Aina tidak bisa menahan belas kasihan ketika melihat ibunya berjemur sendirian di bawah panas matahari dan derasnya hujan. Hari-harinya berubah, semangatnya kembali, ketika Aina sadar bahwa nasibnya tidak seberuntung teman-temnnya.

Waktu berlalu, seperti biasa setiap pagi bermodal sebotol minuman dan serantang makanan khas anak kampung menjadi teman setia untuk menghantar Aina kembali pada hijaunya sayur yang masih berselimut embun di pagi hari. Sebidang tanah sudah menunggunya, layak petani yang berbadan tegar. Aina mulai mencangkul petak demi petak agar menjadikannya layak sebagai rumah untuk berlindung benih-benih sayur miliknya.

Perih, dada sepertinya retak. Ahhhhh, cangkulnya terlalu berat, kata Aina dalam hati. Semua mata terpanah, singkat Aina menjadi totonan saat itu. Ada yang mencibir sambil berkata, “perempuan kok pegang cangkul?Aina menoleh sambil memberikan senyuman terbaik pada arah datangnya suara.

Bagi Aina, apa pun pekerjaannya, jika dilakukan dengan senang hati akan membawahkan hasil yang baik. Mungkin ini nasibnya Aina, bersyukurlah kawan jika hidupmu masih memiliki orang tua yang lengkap sehingga kamu tidak perlu lelah membanting tulang hanya demi sesuap nasi.

Aina kembali dan hidup dengan sukacita bersama ibunya. Merdeka, ketika keringatnya mampu menambah sebutir beras dalam tempayan. Hari-harinya bertambah damai ketika satu per satu mimpi mulai diraih. Sadar bahwa itu semua adalah doa di sepertiga malam yang tak pernah berhenti dari hati ibunya. Aina tetap semangat menjalani harinya dengan sukacita.

Sebidang tanah mampu membuatmu hidup, tergantung bagaimana cara kamu mengelolah dan menjadikannya berarti. Ini prinsip Aina.

Salam dari AINA…. 

 

 

 

Post a Comment for "Menjadi Perempuan Merdeka # Cerpen Astuty Karwayu"