Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

Contoh Footnote pada Karya Ilmiah

Contoh Footnote pada Karya Ilmiah



Dalam proses penulisan karya ilmiah, hal yang tidak kalah penting yaitu penulisan footnote atau catatan kaki. Footnote merupakan keterangan sumber tulisan yang diletakkan di bagian akhir sebuah artikel atau di bawah halaman. Ia menjadi sangat penting karena menentukan validitas data pada sebuah karya ilmiah. Contoh penulisan catatan kaki sebagai berikut:

ü  Satu Pengarang. Otto Madung menegaskan bahwa Negara menjadi rumah bersama sehingga praktek radikalisme harus dihindari karena akan mengganggu persatuan.[1]

ü  Dua Pengarang. Mengenal filsafat dengan menggunakan metode tematik sangat cocok bagi pemula.[2]

ü  Tiga Pengarang. Lembata memiliki budaya penangkapan ikan paus. [3]

ü  Lebih dari Tiga Pengarang. Pancasila diterima sebagai ideologi terbuka dan kita patut menjaganya.[4]

ü  Editor Sebagai Pengarang. Krisis keuangan di Philipina mengakibatkan konflik.[5]

ü  Pengarang dan Editor. Kebebasan beragama adalah manifestasi demokrasi.[6]

ü  Penulis, Editor dan Penerjemah. Sejak awal mula Manusia adalah penguasa alam.[7]

ü  Lembaga Sebagai Penulis. Kupang menjadi ikon kesejahteraan Masyarakat.[8]

ü  Artikel dalam Jurnal. Kaum muda adalah korban kemajuan teknologi dimana rasa cinta budaya tidak melekat lagi dalam dirinya.[9]

ü  Artikel dalam Koran. Anak-anak perlu didengar dan diberi arahan agar mereka merasa diri diterima.[10]

ü  Artikel dalam Majalah. Para pejabat publik menjadikan mamon sebagai allah.[11]

ü  Skripsi. Masuk dan tinggal dalam budaya orang adalah cara yang pertama.[12]

ü  Wawancara. Kebebasan beragama sangat dijaga di Desa Jaya.[13]

ü  Mempersingkat Catatan Kaki

Ibid Sumber Pertama. Negara perlu menyediakan tempat yang layak bagi kaum miskin untuk melegitimasi Hak asasi Manusia.[14]

Ibid Sumber Kedua. Kebebasan pribadi juga sangat dianjurkan oleh Otto Gusti.[15]

Ibid sumber Ketiga Beda halaman. Menganut agama berarti juga mengakui Pancasila.[16]

Op. cit sumber Pertama. Toleransi dan demokrasi berada dibawah payung Pancasila.[17]

Sumber Kedua. Sosiologi nampak dalam praktik hidup di Komunitas Ledalero.[18]

Op. cit Sumber Ketiga. Melalui toleransi setiap warga merasa bebas berdemokrasi demi kesetaraan hak.[19]

Loc. cit Sumber Pertama. Semua orang berdosa akan dimasukan ke dalam api neraka.[20]

Sumber Kedua. Surga adalah tujuan terakhir dari Manusia dan menjadi tempat tinggal Allah.[21]

Loc. cit sumber Ketiga. Para koruptor akan masuk api neraka jika mereka tidak mau mengakui kesalahan dan bertobat.[22]

ü  Internet. Semua orang Lembata adalah saudara sehingga perlu saling menghargai.[23]

ü  Catatan kaki dalam Bab Buku. Pertamina adalah perusahaan Negara yang memiliki monopoli  dalam seluruh bidang minyak dan gas alam dari produksi sampai dengan penjualan eceran, dan semestinya menjadi perusahaan yang kuat sehingga bisa memberi keuntungan bagi pemiliknya yaitu seluruh masyarakat indonesia khususnya yang masih hidup dalam kemiskinan.[24]

 

 



[1] Otto Gusti Madung, Negara, Agama, dan Hak-Hak Asasi Manusia  (Maumere: Penerbit Ledalero, 2014), hlm. 17.

[2] Antonius Cahyadi dan E. Fernando Mannulang, Pengantar ke Filsafat Hukum (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 10.

[3] B. Michael Beding, S. Indah Lestari Beding, dan Alex Beding, Pesona Lembata Tanah Baja (Ende: Nusa Indah, 2006), hlm. 19.

[4] Andreas Doweng Bolo dkk., Pancasila Kekuatan Pembebas, (Yogyakarta: Kanisius, 2012), hlm. 19.

[5] John Bresnan (ed.), Krisis Filipina (Jakarta: Gramedia, 1988), hlm. 20.

[6] Bachtiar Effendi dkk., Agama dan Demokratisasi, ed. S.P. Lili Tjahjadi (Yogyakarta: Kanisius, 2011), hlm. 50.

[7] Thomas Berry, Kosmologi Kristen, ed. John B. Cobb, terj. Amelia Hendani (Maumere: Penerbit Ledalero, 2013), hlm. 72.

[8] Pemerintah Dati 1 Nusa Tenggara Timur, Mengenal Nusa Tenggara Timur (Kupang: PT Intermasa, 1997), hlm. 100.

[9] Krispinus Budiman, “Menjadi Manusia Indonesia di Tengah Arus Globalisasi Ketidakpedulian”, Akademika, 11:2 (Ledalero: Januari 2017), hlm. 61.

[10] Agustinus Manfred Habur, “Katekese Anak-Anak Harus Menggembirakan”, Flores Pos, 9 Maret 2017, hlm. 16.

[11] Bagus Laksana, SJ. “Mammon”, Rohani, 2:13, Maret 2017.

[12] Gregor Neonbasu, “Strategi Mengenal Manusia dan Budaya Masyarakat” (Skripsi Sarjana, Sekolah Tinggi Filsafat Katolik, Ledalero, 1990), hlm. 28.

[13] Hasil Wawancara dengan Muhamad Lukman, Kepala Desa Jaya, Kecamatan Omesuri, pada 20 April di Jaya.

[14] Otto Gusti Madung, Negara, Agama, dan Hak-Hak Asasi Manusia (Maumere: Penerbit Ledalero, 2014), hlm. 17.

[15] Ibid.

[16] Ibid., hlm. 18

[17] Otto Gusti Madung, Toleransi dan Demokrasi (Maumere: Penerbit Ledalero, 2017), hlm. 28.

[18] Bernard Raho, Sosiologi (Maumere: Penerbit Ledalero, 2016), hlm. 12.

[19] Otto Gusti Madung, op. cit., hlm. 30.

[20] Antonius Rian, Api Neraka (Maumere: Penerbit Ledalero, 2017), hlm. 19.

[21] Bernardus Timo, Surga (Maumere: Penerbit Ledalero, 2016), hlm. 20.

[22] Antonius Rian, loc. cit.

[23]Donatus Dewa Ledjab,“Lembata”, http://www.google.com/search?q=Lomblen&Stick=H4slAAAAAAAAANgecSYyi3w8scyamYsWtOXmMM4-IK2s9v,diakses pada 12 November 2009.

[24] “Pertamina”, Ensiklopedi Populer Pembangunan Pancasila (Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 1984), hlm. 240.

Post a Comment for "Contoh Footnote pada Karya Ilmiah"