Legenda Nama Tempat Tua’ Wei di Riang Bao, Desa Mahal II
Legenda Nama Tempat Tua’ Wei di Riang Bao, Desa Mahal II
Untuk
masyarakat warga Desa Mahal I dan II, Kecamatan Omesuri, Kedang, Lembata,
barangkali tidak asing lagi dengan nama tempat Tua’ Wei. Tempat ini terletak di
Riang Bao, Desa Mahal II – di sekitar lokasi penggalian pasir.
Pada
zama dahulu hiduplah seorang yang bernama Tua’ Ua Leu Perung yang memiliki
kuasa atau ulayat di bagian Riang Tuan (sekitar balai Desa Mahal 1 sekarang). Ia
berasal dari suku Leu Perung. Namun, waktu itu, Tua’ Ua tidak memiliki
keturunan.
Sedangkan
di wilayah Riang Bao (sekitar tempat penggalian pasir) hiduplah Raking Todo
yang berasal dari suku Odel Wala (odel leu rian). Saat ini bukti lapa’ uhe – batu sakral – milik Raking
Todo masih ada dan dirawat oleh suku Odel Wala.
Suatu
hari, Tua’ Ua Leu Perung mengundang Raking Todo untuk moni’ bareng – makan santai bersama, misalnya makan pisang bakar,
ikan dan lain-lain di Riang Tuan, tempat milik Tua’ Ua Leu Perung. Raking Todo
pun memenuhi undangan dari sahabatnya itu.
Pada
saat sedang moni’ bareng bersama,
tiba-tiba tuak yang tersedia habis. Pada saat itu, keduanya kewalahan untuk
menambah lagi tuak putih. Namun, sebagai tuan rumah, Tua’ Ua Leu Perung mesti
bertanggung jawab atas kondisi tersebut. Maka ia pun meletakkan wetu’ – tempat untuk mengisi tuak, terbuat
dari bambu – di bawah pohon kelapa/pohon tuak miliknya.
Baca juga Legenda Wei Lawan
Beberapa
menit kemudian, wetu’ tersebut tiba-tiba terisi penuh tuak putih. Sungguh sebuah
kejadian di luar nalar manusia. Hal itu, membuat Raking Todo terkagum-kagum
sambil berkata, “Tua’ Ua, o jago’, “Tua’ Ua, engkau sungguh luar biasa.”
Usai
moni’ bareng tersebut, Raking Todo
pun Mengundang sahabatnya untuk datang ke kampungnya di Riang Bao. Pada saat di
Riang Bao, keduanya pun melakukan moni’
bareng yang sama. Selain itu, kehabisan tuak juga mereka alami di Riang
Bao. Maka Raking Todo sebagai tuan rumah pun mesti bertanggung jawab.
Raking Todo pun melakukan sesuatu yang juga di luar nalar manusia modern. Ia meletakkan
sebuah wetu’ di hadapan Tua’ Ua. Wetu’ tersebut berisi air dan ditutup
dengan sehelai daun/sepotong kain? Tak lama kemudian, air dalam wetu’ tersebut pun berubah menjadi tuak
putih.
Peristiwa
ini sungguh luar biasa. Tua’ Ua pun memuji sahabatnya itu, “Raking, o hara
jago’, “Raking engkau lebih sungguh luar biasa.” Keduanya pun melanjutkan moni’ bareng bersama. Waktu itu, Tua’
Ua mengatakan kepada sahabatanya itu bahwa ia tidak memiliki keturunan. Oleh karena
itu, setelah ia meninggal dunia, maka lokasi milik Tua’ Ua akan
diserahkan/diwariskan kepada Raking Todo. Maka, ulayat milik Tua’ Ua, dengan
pusatnya di Riang Tuan, kemudian diserahkan kepada Raking Todo Odel Wala.
Catatan Tambahan
Cerita legenda berkaitan dengan asal-usul nama tempat atau manusia tetapi isi ceritanya di luar nalar logis manusia. Artinya, cerita legenda tidak boleh dibaca secara harafiah. Namun, mesti dibaca dengan nalar imajinatif.
Nama
tempat Tua’ Wei di Riang Bao memiliki legenda yang unik. Legenda tersebut,
diciptakan oleh Raking Todo dan Tua’ Ua sebagai strategi untuk menjelaskan
kepada generasi penerus agar bisa dipahami dan diterima. Namun, sekali lagi,
jangan membaca legenda air berubah menjadi tuak secara harafiah. Itu hanyalah
cerita imajinasi yang belum tentu memiliki kebenaran logis.
Intinya
ialah, legenda Tua’ Wei diciptakan agar kita sebagai generasi penerus mengakui
sejarah dan eksistensi leluhur kita. Tugas kita ialah tetap merawatnya,
menjaganya dengan penuh tanggung jawab. Sekian.
Post a Comment for "Legenda Nama Tempat Tua’ Wei di Riang Bao, Desa Mahal II"
Komentar