Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

Air Pendukung Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Bagian 1)

 Air Pendukung Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Saya, Vinsensius lahir dari keluarga petani di Kecamatan Ile Ape, Kabupaten Lembata Provinsi NTT. Sejak kecil saya telah merasakan bagaimana sulitnya hidup dengan keterbatasan air. Dari sini, saya bertekad mengatasi situasi ini dengan belajar dan terus belajar.

Vinsensius Kou
Bakal Calon Kades Kolontobo
periode 2021/2026
Krisis air bersih bukanlah permasalahan baru bagi dunia. Setiap tahunnya masalah klasik ini semakin menjadi-jadi. Laporan dari World Water Development Report (WWDR) tahun 2018 menyatakan, 40 persen penduduk dunia belum memeroleh akses terhadap air yang aman untuk dikonsumsi menjadi bukti bahwa masalah ini benar-benar membutuhkan perhatian ekstra.

Air merupakan kebutuhan pokok bagi kelangsungan hidup manusia. Tubuh manusia yang 60-70 persennya terdiri atas cairan, membutuhkan air bersih untuk proses metabolisme. Selain itu, manusia juga membutuhkan air bersih untuk melakukan aktivitas sehari-hari, seperti memasak, mandi, mencuci, dan lain-lain. Solusi untuk mengatasi air, salah satunyan adalah dengan menguasai teknologi.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan proses pembaharuan dan perubahan cara pikir, pola kerja, serta kecepatan dan ketepatan dalam menyelesaikan semua persoalan tentang kebutuhan hidup dan meningkatkan perekonomian. 

Hal ini yang membuat semua orang berlomba-lomba untuk meningkatkan kemampuan dan daya saing di bidang teknologi dan ilmu pengetahuan untuk bisa digunakan dalam pemanfaatan peningkatan ekonomi yang lebih cepat dan tepat sasaran. Perkembangan IPTEK (ilmu pengetahuan dan teknologi) ini perlu didukung oleh berbagai persoalan dasar yang harus kita penuhi terlebih dahulu sebelum teknologi baru yang akan dikembangkan.

Wilayah NTT memiliki musim kemarau yang panjang ketimbang musim hujan yang hanya kurang lebih 3 bulan. Hal ini membuat setiap tahun terjadi krisis air bersih. Adapun beberapa persoalan di NTT secara garis besar dapat saya gambarkan sebagai berikut:

1. Persoalan pendidikan

Anak-anak usia sekolah akan menjadi sangat lamban dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah dan terlambat masuk sekolah. Karena di sisi lain mereka harus bangun pagi untuk pergi mengambil air hanya untuk kebutuhan mandi ke sekolah, mereka harus membutukan waktu yang lama dan pergi berkilo-kilometer untuk mendapatkan sumber air. 

Sedangkan hari ini, anak-anak di daerah lain sudah bangun pagi dan berpikir tentang apa yang belum mereka kerjakan dari tugas-tugas sekolah mereka dan hal baru apa yang harus mereka lakukan dalam mengembangkan kemampuan mereka untuk bisa berdaya saing dalam dunia pendidikan dan kemajuan teknologi. Kita berbeda dari mereka karena anak-anak kita masih berpikir bagaimana mendapatkan air bersih untuk mandi kesekolah.

2. Persoalan pertanian

Komoditi dan hasil pertanian merupakan kebutuhan dasar untuk pemenuhan kebutuhan pangan berkualitas dan memadai. Namun ada hal mendasar yang menjadi persoalan para petani adalah air untuk kebutuhan irigasi pertanian.

Untuk pertanian, para petani sudah mulai berbicara tentang teknologi apa yang digunakan dan seberapa besar hasil pertanian yang dapat memenuhi kebutuhan pasar. Namun persoalan ini bukan menjadi persoalan yang sangat muda karena para petani belum memiliki sumber air untuk kebutuhan irigasi pertanian, sedangkan sumber air dalam tanah, sumber air permukaan, air hujan, yang dapat tersedia untuk kebutuhan irigasi pertanian  masih sangat sedikit.

Ada sumber-sumber air tetapi jauh dari lahan pertanian. Hal ini yang membuat para petani kita bergerak lebih lamban dibandingkan dengan para petani di daerah lain yang sudah berpikir tentang teknologi apa yang merekan gunakan untuk meningkatkan hasil produksi. Sedangkan petani kita masih berpikir bagaimana cara mendapat air untuk irigasi pertanian.

3. Persoalan kesehatan

Bencana covid-19 menjadi bencana besar yang sedang terjadi sekarang di dunia. Sejak covid-19 ditetapkan menjadi bencana nasional, semua elemen, pemerintah, relawan, tenaga kesehatan, tokoh-tokoh agama serta dunia melalui WHO menegaskan dan mengkampayekan pola hidup sehat, mencuci tangan dengan sabun pada air mengalir, mengunakan masker, menjaga jarak, dan meningkatkan daya tahan tubuh.

Hal ini akan menjadi masalah baru jika di desa-desa ketersedian air bersih belum memadai serta beberapa fasilitas umum juga kekurangan air bersih, karena air bersih menjadi kebutuhan dasar untuk pola hidup bersih dan sehat. Krisis air bersih ini juga mengancam kesehatan masyarakat. Menurut penelitian WHO, krisis air menimbulkan penyakit antara lain kolera, hepatitis, polymearitis, tipus, disentrin trachoma, scabies, malaria, yellow fever, dan penyakit cacingan. Di Indonesia penyakit yang sering muncul saat terjadi krisis air bersih diantaranya adalah diare, tipus, polio, dan cacingan.

Dari ketiga persoalan di atas dapat kita lihat bersama bahwa air merupakan kebutuhan dasar yang sangat penting untuk dapat kita penuhi terlebih dahulu. Untuk menjawabi kebutuhan air, maka perlu adanya pemanfaatan teknologi terbaharukan untuk mengelolah beberapa sumber air dalam tanah dan di permukaan dataran rendah serta menerapkan pola sadar TAMPAN (tanam air dan panen air). Tanam air dan panen air menawarkan minimal tiga hal yang harus kita lakukan sebagai berikut:

1. Menanam pepohonan yang bisa menyerap dan membendung air hujan di sekitar area mata air;

2. Membuat resapan air di setiap titik sumber air atau mata air;

3. Kurangi membakar hutan dan  pengolahan lahan pertanian dengan membakar dan meningkatkan pola lahan terasering.

Hal ini perlu kita lakukan untuk tidak membiarkan air hujan mengalir sampai ke laut dikarenakan air laut tidak membutuhkan air hujan sedangkan yang membutuhkan air hujan adalah makluk hidup yang ada di daratan.

Selain lingkungan, hal penting yang perlu diperhatikan adalah teknologi. Teknologi yang digunakan untuk dapat mengelolah sumber air  untuk dapat menjangkau pemukiman masyarakat dan lahan pertanian. Adapun teknologi saat ini yang bisa dapat digunakan untuk dapat mendekatkan air besih dan air untuk kebutuhan irigasi pertanian adalah teknologi tenaga surya dan hidram.

Kedua teknologi dapat menyediakan daya tenaga listrik yang mampu mendorong air dari dalam tanah dan permukaan tanah yang rendah dan jauh dari pemukiman masyarakat serta lahan pertanian.

Pengelaman saya di bidang elektronika dasar  sebelum saya mengambil studi pendidikan matematika, juga dengan pelatihan melalui media online bersama dengan Institute For Essential Serlice Reform (IESR) tentang transmisi  dan teknologi terbaharukan serta belajar melalui media online (geogle dan Yuotube).

Dengan demikian saya mampu menggunakan teknologi solar panel sebagai  solusi listrik pengerak pompa air untuk pendistribusian air tanah dan air baku ke pemukiman warga dan irigasi pertanian (konsultan teknis Gasrem Surya Perdana) di beberapa desa tersebut di bawah ini.

1. Desa Soba, Kecamatan Amarasi Barat, Kabupaten Kupang (air bersih);

2. Desa Oben, Kecamatan Nekamesa (air bersih dan irigasi pertanian);

3. Lahan pertania Kodi, Sumba Barat Daya (Irigasi Pertanian);

4. Lahan peternakan di Watuapi, Kabupaten Nagakeo (sumber air untuk ternak);

5. Lampu Jalan di Desa Seki, Kabupaten Kupang dengan listrik tenaga surya.

Kegiatan di beberapa tempat yang sudah saya lakukan ini membuat saya terus tertantang dan memacu saya untuk terus belajar. Pada titik ini saya menyadari bahwa Persoalan pendidikan, pertanian, dan kesehatan yang baik dan memadai akan sangat mendukung peningkatan ekonomi masyarakat.

Tekad saya mengambil studi lanjut adalah untuk kembali mengabdi di  NTT-Indonesia khususnya tanah kelahiran saya Lembata Nusa Tenggara Timur. Hal-hal yang akan saya lakukan adalah:

1. Membentuk komunitas Penangkap Air

Masyarakat selama ini memiliki pola pikir yang terbatas dan sering pasrah pada alam. Saya akan berupaya membentuk komunitas penangkap air, yang bertugas mengedukasi dan mengajak masyarakat melakukan kerja nyata menangkap air hujan dan memelihara sumber-sumber mata air yang ada.

2. Kolaborasi Pemerintah dan Sektor lainnya

Bekal teknologi yang saya peroleh dari studi saya menjadi dasar melakukan berbagai inovasi di bidang pengairan. Kolaborasi dengan pemerintah dan swasta menjadi kunci suksesnya kerja nyata ini. Semua pihak wajib bahu membahu, menemukan solusi mengatasi persoalan yang sudah sangat lama ini.

3. Bersama Masyarakat Membangun perekonomian.

Apabila teknologi di bidang pengairan telah terlaksana, maka langkah berikutnya adalah bagaimana memacu masyarakat untuk meningkatkan perekonomiannya. Usaha pertanian dengan teknologi terkini sangat diperlukan agar masyarakat NTT dan Lembata khususnya dapat menanam dan memanen di musim kemarau. Hal sederhana yang dilakukan adalah pemenuhan kebutuhan nutrisi sayuran dan lauk-pauk di desa.

Pembangunan desa membutuhkan campur tangan semua pihak termaksud sumbangan pemikiran dari para intelektual untuk melakukan kajian potensi desa. Sebelum merencanakan pembangunan desa perlu adanya dokumen kajian pontensi desa. Dengan demikian kita bisa melihat pontensi-potensi apa saja yang bisa mendukung pendapatan desa dan kerentan-kerentan apa saja yang perlu harus kita tingkatkan kapasitas tangguhan desa.

Adapun pemikiran dasar konsep ini yang dapat saya jelaskan sebagai berikut:

Setiap rumah tangga sudah harus memiliki kebutuhan air yang sangat cukup di desa, dengan demikian setiap rumah tangga wajib menanam sayuran yang dapat dikonsumsi  sehari-hari. Hal ini akan mengurangi pengeluran hanya untuk sekadar membeli sayuran dan keuangan bisa dapat dipakai untuk kebutuhan lain.

Jika semua rumah tangga di desa  berhasil menanam sayuran maka ada peluang kelebihan produksi sayuran di desa tersebut. Dengan demikian,  ada peluang untuk masyarakat desa tersebut menjual sayuran dari pekarangan rumah mereka kepada desa tetangga. Pertanyaannya bagaimana dengan desa lainnya? Apakah melakukan hal yang sama dengan menanam sayuran?

Jawabannya terletak pada kajian potensi desa. Apabila ada Desa yang punya sumber air cukup dapat digunakan untuk mengembangan ternak ikan. Apabila ada penduduk yang mengembangkan potensi ini maka telah terpenuhi kebutuhan lauk pauk sehari-hari. Dengan demikian akan ada peluang yang sama dengan desa yang menanam sayuran.

Semua solusi di atas memerlukan penanganan secara terstruktur dan massif. Salah satu yang perlu dipersiapkan adalah Sumber Daya Manusia (SDM) yang mampu menguasai teknologi khususnya terkait air bersih dan manajemen tata kelolah desa serta pemberdayaan masyarakat. Oleh sebab itu, saya memilih untuk mempersiapkan diri melanjutkan Pendidikan dan studi-studi pengelolan air tanah dan air baku. Bekal yang saya peroleh ini kelak akan saya terapkan dilapangan.

Demikian tulisan singkat bagian pertama yang dapat penulis sampaikan, harapan saya sebagai penulis memohon dukungan serta kerja sama dari semua pihak untuk meningkatkan kemampuan saya sebagai dasar untuk mengembangkan teknologi pengolahan air tanah dan air baku (Bagian 1).

 

 

Post a Comment for "Air Pendukung Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Bagian 1)"