Jadi Koki itu Passion, Mari Belajar pada Berto Leumara
![]() |
Berto Leumara |
Barangkali sebagian besar dari kita belum terlalu familiar mengenal sosok yang bernama Berto Leumara. Ia adalah seorang koki yang sedang menjalankan bisnis kuliner. Ada banyak strategi bisnis yang mesti dipetik pada sosok tersebut. Mau tahu strateginya? Mari kita bertolak lebih dalam dan belajar pada Berto Leumara.
Eh, sebelum itu,
tulisan ini lebih khusus ditujukan kepada generasi muda yang memiliki passion
yang sama. Namun, terbuka juga bagi siapa saja yang ingin belajar mengembangkan
diri. Oleh karena itu, pada bagian awal ini, mari kita mengenal identitas
singkat Berto Leumara.
Berto Leumara
dilahirkan di Wakio, Lembata, NTT, 20 November 1978. Sejak Kecil, ia biasa dipanggil Bela Leumara. Dari nama marga (Leumara),
kita bisa langsung menduga-duga bahwa ia berasal dari Walangsawa, Kecamatan
Omesuri, Kabupaten Lembata. Alamat saat ini: Jl. Kol. Sugiono II/46,
RT.10/RW.03-Malang-Jawa Timur. Ia adalah
putra dari bapa Mateus Leu Tutuq Leumara dan mama Bernadete Bota. Saat ini,
dirinya mengambil profesi sebagai tukang masak. Ketertarikan menjadi seorang tukang
masak sesungguhnya sudah terbentuk sejak hidup berasrama tatkala dirinya masih
duduk di bangku SMA.
Yang unik ialah semasa
kuliah, ia bukan mengambil jurusan pada bagian koki melainkan perpajakan. Namun,
itulah manusia, selalu dinamis dan unik termasuk dalam kaitan dengan potensi
diri. Waktu terus berjalan, Berto Leumara pun menemukan dirinya sebagai seorang
tukang masak. Banyak tantangan ia lalui, termasuk pernah menjadi tukang cuci
piring.
Namun, berkat semangat
dari dalam diri, ia pun kemudian semakin berkembang hingga menjadi seorang
tukang masak handal, mulai dari hotel hingga bekerja pada restoran. Itulah Berto
Leumara dalam proses mengembangkan diri. Menurutnya, butuh mental dan fisik
yang kuat untuk menjadi orang sukses, apalagi jika ingin menjadi tukang masak
sukses di zaman sekarang.
Oke, pada kesempatan ini, Berto Leumara akan berbagi pengalaman gagal dan suksesnya dalam menjalankan bisnis kuliner di tanah Jawa. Kiranya, pengalaman ini menjadi api semangat untuk kita.
Gagal
itu Sukses yang Tertunda, Oleh Berto Leumara
Gagal dalam bisnis
Kuliner tidak membuat saya menyerah dan putus asa. Product Menu (Dishes)
sesuai standard recipe sehingga konsistensi taste tetap terjaga.
Begitupun dengan harga yang relatif murah meskipun rasanya sama dengan menu di
Resto.
Pengaruh yang paling
besar adalah daya beli konsumen yang menurun karena Covid-19 yang melumpuhkan
roda ekonomi secara Nasional.
Bisnis yang saya jalani
tidak sendirian, saya bekerja sama dengan rekan.
1. Saya buka Angkringan
Ngaso Mampir (2019) karena dana yang dijanjikan untuk membangun Resto dari
seorang Dokter di RS Margono tidak keluar. Kesepakatan awal adalah membuka
resto di daerah Pamijen (Timur Mersi) dengan konsep Menu dan design semuanya
dari saya. Kawan-kawan bisa lihat menu di Facebook dan IG: Angkringan Ngaso
Mampir.
Angkringan tidak berjalan
lama karena lokasi yang saya tempati akan dipakai oleh adiknya Dokter untuk
usaha lain.
2. Setelah gagal dengan
Angkringan, saya bekerja sama lagi dengan salah satu Manajer Area Product Keju
Kraft. Kami sepakat untuk membuka Cwie Mie Malang di Ledug, dengan nama Waroenk
Gen Z (Generasi setelah Millenial).
Kami opening akhir
Januari 2020. Selama 2 bulan berjalan lancar namun bulan Maret 2019 Covid-19
melanda. Lockdown total hampir di seluruh Purwokerto dan Banyumas. Akhirnya,
kami sepakat untuk tidak melanjutkan lagi karena kondisinya belum bisa dipastikan
kapan bisa kembali normal. Foto Menu bisa lihat di FB dan IG (Waroenk Gen Z)
3. Tidak berhenti di situ,
saya mendapatkan tawaran kerja sama lagi dengan Owner salah satu LKP Hotel dan
Kapal Pesiar di Maos. Awalnya saya diajak untuk menjadi Instruktur F&B
Product.
Seiring berjalannya
waktu, tepatnya bulan Juli 2020, saya buka Excellent Food Gallery Resto and
Cafe, dengan memanfaatkan peralatan Praktikum Siswa untuk bisa berbisnis
Kuliner. Menu yang saya jual adalah Chicken Rice Bowl dengan pilihan varian
sauce. Alhamdulillah, berjalan sampai November 2020. Namun omset tidak mencapai
target. Akhirnya kami tutup. Foto Menu bisa lihat di FB dn IG: Excellent Food
Gallery. Kesimpulannya: daya beli konsumen menurun, omset tidak bisa memenuhi
biaya operasional.
Saat ini, saya mencoba
lagi dengan bisnis jualan Rujak Jambu Kristal yg menggunakan bumbu tabur khusus
yang saya order dari Palembang (FB: Bella's Kitchen).
Dari semua pengalaman itu, saya mau sampaikan bahwa gagal 1,2,3, bukan berarti saya menyerah. Sukses saya masih tertunda. Itu Misteri Illahi. Selain itu, jadi Koki itu Passion bukan sekedar Profesi. Saya ingin mengajak generasi muda untuk terus maju mengembangkan potensi diri. Ilmu dan Teknologi zaman now sangat mudah diakses, dipelajari dan diaplikasikan. Cuma satu kata kunci: baca, baca dan baca. Itu yang mesti ditanamkan sejak dini.