Tinta Jurnalis untuk Donasi Kemanusiaan di Timur Indonesia
![]() |
Antonius Rian (Kiri) Bersama Dula Butu dan Keluarga |
RAKATNTT.COM – Menulis tidak hanya menyegarkan pikiran dan menuangkan kenikmatan berliterasi melainkan mesti ada misi kemanusiaan yang harus dicapai. Misi mulia ini akan terjawab jika seorang penulis mendengarkan jeritan orang-orang kecil di sudut-sudut kampung yang barangkali luput dari perhatian para elit dalam tubuh pemerintahan.
Bisa juga sebaliknya, para elit tidak punya kepekaan batin untuk melihat penderitaan orang-orang kecil, maka tinta jurnalis mesti lebih tajam mengkritik ke jantung orang-orang yang dimanja oleh uang negara tersebut. Hal inilah yang pernah saya alami dalam meliput kisah hidup sebuah keluarga kecil di timur Indonesia tepatnya di Kabupaten Lembata.
Sebuah Desa kecil di bagian timur pulau Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), hiduplah Dula Butu bersama istri dan putra semata wayangnya yang diberi nama Defantus Olong. Kata Olong diambil dari nama leluhur mereka sedangkan Defantus menggambarkan identitas sebagai warga negara Indonesia beragama Kristen. Istri Dula Butu bernama Natalia Mude. Kedua pasangan muda ini mengandalkan tuak (minuman khas orang Lembata) sebagai penopang ekonomi keluarga.
Ya, tanpa tuak,
ekonomi mereka terganggu. Dari tuak, Dula Butu bisa panen Rp. 10 ribu sampai 30
ribu per hari. Mirisnya, kadangkala ia mendapat nol rupiah jika tak ada
pelanggan yang meminati hasil irisan dari pohon kelapa tersebut.
Usai mendengar kisah tentang mereka dari Hermanus Huraq, Kepala Dusun 2, pada selasa (15/2/2022), saya berkunjung ke Ue Ta’ Wehe’, sebuah nama tempat di bagian selatan Desa Mahal, Kecamatan Omesuri, Kabupaten Lembata, NTT. Di tempat inilah, Dula Butu dan Natalia Mude serta putra tunggal mereka berjuang untuk panjangkan nafas kehidupan.
Sebagai seorang jurnalis pemula dan juga admin blog rakatntt.com, saya
yakin bahwa menulis tentang kisah hidup tiga warga negara yang terkategori
ekonomi lemah tersebut pasti akan mendatangkan sesuatu yang bermanfaat. Keyakinan
ini akhirnya terjawab. Walaupun kabar gembira yang saya peroleh tidak memenuhi
kebutuhan ekonomi Dula Butu secara lengkap tetapi paling tidak dari tinta
jurnalis, ada sesuatu yang bermanfaat untuk tiga warga Desa Mahal yang menghuni
rumah tak cukup layak tersebut.
“Malam Rian, kami penghuni asrama sudah membaca tulisanmu tentang kisah hidup Dula Butu di Lembata, kasihan sekali ya. Kami mau membantu. Tolong kirim nomor rekening supaya kami bisa transfer sedikit uang untuk mereka,” pesan WhatsApp tiba-tiba masuk dari Sr. Florida Sasi, SSpS.
Biarawati
yang pernah mengenyam pendidikan di Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero,
Maumere, tersebut adalah Pemimpin Asrama Putri Panti Yosefa Merdeka Kupang. Asrama
ini beralamat di Jl. Ahmad Yani, No. 52 B, Merdeka, Kupang-NTT.
Sumber uang yang mau disumbangkan
kepada Dula Butu berasal dari kotak amal yang mereka sediakan di depan asrama.
Tujuan kotak amal tersebut untuk membantu orang-orang susah di sekitar mereka. Dari
kotak amal, segenap penghuni asrama beramal untuk Dula Butu dan keluarganya.
Para pembaca berhati
malaekat ini sudah membaca tulisan saya bergaya feature yang ditayangkan di
media online inbisnis.id, Selasa (15/2/2022) dengan judul: Pasangan Muda Andalkan
Tuak sebagai Penopang Ekonomi Keluarga. Mereka tergerak untuk membantu. Walaupun
jumlahnya sedikit tapi ketulusan mereka tak mampu diukur. Padahal target saya
saat menulis sesungguhnya untuk mengetuk hati para elit birokrat di Lembata. Namun,
mereka hanya membaca tanpa meresponsnya. Ah!
Kamis (17/3/2022) didampingi
oleh Kepala Dusun 2, saya mengantar sumbangan dari segenap penghuni Asrama
Putri Panti Yosefa Merdeka Kupang ke alamat rumah Dula Butu. Rupanya mereka
sudah mendengar kabar gembira ini dari Kepala Dusun 2, Hermanus Huraq. Dengan raut
wajah gembira bercampur sedih, Dula Butu, Natalia Mude dan Defantus Olong
menerima sebuah amplop putih berisi beberapa lembar rupiah. Saya menyampaikan
kepada ketiganya bahwa uang itu datang dari penghuni asrama yang jauh di Kupang.
Mereka hanya terdiam dan menunduk.
Sebagai seorang
penulis, yang mesti melekat dalam diri saya yakni tulus dan jujur membawa
berkat untuk orang lain, terlebih bagi mereka yang miskin dan tertindas. Walaupun demikian, sebagai manusia, godaan untuk mencubit sedikit bantuan itu terasa mulai menguasai pikiran saya. Namun, syukur kepada Tuhan, saya berhasil kalahkan godaan tersebut. Jujur, saya tidak memberikan sumbangan materi sedikitpun untuk mereka bertiga, tetapi lewat tinta
pena, donasi kemanusiaan bagi ketiga warga Indonesia ini bisa diwujudkan.
Di hadapan saya, Dula Butu menjelaskan, sumbangan dari para penghuni asrama tersebut, akan dipakai untuk berbisnis ikan segar. Sebab, sudah sekitar satu minggu, selain mengiris tuak, Dula Butu juga mulai fokus menjual ikan dengan modal kredit pada BRI terdekat.
Dengan bantuan sepeda motor Supra X berumur lapuk yang ia beli–entah dari siapa–perjuangannya untuk menopang ekonomi keluarga sedikit terbantu. Ditambah dengan sedikit rupiah dari Kupang, Dula Butu terlihat legah. Hal ini tergambar jelas di bibirnya yang mulai tersenyum tapi malu-malu.
Dula Butu bersama istri dan anaknya tentu masih membutuhkan uluran tangan pihak lain untuk membantu atau memberikan zakat. Siapa pun yang peduli bisa memberikan sumbangan biarpun sedikit agar 30 Hari Jadi Manfaat untuk orang kecil khususnya Dula Butu dan dua anggota keluarganya benar-benar terwujud. Bukan hanya itu semoga Dompet Dhuafa bisa mendengar keluh kesah tiga warga di timur Indonesia ini.
“Tulisan ini
diikutsertakan dalam Lomba Blog Jadi Manfaat yang Diselenggarakan oleh Dompet
Dhuafa”
Identitas
Penulis: Nama Antonius Rian, Admin Blog rakatntt.com. Ia juga adalah seorang
jurnalis pemula yang bekerja di media online inbisnis.id. Tulisan-tulisannya
tersebar di berbagai media online dan cetak di NTT dengan nama pena: Rian Odel