Inspiratif! Di Kampus Kisah Cinta Kepala Desa Wowong dan Fitri Bermula
RAKATNTT.COM – Kisah cinta setiap orang berbeda-beda alur ceritanya. Ada yang manis, ada pula yang pahit bahkan bisa dibilang menyakitkan. Namun patut diangkat jempol bagi orang-orang yang berjuang mempertahankan cinta sejatinya.
Ada kisah yang
menyakitkan bukan datang dari pribadi kedua kekasih, laki-laki dan perempuan
yang sedang dimabuk asmara melainkan bisa saja, cinta mendapatkan virus negatif
dari orang lain; sebut saja mama mantu atau bapa mantu yang terkenal
berkarakter galak. Tepat pada posisi dilematis seperti ini, kekuatan cinta
diuji.
Adalah Jubir Latif
Leki, pria milenial asal Desa Wowong, Kecamatan Omesuri, Kabupaten Lembata,
NTT, memiliki segudang pengalaman romatika bersama Fitrifatmalasari (26) asal
Malang, Jawa Timur yang patut dijadikan contoh atau inspirasi dalam bercinta.
Pria yang kini menjabat
sebagai Kepala Desa Wowong ini mengulas kembali perjalanan panjang kisah cinta
bersama Fitrifatmalasari yang kini sudah resmi menjadi istrinya.
“Dia adik kelas saya,
bermula di Kampus Universitas Kanjuruan Malang, saya mulai pendekatan dan
akhirnya saya tembak dan berhasil,” cerita Jubir Leki, Minggu (26/6) di atas
pasir pantai yang bersih sambil menatap keindahan laut Sawu.
Angin sepoi-sepoi pun
memberi kesejukkan, dedaunan pandan melambai-lambai manja, para pemuda-pemudi
yang mengunjungi pasar Nusantara Wowong tampak lalu lalang di atas pasir putih
sambil menikmati keindahan alam Desa Wowong yang aduhai cantiknya. Kami melanjutkan
lagi penelusuran kembali kisah cinta Jubir dan Fitri.
Tahun 2014, Jubir dan
Fitri mulai berkenalan sebagai teman biasa, belum ada rasa manis atau pahit
yang timbul dalam diri keduanya. Namun, cinta memang tak mudah ditebak, ia bisa
muncul tiba-tiba, ia juga bisa muncul perlahan-lahan. Lantas bagaimana dengan
kisah cinta Jubir Leki, Kepala Desa yang sukses membuka kembali pasar Nusantara
Wowong?
Ya, kisah cintanya bisa
dibilang muncul tiba-tiba. Ia menceritakan, waktu berjumpa pertama dengan
Fitri. Ia belum ada niat untuk menjadikannya sebagai pacar. Sebab waktu itu,
keduanya hanyalah teman biasa yang sering bersama di Kampus dan bergabung dalam
kegiatan organisasi eksternal Kampus, misalnya HMI.
“Waktu itu, Fitri kan
adik kelas saya. Dia baru masuk kampus, makanya dia tanya tentang ruang kelas. Sebagai
kakak, saya pun menjelaskan itu. Dan awalnya saya tidak ada rasa. Namun, saat
jumpa berikutnya, dia tampil beda, mulai dandan dan lain-lain. Nah, dari situ,
saya mulai bertanya dalam hati, sepertinya saya jatuh cinta, hehehe,” lanjut
Jubir.
Gara-gara Fitri tampil
beda, hati Jubir pun berkecamuk, rupanya ada gemuruh cinta yang tak tertahankan
seperti ombak laut Sawu di pantai Selatan Desa Wowong. Jubir pun mulai akrab dan
mengungkapkan rasa cintanya pada perempuan Malang, Jawa Timur itu.
“Fitrifatmalasari tidak
jawab apa-apa, dia hanya senyum. Dan saya tahu dia mau dengan saya. Kami akhirnya
pacaran. Prinsip saya ketika nyaman, cinta akan datang dengan sendirinya,” sambungnya lagi. Sungguh romatis!
Usai bidikan panah cinta Jubir mengenai sasaran tepat di jantung terdalam Fitri, pria asal Lembata tersebut mulai menjalin relasi serius. Selain bicara tentang karakter pribadi, Jubir pun mulai mengarahkan Fitri untuk belajar budaya Lembata, khususnya Kedang. Sebab bagi Jubir, jika nanti keduanya menikah, bukan hanya sebatas menyatukan dua orang atau keluarga melainkan dua budaya besar, Jawa dan Lembata pun turut disatukan.
"Saya mulai omong dia untuk belajar budaya Lembata seperti tegur sapa dengan setiap orang Kedang atau Lembata yang sekampus dengannya atau bersalaman. Sebab kalau nanti menikah dengan saya (Jubir), kamu harus terbiasa mengikuti budaya saya di Kedang, Lembata," tutur Jubir penuh percaya diri.
Dari proses belajar budaya tersebut, Fitri, ketika resmi menjadi istri Jubir, ia sangat nyaman dan cepat beradaptasi dengan budaya Kedang baik dalam bertingkahlaku, berpakaian, maupun yang lebih luar biasa yakni fasih berbahasa Kedang dalam jangka waktu satu tahun.
Perjalanan cinta dengan lika-liku kisah romatikanya akhirnya mulai mengerucut ke pelaminan. Saat liburan kuliah, Jubir pulang ke Lembata. Tepat di sinilah, cinta Fitri kepada pria NTT ini mulai diuji kemurnian dan ketulusannya. Fitri pun mencari siasat dengan alasan ingin berlibur ke Wowong, maka ia akhirnya bersama Jubir pulang ke tempat kelahiran sang kekasihnya itu di Timur Lembata. Kedua orangtua Fitri mulai tak tenang perasaannya.
Bukan hanya itu, ada hal lain yang cukup menantang yakni kedua orangtuanya tidak merestui hubungan Fitri dengan pria ganteng asal Lembata tersebut dengan rupa-rupa alasan, salah satunya karena Jawa dan Lembata jaraknya terlalu jauh. Namun, Fitri tak repot dengan semua itu. Bagi Fitri, Jubir adalah segalanya, cieee.
Menurut Fitri, benar bahwa setiap orangtua menginginkan yang terbaik bagi anaknya tetapi setiap anak juga berhak memilih jalan untuk menentukan kebahagiannya di masa depan dengan lelaki idamannya.
Lantaran keras dan
kuatnya cinta Fitri kepada Jubir, Orangtua Fitri akhirnya merestui keduanya
menuju pelaminan pada tahun 2016 silam. Kini Jubir dan Fitri dianugerahi
seorang putri. Jubir bekerja sebagai Kepala Desa Wowong, Fitri mendampinginya
dengan penuh ketulusan.
Menurut Jubir, Fitri selalu memberi pesan agar Jubir tetap menjadi pemimpin yang sabar, rendah hati dan tegar, agar semua permasalahan di Desa tersebut bisa diselesaikan dengan baik demi kesejahteraan masyarakat banyak. (Rian Odel/Red)