Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

Ruang dan Waktu dalam Prespektif Immanuel Kant

France Longginus Goo, Mahasiswa Filsafat UNWIRA Kupang

 Abstraksi

Ruang dan waktu merupakan forma yang kita gunakan dalam melihat dunia. Ruang dan waktu tidak bisa bersifat empiris dan konseptual. Ruang dan waktu adalah cara kita mengalami dunia. Kita dapat membayangkan suatu ruang dan waktu secara terpisah dari pengalaman. Oleh karena itu, ruang dan waktu berada di luar pengalaman.

Immanuel Kant melalui bukunya “Critique of Pure Reason” memaparkan pemikirannya tentang konsep ruang dan waktu. Menurutnya, indera yang merupakan properti dari pikiran, mewakili diri kita sendiri sebagai objek di luar kita, dan semuanya seperti di ruang. Di dalam ruang, setiap bentuk, ukuran, dan hubungannya satu sama lain dapat ditentukan. Indera batin mengintuisi pikiran dan segala sesuatu yang termasuk dalam penentuan batin, diwakili dalam hubungan waktu. Waktu tidak bisa lagi diintuisi secara eksternal, seperti halnya ruang yang bisa diintuisi sebagai sesuatu di dalam diri.

Kata Kunci: Ruang, Waktu, Imanuel Kant, Pengalaman  

Pendahuluan

Perjumpaan manusia dengan sesamanya terjadi dalam ruang dan waktu. Pengalaman ini memberikan kesadaran bahwa rangkaian waktu merupakan kenyataan hidup manusia. Ini sebabnya mengapa manusia selalu memahami waktu sebagai deretan peristiwa yang tidak pernah berakhir atau sesuatu yang bersifat material belaka seperti angka-angka yang tertulis dalam kalender. Waktu seperti ditegaskan oleh Martin Heidegger adalah horizon menghadirkan diri dan melaksanakan tugasnya sebagai manusia di dunia keseharian.

Lalu bagaimana persoalan ruang dan waktu dalam kosmologi? Kosmologi atau yang juga dikenal dengan philosophy of nature (filsafat alam semesta), secara etimologis berasal dari akar kata bahasa Yunani, yakni kosmos yang berarti “susunan atau keteraturan”; dan logos yang berarti “telaah atau studi”. Dalam mempelajari Kosmologi tentu tak luput untuk menelaah ruang dan waktu, menyelidiki asal-usul alam semesta beserta isinya, dan mempelajari peristiwa di ruang angkasa, termasuk asal mula kehidupan.

Namun di sini penulis ingin membatasi tulisan ini pada satu tema yakni ruang dan waktu dalam kosmologi spesifikasinya pada pemikiran Imanuel Kant.

Apa itu ruang dan waktu? Ruang dan waktu merupakan persoalan fundamental dalam kosmologi. Namun apa yang dikatakan ilmu pengetahuan tentang kedua masalah itu sungguh aneh dan membingungkan. Sejak Zeno, Filsuf Elea yang memperbincangkan paradoks ruang, waktu, dan gerak; sampai Einstein yang membangusn teori relativitas. Para Ilmuwan dan Filsuf memaknai hakikat ruang dan waktu yag berbeda.

Di satu sisi ada ilmuwan yang menganggap ruang dan waktu itu sebagai ens atau realitas riil, objektif, di lain banyak ilmuwan yang berpedirian bahwa ruang dan waktu itu hanya ilusi. Karena itu, dari pihak filsafat memberikan prespektif tentang masalah ruang-waktu yang dirumuskan sebagai berikut: Apakah ruang dan waktu itu subjektif atau objektif? Apakah ruang dan waktu itu terbatas atau tidak terbatas? Apakah ruang da waktu itu absolut, relatif, atau relasional?

Untuk menjawab persoalan di atas, saya ingin mengemukakan satu pemikiran filsafat dari Imanuel Kant, yang bagi saya menarik untuk ditelaah dan sangat memiliki hubungan erat dengan perbincangan ruang-waktu filsafat.

Kedudukan Ruang dan Waktu Ditinjau dari Segi Ontologi Kant

Secara agak panjang telah dibicarakan dua buah jawaban terhadap pertanyaan mengenai hakekat ruang dan waktu. Newton mengatakan bahwa ruang dan waktu memang merupakan satuan-satuan yang ada dalam kenyataannya dan bersifat obyektif; Einstein mengatakan bahwa ruang dan waktu sesungguhnya merupakan perangkat-perangkat hubungan di antara obyek yang satu dengan obyek yang lainnya yang diukur dengan suatu cara tertentu, dan ia membedakannya dengan sejenis satuan yang lain, ruang dan waktu.

Sesungguhnya orang juga dapat memandang jawaban-jawaban yang diberikan oleh Newton dan Einstein sebagai semacam penjelasan mengenai cara-cara terjadinya ruang dan waktu menurut fisika.

Filsuf Jerman Immanuel Kant (1724-1804), merupakan salah satu filsuf paling berpengaruh dalam sejarah filsafat barat. Terutama dalam sejarah filsafat modern. Ia menguasai benar hasil karya Newton, mengemukakan masalah hakekat ruang dan waktu serta berusaha untuk dapat memberikan jawaban terhadapnya dengan jalan menelaah bagaimana cara orang dapat mengetahui kedua hal tersebut. Kant membicarakan secara panjang lebar hakekat ruang dan waktu dalam bukunya The Critique Of Pure Reason yang merupakan salah satu di antara pembahasan-pembahasan kefilsafatan yang besar sepanjang masa.

Ruang dan Waktu menurut Kant

Dalam membicarakan ruang dan waktu, Kant memulai dengan sintesis dekomposisi (synthesis of decomposition), yakni sintesis kuantitatif yang memecahkan materi menjadi konstituen penyusunnya. Sintesis dekomposisi menunjukkan dua alternatif.

Pertama, satu dekomposisi bila sampai pada sesuatu yang absolut, maka hal itu disebut terbatas. Kedua, bila dekomposisi itu tidak berujung, maka sesuatu itu disebut tidak terbatas. Atas dasar kedua prinsip itu Kant mengaplikasikan pada beberapa ide, antara lain: pertama, ruang dan waktu, serta segala penampakannya bukan ruang dan waktu itu sendiri. Ruang dan waktu adalah sebuah gambaran yang tidak bisa eksis di luar pikiran.

Kedua, objek pengalaman tidak berada dalam dirinya sendiri, melainkan berada dalam pengalaman itu sendiri. Ketiga, setiap penampilan hanyalah nyata dalam persepsi. Dengan demikian, untuk menilai sesuatu sebagai sesuatu yang nyata tergantung pada persepsi.

Apa yang diuraikan di atas merupakan sejumlah gagasan yang berhubungan dengan definisi “Ruang dan Waktu” samping itu dibicarakan pula dua buah contoh penyelesaian masalah “Ruang dan Waktu” yang didasarkan atas kedudukannya di bidang ontologi. Kant mengatakan bahwa ruang dan waktu merupakan bentuk pengalaman; Ruang dan waktu merupakan bentuk intuisi inderawi, yang sekaligus menunjukkan adanya aktivitas pikiran yang menstruktur.

Manusia dapat mengalami sebuah dunia objek-objek karena ia terletak di dalam ruang, serta dapat selalu berubah karena ruang dan waktu adalah bentuk-bentuk subjektif inderawi. Artinya segala yang dialami oleh manusia harus melalui proses sensasi/pengindraan dalam lensa ruang dan waktu.

Sedangkan menurut Alexander kedua hal itu sekedar merupakan segi dari satu kebulatan, yaitu ruang-waktu yang merupakan tempat persemaian dari apa saja yang ada. Dari kutipan di atas, maka dapat dijelaskan bahwa ruang menurut Kant merupakan satu gambaran yang berada dalam pemikiran manusia, pengalaman berada dalam dirinya sendiri, dan hanya nyata tampak bila dipersepsi. 

Kant berpendapat, menurut logika ruang dan waktu telah ada sebelum benda-benda menempatinya. Ruang dan waktu berada dalam kesadaran kita. Pemikiran kita tentang sifat ruang dan waktu tampak memiliki ketentuan dan kepastian yang tidak terdapat ketika kita memikirkan bermacam-macam benda dalam dunia ini. Hal ini dapat dijelaskan secara sangat terang dengan asumsi bahwa ruang dan waktu adalah bentuk dari akal itu sendiri.

Jika ruang dan waktu adalah objektif, kita harus melukiskannya sebatas-batas atau tidak terbatas. Tetapi kita tidak dapat melakukan begitu. Jika kita memikirkannya sebagai terbatas, kita dengan mudah melampauinya dalam pemikiran kita. Melukiskannya sebagai tak terbatas (infinite), menurut Kant, mengakui kesempurnaannya. Lebih lanjut Kant menjelaskan. Waktu itu merupakan bentuk (forma) a priori, atau satu intuisi murni, yang oleh keinderaan manusia dijatuhkan pada pengalamannya (bersama dengan ruang).

Kant berpendapat bahwa menurut logika ruang dan waktu telah ada sebelum benda-benda menempatinya. Dengan ini jelas mau menunjukkan ruang dan waktu bersamaan terjadinya, sedangkan benda-benda yang berada dalam ruang dan waktu ada setelah ruang dan waktu tersebut ada. Keberadaan benda-benda dalam ruang dan waktu, menurut Kant dapat digambarkan sebagai berikut.

Kant mengatakan bahwa gagasan tentang ruang (dan waktu) haruslah diandaikan adanya terlebih dahulu dibandingkan dengan segenap pengalaman manusia. Kita tidak akan dapat mempunyai pengalaman yang mendahului gagasan tentang ruang, karena dalam hal ini kita harus dapat menunjukkan suatu ruang di luar diri kita, dan makna yang dikandung oleh kata “di luar” sudah menggambarkan adanya gagasan mengenai ruang. Karena agar kita dapat mengalami ruang, maka sebelumnya sudah terandaikan adanya ruang.

Forma Ruang dan Waktu

Ruang dan waktu merupakan forma yang kita gunakan dalam melihat dunia. Ruang dan waktu tidak bisa bersifat empiris dan konseptual. Ruang dan waktu adalah cara kita mengalami dunia. Kita dapat membayangkan suatu ruang dan waktu secara terpisah dari pengalaman. Oleh karena itu, ruang dan waktu berada di luar pengalaman.

Kant berpendapat bahwa keduanya tidak dapat dipelajari. Oleh sebab itu keduanya bukanlah konsep. Maknanya adalah suatu konsep berkorespondensi dengan pengalaman menjadi suatu peradaban tertentu akan mengkonseptualisasi dunia berbeda dengan yang lainnya. Namun, ruang dan waktu merupakan sesuatu yang niscaya dalam setiap peradaban. Kemudian, ruang dan waktu merupakan bagian dari konsep tentang ruang dan waktu.

Hal ini tidak berlaku bagi konsep, contohnya konsep tentang bintang tidak mengandung contoh tertentu dari bintang itu sendiri. Ruang dan waktu merupakan kondisi mutlak yang diperlukan untuk kita merasakan pengalaman. Dengan demikian, keduanya tidak perlu dibuktikan karena berada di luar fakta sederhana bahwa kita memiliki pengalaman. Kant berpendapat bahwa ruang dan waktu itu nyata secara empiris. 

Namun dengan menggunakan metode pemeriksaan transendental kita juga mengetahui bahwa ruang dan waktu tidak merepresentasikan sifat – sifat das Ding an sich. Sebaliknya, keduanya merupakan bagian dari cara kita memandang dunia. Ini merupakan salah satu contoh perbedaan yang digarisbawahi Kant tentang objektvitas empiris dan subjektivitas transendental.

Dan juga menunjukkan kesatuan kedua konsep tersebut: Ruang dan waktu memiliki objektivitas empiris, karena keduanya merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mengalami dunia objektif. Ruang dan waktu juga memiliki sisi subjektivitas transendental karena keduanya merupakan forma, yang mana melalui keduanya pikiran dapat memahami dunia. Sedangkan Waktu merupakan kontinuitas dan keteraturan pengalaman. Ruang bersifat tidak diskursif, hanya terdapat satu ruang, sesuatu yang berukuran tak terbatas.

Penutup         

Ruang bukanlah konsep empiris yang ditarik dari luar pengalaman. Dengan demikian, representasi ruang tidak dapat diperoleh dari hubungan-hubungan penampilan luar melalui pengalaman, tetapi pengalaman luar itu yang hadir melalui representasi. Dalam penjelasan Kant, dikatakan bahwa ruang adalah representasi yang diperlukan atau yang dapat disebut sebagai apriori, yang merupakan dasar dari semua intuisi luar. Siapa pun tidak pernah dapat menyatakan bahwa tidak ada ruang, meskipun tidak ada objek yang ditemui di dalamnya.

Dengan kata lain, ruang bukan berasal dari pengalaman dan tidak pernah ada kondisi tanpa ruang, yang ada adalah kondisi tanpa obyek. Dengan itu Ruang akan selalu ada. Sedangkan waktu merupakan representasi yang diperlukan yang mendasari semua intuisi. Seseorang tidak dapat menghilangkan waktu, meskipun seseorang dapat menghilangkan penampilan dari waktu.

Dalam pandangan Kant, semua bisa hilang, tetapi waktu itu sendiri tidak dapat dihilangkan. Waktu seperti halnya ruang, hanya memiliki satu dimensi. Waktu yang berbeda tidak simultan, tetapi berurutan. Prinsip-prinsip ini tidak dapat diambil dari pengalaman, melainkan menjadi aturan bagi pengalaman.

 

Post a Comment for "Ruang dan Waktu dalam Prespektif Immanuel Kant"