Cerpen: Sembilan Tahun Jadi Pacar, Nikah Kami Berpencar
RAKATNTT.COM – “Sayang, jika nanti kita melaju ke pelaminan, aku ingin punya dua anak; laki satu dan perempuan satu,” ungkap Roki kepada Yuni di monumen tsunami Kota Maumere, Flores, Januari 2022. Sambil tersenyum, Yuni pun membalasnya.
“Ya
saya ikut maumu saja sayang. Intinya yang terbaik,” Yuni beri jawaban jelas dan
meyakinkan.
Rupanya
keduanya serius untuk melaju ke pelaminan setelah 9 tahun melakukan uji coba
pada level pacaran. Cinta mereka tak bisa terpisahkan lagi seperti api dan
panas, kata Sapardi Djoko Damono dalam sebuah puisinya.
Yuni
berasal dari Hikong, sebuah kampung di timur Kabupaten Sikka, sedangkan Roki
dari Labuan Bajo, di ujung barat Pulau Flores. Keduanya saling kenal di Kota
Ruteng 9 tahun lalu. Timur dan barat pun bersatu.
Kini,
cinta keduanya semerbak harumnya seperti mawar yang mekar pagi-pagi buta. Tak ada
onak dan duri yang bisa mengancam apalagi menghalangi Yuni dan Roki.
Januari
2022, kabar buruk melanda. Cinta keduanya pecah di tengah monumen tsunami Kota
Maumere. Mawar dan melati siang itu, layu dan tertunduk mati. Kota Maumere
terasa sunyi seperti kota duka mengalir air mata.
***
Setelah
empat tahun mengenyam pendidikan di Ruteng, Yuni pulang ke Maumere dan
melanjutkan studinya di Universitas Nusa Nipa. Sedangkan Roki ingin melanjutkan
pendidikan ke lembaga pendidikan calon imam atau pastor Katolik.
“Saya
tunggu ite (engkau) di Maumere ya
sayang,” pesan Yuni kepada Roki. Yuni bejanji, jika Tuhan tak memilih Roki
menjadi Pastor, maka hatinya adalah rumah baru dan ternyaman bagi Roki. Yuni mengambil
jurusan akuntansi. Sebab dirinya berminat pada dunia keuangan sejak usia dini
di rumah. Ia bahkan pernah berkeinginan untuk pulang ke Ruteng usai wisuda agar
lebih dekat dengan Roki dan keluarganya.
Beberapa
tahun kemudian, Roki datang ke Maumere, tapi bukan masuk Unipa, ia masuk
Ledalero di Nita. Jarak antara kota Maumere ke Nita lumayan jauh. Namun,
keduanya selalu saja bersama sebab energi cinta teramat kuat mendorong keduanya
untuk bertemu.
Pernah
satu kali, Roki yang sibuk menyelesaikan tugas kuliah, dipaksa Yuni untuk
datang ke Maumere hanya untuk menemaninya membersihkan halaman kos.
“Manja
sekali engko ni,” ungkap Roki pada Yuni yang membutuhkan kehadiran Roki walau
hanya 5 menit. Teman-teman dekat Yuni sudah tak asing lagi dengan wajah Roki. Sebab
mereka sudah mengenalnya sebagai kekasih hati resmi Yuni. Bahkan Yuni pun tak
jarang menceritakan identitas Roki kepada mereka dengan penuh bangga.
Usai
membersihkan Kos, Roki hendak pamit pulang. Namun, Yuni menahannya dan mengajak
untuk pesiar ke tanjung, sebuh obyek wisata andalan yang ada di Kabupaten
Sikka. Atas dasar cinta yang membara. Tak ada kata tolak. Keduanya pun menuju
ke tanjung dengan penuh romantis; perjalanan terasa tak sampai 5 menit. Di atas
puncak tangga tanjung, udara terasa cukup panas, angin sepoi-sepoi basah, Roki
menggenggam erat tangan Yuni sambil berjanji kalau dirinya akan keluar dari
Biara dan akan memilih Yuni sebagai kekasih abadinya.
“Yuni,
saya janji akan bersamamu sampai kekal. Saya akan jujur ke Tuhan kalau saya
akan keluar dari Biara. Saya yakin Tuhan memahami hati saya,” janji Roki pada Yuni.
Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari bibir manis Yuni. Hanya air mata
jatuh satu-satu ke pipinya yang glowing
itu. Yuni menyandarkan kepalanya ke dada Roki pertanda ia tetap menanti Roki
dalam untung dan malang.
Setelah
kurang-lebih sejam lamanya di Tanjung, keduanya menuju pasar tingkat. Ternyata ada
kejutan buat Roki. Yuni membelinya sehelai baju Real Madrid, klub bola
kesayangan Roki.
“Ini
baju untukmu sayang, jaga baik-baik seperti engko jaga cinta kita,” pesan tegas
Yuni kepada Roki. Pukul 15.00 Wita, Roki pulang ke Biara.
Hubungan
cinta mereka tak sebatas di situ. Facebook
dan WhatsApp menjadi medium
tergampang untuk saling bertanya kabar.
Empat
tahun berlalu. Yuni pun mendapat kesempatan untuk memakai toga sebagai salah
seorang sarjana akuntansi. Roki pun datang mendampinginya untuk foto bersama
keluarga Yuni yang datang dari timur Kabupaten Sikka.
Setelah
mengabadikan momen bersama, Yuni mengajak Roki untuk santap bersama di rumah
keluarga. Suasana penuh bahagia, bukan karena ada keluarga tapi terlebih karena
Roki datang mendampinginya. Uhhhh, rasanya romantis sekali.
Beberapa
bulan kemudian, Yuni yang sudah pulang ke kampung, diajak Roki untuk datang ke
Maumere.
“Sayang
saya sudah kangen. Kita bisa cari waktu ketemu di monumen tsunami ko?,” tanya
Roki. “Bisa sayang, nanti saya ke MOF,” jawab Yuni.
“Sayang
tapi sebelum ketemu, saya mau omong sesuatu tentang diri saya dan tentang
hubungan kita. Barangkali enko akan meninggalkan saya setelah mendengar kisah hidup
saya,” sambung Roki.
“Sayang
ee, saya ni terima enko apa adanya. Kita pasti bahagia kalau sudah bersama. Kita
akan bangun keluarga baru. Ayo cerita sudah,” jawab Yuni sangat meyakinkan.
“Yuni,
sudah 9 tahun kita pacaran tapi ada sesuatu yang saya sembunyikan. Mungkin enko
melihat wajah saya selalu ceria tapi sesunggguhnya saya memiliki riwayat sakit
di paru-paru, sayang, maafkan saya. Selama ini saya sembunyikan karena saya takut
enko meninggalkan saya. Baru kali ini saya jujur,” ungkap Roki melalui telepon.
Yuni
hanya diam seribu bahasa. Ia tak membalas kisah yang diceritakan oleh Roki. Hanya
air mata yang jatuh pertanda ia sedih dan sakit di hati. Apakah cinta ini akan
berlanjut atau berhenti?
“Sayang,
saya tetap sayang enko, terimakasih karena sudah jujur. Saya tidak bisa ambil
keputusan sekarang. Tapi saya omong dengan bapa mama dulu, nanti baru saya ke
Maumere, kita omong bersama,” jawab Yuni sangat bijaksana.
***
“Pokoknya
bapa tidak mau nona susah di kemudian hari. Bapa dan mama sayang nona. Nanti sampaikan
ke Roki, kamu dua berteman saja. Biarkan Roki lanjut jadi pastor untuk kita
semua,” tegas dari ayah Yuni.
Lagi-lagi
Yuni menangis. Kali ini air mata jatuh tak seperti biasa. Mengalir lancar tak
pernah berhenti. Tubuhnya terasa dirobek-robek oleh peryataan dari sang ayah. Ibunya
hanya diam dan memeluk seraya meyakinkan dia agar tetap tenang menghadapi
cobaan ini.
***
Awal
Januari Yuni ke Maumere. Selain melepas kangen dengan Roki juga membawa pesan
dari ayahnya. Sekitar pukul 12.00 Wita keduanya berjumpa di tempat yang sama,
di monumen tsunami. Roki sudah menyiapkan nasi bungkus untuk Yuni yang katanya
merasa lapar.
Usai
makan siang, Yuni menatap dalam wajah Roki. Kekasihnya itu mulai merasa ada
keanehan. Sebab wajah Yuni tak berseri seperti biasanya tatkala berjumpa
dengannya.
Sambil
tertunduk diam, Yuni dengan berani mengakhiri hubungan mereka.
“No
lanjut jadi Frater saja e. Bapa tidak dukung kita punya hubungan. Kami doakan
supaya no jadi pastor. Saya minta maaf,” ungkap Yuni sambil menangis tanpa
suara; hanya air mata yang jatuh. Roki tertunduk diam. Mawar dan melati juga
beberapa jenis bunga yang ada di monumen tsunami tampak layu; seperti ada duka
yang datang melanda.
Cinta
yang sudah ditanam dan dijaga selama 9 tahun akhirnya berakhir tepat di monumen
tsunami, tempat yang sering dijadikan untuk melepas kangen antara Yuni dan
Roki.
Roki
kecewa, ia menangis diam dalam dadanya yang sakit karena cinta dan riwayat
sakit tubuh yang menyerangnya tepat di paru-paru. Tak ada kata-kata lain. Ia
langsung beranjak pulang ke biara.
“Terimakasih,
semoga sukses dapat yang lebih baik dari saya,” tutup Roki sambil pulang ke
Nita.
***
Baru
5 bulan mengakhiri hubungan dengan Roki. Kini ada kabar, Yuni menikah dengan
seorang lelaki sekampungnya. Lelaki itu dijodohkan sendiri oleh ayahnya. Tepat pada
acara pemberkatan nikah, Roki pun beranjak ke pulau Sumba untuk melanjutkan
studinya sebagai seorang calon pastor. Pada akhirnya Mukjizat Tuhan pun Nyata. Roki dikabarkan sembuh dari penyakit paru-paru yang telah menghalangi cintanya kepada Yuni. Namun, apalah daya, Yuni sudah mengandung anak pertama pemberian suaminya yang sudah berumur dua bulan dalam kandungannya. Roki meratapi kisahnya itu dalam sunyi. (RO)