Cantik Saja Belum Cukup Ade Nona, Harus Belajar Titi Jagung
RAKATNTT.COM – Jagung titi merupakan kuliner khas dari wilayah Nusa Tenggara Timur, khususnya di Flores Timur, Solor dan Lembata. Disebut jagung titi karena proses pembuatannya dengan cara dititi di atas sebuah batu berbentuk ceper. Biasanya batu tersebut diambil di kali mati atau biasa disebut batu kali.
Selain
keras dikunya, jagung titi tergolong makanan yang tahan lama, makanya cocok
sekali sebagai bekal perjalanan jauh. Bagi Anda yang giginya tinggal dua alias
jompo, jangan coba-coba kunya jagung titi, hehe.
Lantaran
tahan lama, jagung ini bisa dijadikan sebagai makanan anak-anak kos, selain mie
instan. Bukan hanya tahan lama, jagung juga ringan dan mudah dibawa kemana-mana. Lebih nikmat lagi jika ada sayur rumpu-rampe ditemani tuak kelapa atau moke bakar menyala; disantap bersama teman-teman sambil bahas bola kaki, maka rasa jagung titi akan semakin menggoda.
Jagung
titi diolah oleh para perempuan di kampung, khususnya mama-mama. Mereka biasanya
meniti jagung pada sore atau subuh tepat ketika ayam berkokok menyambut
datangnya mentari pagi. Jadi ketika ayam berkokok, mama-mama pun mulai meniti
jagung sehingga bunyi kokokan ayam disahut oleh bunyi meniti jagung.
Secara
ekonomis, jagung titi juga turut memberi sumbangan. Kuliner ini sudah menjadi salah
satu komoditas andalan yang bisa mendatangkan cuan. Walaupun begitu, pada zaman
kini, ketakutan akan kepunahan jagung titi selalu dipertimbangkan. Sebab, di
kampung-kampung sangat jarang ditemukan gadis-gadis muda yang belajar meniti
jagung.
Cantik saja belum cukup ade nona, tapi harus belajar
dan tahu titi jagung. Kira-kira begitu,
ungkapan untuk menantang mereka, hehe.
Di
Kedang, Kabupaten Lembata misalnya, setiap kali ada momen pesta-pesta rakyat,
jagung titi menjadi salah satu makanan utama selain beras dan jagung giling. Sebagaimana
ulasan rakatntt sebelumnya tentang buku
dese’ telu, salah satu buku dese’
wajib diisi jagung titi atau dalam bahasa Kedang disebut hengan. Apa jadinya jika jagung titi, suatu saat tinggal kenangan?
Untuk
merespons pertanyaan kecil tersebut, ada harapan besar bagi nona-nona atau
gadis-gadis untuk mulai belajar meniti jagung sejak remaja. Diharapkan juga
himbauan serius pada lembaga-lembaga pendidikan agar proses meniti jagung
diperhatikan oleh para peserta didik secara serius.
Selain
lembaga pendidikan, himbauan juga mesti datang dari Pemerintah baik di Desa
maupun tingkat Kecamatan dan Kabupaten. Di Desa Misalnya, ibu-ibu penggerak PKK
diharapkan menjadi motor utama mengampanyekan semangat meniti jagung bagi
nona-nona remaja. (RO/Red)