Karang Taruna Desa Menulis Sejarah Lahirnya Kampung
![]() |
Ilustrasi Pexel |
RakatNtt - Menulis sejarah tentang lahirnya sebuah Kampung yang
kemudian menjadi Desa adalah tanggungjawab semua pihak yang menghuni sebuah
Kampung. Kesadaran seperti ini pertama-pertama mesti muncul dalam diri generasi
muda. Tak hanya itu, Kepala Desa sebagai pemimpin wilayah juga mesti melihat
sejarah Kampung sebagai sesuatu yang penting.
Mencatat kembali
sejarah lahirnya Kampung ibarat menyalakan kembai spirit masa lalu dan belajar
padanya untuk menatap masa sekarang dan yang akan datang. Sejarah tentang Kampung
sangat penting diketahui oleh generasi muda, apalagi dalam konteks di Kedang,
Lembata misalnya, yang masih mengandalkan budaya tutur bisa menjadi masalah
bagi pengetahuan generasi muda.
Setiap narasumber
akan menceritakan versinya yang barangkali berbeda dengan narasumber yang lain.
Hal ini sering menjadi konflik internal di Kampung. Karena itu, generasi muda,
yang masuk dalam wadah Karang Taruna Desa mesti juga melihat sejarah kampung
sebagai bagian yang harus digali kembali secara komprehensif dan ditulis secara
utuh.
Pada zaman
sekarang ini, kita tidak bisa semata-mata mengandalkan budaya tutur sebab
versinya akan membias–apalagi dituturkan dalam keadaaan narasumber sedang mabuk.
Budaya tutur harus dikaji secara lebih dalam oleh generasi muda kemudian
dihubungkan dengan berbagai referensi lain yang bisa menjadi pembanding dan
pelengkap.
Sebab seringkali
dengan budaya tutur, generasi muda tak bisa diajak berpikir lebih dalam dan
mempertanyakan ulang versi yang sudah berkembang sekarang atau versi yang
diceritakan oleh orangtuanya sendiri.
Apa yang ia dengar
dari orangtuanya dianggap sebagai yang paling benar tanpa mengoreksi dan
mendalami kembali. Inilah yang seringkali
menjadi sumber masalah. Kita mungkin lebih sepakat bahwa narasumber
harus berumur yang paling tua. Namun, apakah kita pernah bertanya; narasumber
tersebut menceritakan secara jujur atau memanipulasi Sejarah untuk kepentingan
dirinya? Mencurigai narasumber juga menjadi hal yang sangat penting agar kita
tidak terjebak pada kebiasaan percaya saja tanpa bertanya secara kritis.
Pada konteks ini, kesadaran untuk berpikir terbuka dan menerima semua informasi sebagai sumber sangatlah penting. Generasi muda hadir untuk melihat bahwa versi-versi lisan bukan untuk dibandingkan-dibandingkan dalam pengertian berdebat, melainkan sebagai kekayaan informasi di dalam kampung sendiri. Kekayaan ini sebagai ilmu untuk didiskusikan secara profesional; kampung disulap sebagai ruang diskusi oleh generasi muda.
Dalam kaitan
dengan sejarah kampung, kehadiran Karang Taruna Desa sangat membantu. Wadah
anak muda ini bisa menjadi pengumpul data dari setiap narasumber kemudian
diseleksi, dikaji dan dijadikan sebuah tulisan lengkap tentang kampung, mulai
dari suku-suku, berdirinya gereja dan masjid di kampung, adat-istiadat kawin
mawin, ritus-ritus dan situs-situs budaya, seni, berdirinya sekolah formal dan
kekayaan lainnya.
Namun, jangan lupa,
konflik-konflik internal dalam Kampung juga mesti secara jujur diungkap sebagai
bahan refleksi bagi generasi muda.
Catatan Sejarah Kampung
bukan sekadar hasil karya anak muda, melainkan bisa menjadi sumber penghasilan
bagi Karang Taruna. Anak-anak muda bisa menjadikan catatan sejarah Kampung sebagai
kesempatan mencari uang. Para pembelinya adalah Pemerintah Desa dan warga Desa
baik di dalam maupun yang ada di luar.
Pertanyaan kita;
kapan kesadaran ini tumbuh. Tentu tidak semua punya kesadaran yang sama tetapi
kesadaran ini harus “dipaksakan” untuk menjadi kesadaran bersama.
Dari catatan
sejarah Kampung dan Desa bisa membantu Pemdes untuk mengetahui waktu lahirnya
Desa sehingga bisa ada momen Ulang Tahun Desa merujuk pada catatan sejarah. Catatan
sejarah kampung juga bisa menjadi sumber ilmu pengetahuan lokal bagi anak-anak
sekolah.
Post a Comment for "Karang Taruna Desa Menulis Sejarah Lahirnya Kampung"
Komentar