Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

Menjaga Nama Baik Suku-Leu Kita

 

Ebang simbol Kesetaraan orang Kedang


RakatNtt - Suku atau marga adalah identitas. Setiap orang lahir dalam sistim suku yang sudah menjadi rumah. Karena itu, dalam setiap budaya lebih khusus di NTT, penyebutan marga selalu menjadi bagian tak terpisahkan dari nama seseorang. Pada tulisan ini saya mengulas tentang terbentuknya suku-suku di Kedang dan maknanya untuk kita.

Jika diibaratkan sebagai pohon, maka suku-suku di Kedang adalah ranting-rantingnya. Akarnya adalah leluhur yang satu yakni Uyolewun. Setelah keturunan dari moyang Uyolewun bertambah banyak, maka dibentuklah suku-suku dengan Leunya masing-masing. Suku dan leu ibarat perempuan dan laki-laki yang menyatu untuk melahirkan kehidupan. Suku adalah perempuan dan Leu adalah laki-laki. Suku dan leu adalah simbol orangtua kita, rumah besar kita; suku adalah rumah dan Leu adalah tempat kita hidup dan beraktivitas. Suku-leu memelihara setiap harapan kita, maka menjaga nama baik suku-leu itu hal yang primer.

Pertanyaan mendasarnya; mengapa leluhur membentuk suku dan leu untuk kita? Proses terbentuknya suku-leu tentu punya fase yang berbeda-beda hingga terakhir pada fase Rian Baraq Sarabiti Musa yang kita kenal sebagai Riang atau gabungan kampung membentuk sebuah kampung besar sekarang dengan pemimpinnya adalah Rian Leu – tentang ini nanti kita bahas di lain waktu.

Kembali pada pertanyaan di atas, mengapa ada suku-leu? Pertama suku-leu berkaitan dengan identitas. Kalau demikian, setiap tingkah laku kita selalu merujuk pada pemaknaan akan identitas kita. Misalnya, kita melakukan sesuatu akan mencerminkan juga suku dan leu kita. Jika kita angkuh, maka sesungguhnya karakter demikian juga melekat dengan makna suku dan kampung kita. Jadi bukan sekadar karakter personal. Sebab ketika sebuah suku-leu dibentuk, lahir pula ajaran-ajaran filosofis, ada muatan lokal tentang moralitas yang diwariskan dan berakar kuat. Jadi setiap tingkah laku kita mencerminkan suku dan leu kita.

Terbentuknya suku-leu juga menegaskan agar kita saling melengkapi dan menghormati satu dan yang lain. Anda bisa bayangkan jika di dalam sebuah kampung hanya ada satu suku; berapa banyak tanah yang ia kuasai? Suku bersangkutan mungkin akan menutup diri dalam berbagai hal. Justru terbentuknya suku-suku mau menegaskan tak ada yang tunggal dan mutlak. Kita hidup bersama dan saling membagi-bagikan. Hal ini sudah diatur oleh leluhur kita dan berpuncak pada terbentuknya Kale’mata. Namun, sistim birokrasi tradisional ini perlahan hilang lantas sekarang digantikan dengan Lembaga Adat – semoga lembaga ini bisa mengurus adat ya!

Terbentuknya suku-leu sebagai kekuatan bersama. Sebuah suku akan menjadi kuat jika ada persatuan di dalamnya. Sebuah Leu juga akan menjadi kuat jika ada persatuan suku-suku di dalamnya. Namun, tak jarang kita  menemukan konflik yang umurnya sangat panjang. Ada konflik yang dibiarkan berlarut-larut bahkan dibiarkan bertumbuh subur oleh Kepala Desa dan anak buahnya. Mungkin mereka lupa bahwa konflik sangat menghambat sebua pembangunan di Desa.

Jika kita menyadari pentingnya persatuan suku-leu maka konflik sesungguhnya bisa diselesaikan dengan proses duduk omong bersama sampai selesai. Hal ini penting sebab di dalam setiap suku konflik horisontal marak terjadi. Ada masalah karena belis dan yang lebih banyak karena warisan tanah atau kebun. Jika kita menyadari makna dari suku sebagai ibu maka mestinya kita kembali dirangkul untuk berdamai di dalam pelukan ibu kita yakni suku kita.

Hal demikian juga berlaku pada level kampung atau leu sebagai bapak yang memelihara kita. Pentingnya kesadaran untuk bersatu dan mampu menyelesaikan konflik secara kekeluargaan. Kesadaran ini harus bertumbuh dalam diri kita semua, terlebih kaum muda dan Pemerintah Desa yang selalu dihiasi dengan pakaian kebesaran dan gelas sarjana.

Kita semua harus menjaga nama baik suku-leu dengan membuktikan prestasi-prestasi kita yang positif. Semua ini harus kita mulai di dalam suku-leu. Duduk bersama, berdiskusi tentang sesuatu. Omong tentang masa depan suku-leu, sekolah untuk bangun suku-leu, menghilangkan kebiawasaan tawuran antarremaja kampung, minum mabuk berlebihan dan suka mengklaim diri sebagai yang paling utama di kampung harus dihilangkan.

Post a Comment for "Menjaga Nama Baik Suku-Leu Kita"