Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

Peni Muko Lolon dalam Cerita Rakyat Orang Kedang, Sang Putri Matahari

 

Ilustrasi AI



RakatNtt - Ada sebuah kisah mitos yang sangat bagus dimiliki orang Kedang di Lembata, NTT. Mitos tersebut menempatkan dua tokoh sentral yakni Peni Muko Lolon dan Pulo Lamale'ang. Pada tulisan sebelumnya, sudah saya jelaskan bahwa Pulo Lamale'ang kemudian disematkan pada nama pulau Lomblen atau Lembata. Istrinya bernama Peni Muko Lolon.

Awal kisah terjadi pertengkaran antara dewa bulan dan matahari karena konflik internal. Untuk membuktikan siapa yang benar, maka keduanya bersepakat menjatuhkan anak mereka ke bumi. 

Anak dari bulan terbentur pada bebatuan dan berubah wujud menjadi binatang malata. Hal ini membuktikan bulan adalah pemilik ilmu hitam sehingga ia menjadi penguasa malam. Sedangkan putri matahari turun dengan aman dan mendarat di atas pohon pisang. Hal ini membuktikan matahari adalah dewa kebaikan dan berhak menguasai siang.

Singkat cerita, datanglah sosok Ila Wai Tuan (Ina Wai Tuan) dan menerima Peni Muko Lolon dengan cara membentangkan kapas putih pada sebuah piring agar tubuh Peni Muko Lolon tidak tergores bulu badan dari Ila Wai Tuan. Kisah selanjutnya, Peni Muko Lolon diculik oleh Pulo Lamale'ang dan menjadikannya istri. 

Saat ia hamil, terjadilah konflik keluarga berawal dari siasat tipu daya sang suami. Hal ini membuat Peni Muko Lolon menangis dan air matanya berubah menjadi permata dll.

Akibat konflik ini, Peni Muko Lolon pun pulang ke langit dan kemudian mereka dipersatukan kembali oleh Ulun Pulo, anak semata wayang mereka. Persatuan kembali ini harus memenuhi syarat yakni Pulo Lamale'ang harus menyerahkan dua saudarinya yakni Ditoq dan Datoq untuk menjadi istri dari saudaranya Peni Muko Lolon. Ceritanya masih panjang.

Pesannya untuk Kita

Setiap cerita rakyat dengan berbagai bentuk selalu memiliki makna atau pesan-pesan kehidupan. Dari cerita ini kita coba menemukan beberapa pesan.

1. Perempuan adalah pemberian terbaik dari Tuhan untuk laki-laki. Pertengkaran bulan dan matahari dapat dibaca sebagai proses seleksi untuk menemukan sosok terbaik dalam diri Peni Muko Lolon.

2. Menerima perempuan dengan penuh ketulusan dan kasih sayang. Hal ini dapat ditemukan dalam simbol kapas putih yang halus dan suci. Perempuan tak boleh diterima dengan kasar (bulu badan laki-laki).

3. Konflik dalam rumah tangga selalu berawal dari ketidakjujuran. Ketika Pulo Lamale'ang bertanya kepada istrinya tentang darimana ia berasal, Peni Muko Lolon tak pernah jawab jujur. Akibatnya munculah siasat menipu lanjutan dari suaminya agar Peni Muko Lolon bisa berkata jujur. Dari saling balas menipu inilah terjadilah konflik dan pisang ranjang.

4. Konflik keluarga bisa diselesaikan dengan jalur kekeluargaan. Ketika suami istri pisah ranjang, mereka justru dipersatukan kembali oleh anak mereka yakni Ulun Pulo. Hal ini mengajak kita agar melihat persoalan dalam keluarga dan mencari jalan keluar kekeluargaan.

5. Cinta butuh pengorbanan. Ketika Pulo Lamale'ang menculik Peni Muko Lolon dan menjadikan istri, ia harus berkorban menyerahkan dua butir telur ayam yang kemudian menetas dan munculah dua orang manusia. Simbol manusia menegaskan bahwa pengorbanan dalam cinta bukan sesuatu yang kecil melainkan sungguh-sungguh. 

Hal yang sama ketika keduanya disatukan kembali, ia harus menyerahkan dua saudarinya kepada saudara dari Peni Muko Lolon. Makna ini bisa berarti belis. Cinta bukan sekadar menerima melainkan memberi sesuatu yang berharga dari kita.

Belis bukan sekadar gong atau gading atau dalam cerita berupa telur ayam melainkan nilainya luhur - manusia.

Post a Comment for "Peni Muko Lolon dalam Cerita Rakyat Orang Kedang, Sang Putri Matahari"