Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

Catatan Perjalanan Rohani di Israel (Bagian 3)






Oleh Pius Kulu Beyeng

                    Suasana Baru serta Mengitari Galilea dan Tepian danau Tiberias yang Indah

    Pagi ini kami menikmati suasana baru, tempat baru dan tentu saja menu makanan yang baru. Sebelum keberangkatan dari agen perjalanan, kami sudah mewanti-wanti agar kami membawa juga makanan untuk mengantisipasi perut biologis indonesia kami. Kami juga diingatkan agar hati-hati dengan barang bawaan kami. Dua hal utama yang harus mendapat perhatian adalah uang dan pasport yang merupakan jiwa dalam perjalanan di luar negri. Ribuan orang yang datang ke tanah suci. Walaupun namanya tanah suci, tetap saja ada pencurinya, walaupun pencurinya suci, kata Pak anton bergurau. Pasport dan uang sebaiknya selalu ada di badan. Tas yang dijinjing diletakkan pada bagian depan, dan jangan di bagian samping apalagi belakang. Ketika di Paris kami mendapati satu keluarga pengungsi dari Timur Tengah yang kehilangan tas berisi uang dan pasport. Ketika di Amsterdam, pak Anton memberi tahu kami bahwa ada anggota dari sebuah group tour yang kehilangan uang 200. 000 dolar di dalam tas di hotel, padahal tasnya tetap terkunci rapih. 
    Sambil makan pagi, kami mendengarkan beberapa pemberitahuan dari Tour Leader kami. Kegiatan selama ziarah berlangsung dalam siklus yang relatif tetap dan sama. Makan pagi yang kami kodei dengan sandi S1, berangkat, yang kami kodei sebagai S2. Mengapa hal sederhana itu penting; tujuannya memudahkan koordinasi. Karena begitu keluar dari hotel, hanya ada dua kemungkinan, pulang lagi ke Hotel yang sama ataui berpindah ke Hotel yang baru. jika pindah hotel, maka semua bawan kami langsung dinaikkan ke mobil bersama-sama dengan kami. Makan siang biasanya di restorant terdekat disesuaikan dengan jadwal waktu dan lokasi. Tidak ada masalah untuk hal ini, karena biro perjalanan kami memiliki jaringan internasional hampir di seluruh dunia. Satu hal kecil yang nampak sepele tetapi tidak bisa dianggap remeh yakni kencing. Kencing bisa menjadi masalah serius di dalam sebuah perjalanan di luar negri. Untuk kencing, group kami memakai kode S3, artinya kalau ada yang merasa mau kencing tinggal bilang atau ramai-ramai berteriak S3. Artinya, minta berhenti untuk kencing. Rata rata bus wisata luar negri tidak menyiapkan toilet di dalam bus. Jika di Israel mudah, begitu ada yang minta, tour leader dan sopir bisa mencarikan tempatnya. Saya ingat sebuah pengalaman kecil waktu di Amsterdam. Saya hampir tidak bisa tahan dan mau kumuncratkan saja di bangkalan sungai. Untung ada beberapa teman perempuan datang dan mengajak kami ke sebuah hotel terdekat. Lain halnya dengan highway di Eropa yang ketat dengan regulasi. Semua kendaraan di sana ditempatkan dengan detektor electronik (semacam kotak hitam di pesawat) untuk mendeteksi semua peristiwa termasuk pelanggaran hukum. Kendaraaan diwajibkan berhenti setiap 2 jam perjalanan (istirahat, snack atau ke toilet). Setelah mesin dimatikan, baru boleh dihidupkan kembali setelah sekian jam lamanya. Tidak dapat ditipu karena direkam semua oleh detektor. Polisi datangt hanya cukup dengan mencolokkan alat dan selesai. Bersambung*

Post a Comment for "Catatan Perjalanan Rohani di Israel (Bagian 3)"