Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

Merendahkan Diri dan Mati sebagai Puncak Cinta

Seminari Tinggi Santu Paulus Ledalero – PPKKS (Pusat Pelayanan Keraulan Kitab Suci) Provinsi SVD Ende. Oleh P. Simeon Bera Muda, SVD

SANTAPAN SABDA HARI KAMIS PUTIH 2021

Tema: Merendahkan Diri dan Mati sebagai Puncak Cinta.



Ada sebuah lagu nostalgia Titiek Sandhora – Muchsin berbunyi: “Cinta tanpa kasih tanpa akhir bahagia”.

Umat Allah dalam Kristus. Sebuah bangsa yang menamakan diri Ibrani artinya ‘budak di tanah asing’ hampir habis, mati dibunuh semuanya di Mesir. Tetapi Allah membuktikan bahwa bangsa yang Allah pilih sendiri sejak Abraham yang merupakan puncak kasih Allah pasti juga mengalami puncak kasih yaitu dibebaskan dari perhambaan ke kemerdekaan, dari kematian kepada kehidupan.

Maka Allah meminta mereka merayakan Paskah yang artinya pindah, beralih. Seekor domba harus beralih dari hidup ke mati dan darahnya yang adalah hidup melindungi hidup bangsa Ibrani supaya tidak mati binasa. Dengan akan domba yang jatuh mati, bangsa Ibrani bisa bangun dan hidup lalu keluar dari tanah Mesir dan berjalan menuju Tanah Terjanji.

Kebaikan Tuhan yang adalah puncak kasih Allah itu dinyanyikan oleh bangsa Israel dalam Mazmur, dalam lagu pujian karena Allah melepaskan belenggu perhambaan dan membuat kematian para kekasih-Nya berharga. Artinya membebaskan mereka dari kematian. Piala keselamatan, ucapan syukur beserta nazar yaitu janji setia untuk membalas kasih Allah itu dinyanyikan turun temurun.

Di dalam Injil Yohanes, Yesus siap ditinggikan di atas salib. Pada malam sebelum salib itu Yesus jatuh ke bawah kaki para murid dan mencuci kaki mereka. Yesus menjelaskan bahwa perbuatan merendahkan diri dan mencuci kaki merupakan kasih yang paling tinggi, setinggi salib di Golgota.

Paulus dan umatnya di Korintus memperingati puncak kasih Yesus di salib dengan merayakan perjamuan malam terakhir waktu Yesus menyerahkan roti tubuh Yesus dan anggur darah Yesus yang Yesus serahkan pada hari Jumat agung hingga mati di salib supaya manusia yang seharusnya mati dalam perhambaan dosa dibebaskan ke kemerdekaan dan dari kematian neraka menjadi hidup menuju tanah terjanji.

Umat Allah dalam Kristus. Bersama umat Ibrani di Mesir dan bersama Yesus dan murid-murid-Nya kita merayakan hari Kamis Putih, perjamuan Yesus menyerahkan seluruh diri Yesus untuk kita.

Yesus memberikan kepada kita Santapan Sabda Allah bahwa kita bisa seperti domba di Mesir dan Yesus Domba Allah menyerahkan diri kita dengan menjalankan kasih sampai puncaknya seperti Yesus: “Hendaklah kamu saling mengasihi seperti Aku, Yesus sudah secara sempurna mengasihi kamu”.

Bapa, mama dan anak-anak dalam keluarga, opa-oma: semua bisa mencintai sampai puncak, menyerahkan diri sehabis-habisnya. Imam-biarawan-biarawati juga bisa sampai pada puncak kasih. Kita berdoa memohon panggilan untuk menjadi suster, bruder, frater dan imam di dalam keluarga-keluarga Kristen.

Yesus yang memberikan Diri seluruhnya: Daging dan Darah memberi kita Santapan Diri-Nya itu supaya kita bisa belajar mencinta dan mengasih dengan akhir bahagia karena sampai ke punck cinta-kasih itu.

 

 

Post a Comment for "Merendahkan Diri dan Mati sebagai Puncak Cinta"