Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

Ritus Adat Bukan Berhala

 

Ilustrasi AI - Ritus adat



RakatNtt - Kita sering menemukan komentar instan pada medsos yang menyimpulkan bahwa kepercayaan tradisional, agama lokal atau ritus adat sebagai bentuk penyembahan berhala. Stigma negatif dari orang yang tidak tahu malu tersebut sampai hari ini masih kita temukan. 

Dasar alasan mereka, salah satunya karena ritus adat dipraktikkan di tengah alam bebas atau di bawah pohon besar dan tidak ditemukan dalam kitab suci agama-agama besar tertentu. Artinya, seringkali kesimpulan salah tersebut datang dari orang yang menganut agama-agama formal.

Walaupun demikian, ujaran kebencian seperti itu tidak menimbulkan reaksi dari masyarakat adat. Sebab masyarakat adat yang setia pada ajaran kearifan lokal sangat memegang teguh prinsip keharmonisan atau keseimbangan. Nah, pertanyaan kita; mengapa ritus adat bukan berhala?

Praktik Religi

Ritus adat bukan sebuah praktik sia-sia. Sebab jika demikian, manusia dengan otak yang selalu bertanya akan meninggalkan praktik itu. Justru karena ada manfaat, ada pengalaman iman dan mukjizat yang dialami, maka ritus adat tetap dijalankan bahkan oleh orang yang sudah menjadi Katolik. 

Ritus adat adalah bentuk religiusitas masyarakat adat yang dilakukan untuk membangun relasi harmonis dengan Wujud Tertinggi, alam semesta dan leluhur. Dengan demikian, praktis ritus bukan berhala.

Selaras dengan Alam

Praktik ritus tidak dilakukan di dalam rumah ibadah yang mewah, yang proses pembangunan sering melalui donasi orang lain tetapi dilakukan di tengah alam. Hal ini mau menegaskan kedekatan manusia dengan alam. Pohon-pohon besar atau batu adalah simbol-simbol dalam ritus bukan sebagai objek sakral yang disembah. Paham!! 

Gregor Neonbasu menjelaskan simbol pohon menggambarkan cara masyarakat adat melihat kehidupan - punya akar, bertumbuh, cabang-canang dan buah - juga batu sebagai simbol fondasi atau kekuatan.

Dengan demikian sudah jelas bahwa ritus adat bukan berhala. Sebab masyarakat adat sebelum datang ajaran monoteisme, mereka sudah kenal yang namanya Tuhan dalam konsep lokal bahkan untuk menyembahnya dilakukan dengan proses yang sangat sakral - kurban hewan dst. 

Ini baru pada tahap ritus, belum lagi ajaran-ajaran universal yang datang dari kearifan lokal seperti keadilan, cinta, damai, harmoni dan seterusnya. Semuanya ini sudah ada dalam tradisi lokal kita.

Dengan demikian, tugas kita adalah mendalaminya untuk menemukan kesejatiannya. Bukan membusung dada dengan kesalehan palsu lalu mencap berhala tanpa kualitas pengetahuan yang baik. 

Tugas kita sebagai orang yang sudah menerima agama formal adalah menyadari bahwa ritus adat adalah bagian dari kebutuhan hidup masyarakat adat. Ada banyak hal yang harus dilakukan melalui proses ritus bukan melalui cara kerja agama formal.

Misalnya, seorang pastor Katolik tidak mungkin memimpin misa di kampung lama saat hajatan poan kemer lete' huna paheng ahar dalam tradisi orang Kedang. 

Sebaliknya, tidak mungkin seorang molan melakukan ritus adat di dalam gereja saat perayaan natal. Masing-masing agama baik lokal maupun universal punya peran sesuai konteksnya dan saling melengkapi.


Post a Comment for "Ritus Adat Bukan Berhala"