Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

Cerita Mahasiswi UT yang Seberang Lewat Selat Gonzalu, Flotim

Gonzalu adalah nama salah satu selat yang terletak di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. Selat yang memiliki lebar 300 meter ini terbentang di antara pulau Adonara dan pulau Flores bagian timur yaitu kota Larantuka.

Selat Gonzalu dikenal memiliki arus laut yang sangat kuat yang mempertemukan dua arus laut dari Laut Flores dan Laut Sawu. Dikarenakan luas selat yang tidak terlalu lebar, selat ini digunakan untuk aktivitas penyeberangan yang menghubungkan pulau Adonara dan pulau Flores. Penyeberangan Pante Palo-Tanah Merah, begitu akrab dikenal masyarakat sekitar dan siapapun yang pernah menyeberang melewati selat ini.


Tentu kita punya pengalaman yang berbeda-beda saat menyeberang di selat ini. Dengan perahu kecil yang menggunakan mesin mengantar pulang dan pergi para penumpang yang hendak menyeberang. Dalam situasi normal, dimana arus laut sedang bersahabat, penyeberangan dibutuhkan waktu kurang-lebih 7 menit.


Namun, pada saat yang berbeda, ketika dalam situasi arus, dibutuhkan waktu 3-5 menit untuk menyeberang. Bisa kita bayangkan seberapa kuat arus yang mengalir di selat ini, sehingga ada banyak pendapat yang muncul dari orang-orang yang pernah melewati rute ini.

 



Sebagai seorang mahasiswi pada Universitas Terbuka Pokjar Waibalun, di Larantuka yang memiliki beragam tanggung jawab dan dikarenakan waktu tempuh dari rumah ke kampus yang hanya membutuhkan waktu kurang-lebih 30 menit, saya memilih untuk tetap tinggal di Adonara selama aktivitas perkuliahan berlangsung. Sehingga menyeberang di selat ini sudah menjadi rutinitas setiap minggu.


Ada berbagai pengalaman menarik yang saya jumpai ketika berada disana, seiring arus laut yang sering bergonta-ganti pada setiap situasi. Dalam situasi arus yang normal penyeberang terlihat santai-santai saja sambil menikmati alunan gelombang kecil yang disuguhkan dari laut biru dan indahnya pemandangan kota Larantuka yang terletak pada kaki gunung Ile Mandiri.


Namun dalam situasi arus, penyeberang diliputi berbagai perasaan, ada yang terlihat biasa-biasa saja, ada juga yang terlihat panik karena arus yang sangat kuat.


Pada kisaran bulan januari sampai bulan maret, gelombang laut pada selat ini terlihat lebih dasyat. Sehingga nahkoda dan anak buah perahu motor dituntut untuk lebih bekerja keras demi keselamatan penumpang,kata Ricky, salah satu nahkoda perahu motor penyeberangan Pante Palo-Tanah Merah”. So, jangan takut menyeberang di selat ini, karena yang diprioritaskan adalah keselamatan penumpang.


Sebelum pandemic Covid-19, perahu motor diperbolehkan memuat penumpang berjumlah 8 orang dan satu buah sepeda motor, dengan tarif Rp.5.000 / penumpang dan Rp.15.000 / sepeda motor.

 



Namun dalam situasi Covid sekarang ini, yang dibatasi dengan sejumlah aturan, perahu motor hanya diperbolehkan memuat penumpang berjumlah 4 orang dan satu buah sepeda motor, dengan tarif Rp.10.000/penumpang dan Rp.20.000/sepeda motor.

Selamat menikmati penyeberangan Pante Palo-Tanah Merah. Tuhan menyertaimu.


Oleh Astuty Karwayu, Mahasiswi UT Waibalun.

 

 

 

 

Post a Comment for "Cerita Mahasiswi UT yang Seberang Lewat Selat Gonzalu, Flotim"