Suara Makam# Oleh J.L. Wejak
Ilustrasi: Pixabay.com |
Kalian suka memekikkan kata fenomenal dalam lagu dan puisi mengenangku. Padahal kalian sendiri tahu apa yang kuperbuat dan capainku. Banyak proyek gagal. Tapi aku tak gagal dua hal: membangun istana kerajaanku dengan segala kemewahannya. Aku tak pula gagal merekrut pasukan penjilat yang siap menjadi pesuruh handal.
Hai kalian pemuja dan penyembahku! Tugas kalian memang belum selesai.
Butuh kerja lebih keras lagi tanpa kenal malu dan kemaluan sendiri. Jagalah semua harta bendaku: harta bergerak dan tidak bergerak. Pastikan bahwa warga sesuku bangsaku melanjutkan jejak langkah kekuasaanku di nagari nenek moyangmu.
Kalian kaki tanganku.
Kalian adalah pewarta
bahwa aku sosok fenomenal.
Kalian menyembahku hingga makamku.
Tapi aku tahu kenapa kalian melakukan itu: bukan demi aku, tapi demi diri kalian sendiri.
Ingat, saatmu akan tiba, seperti diriku. Dan mungkin saat itu tiada orang melantunkan kata fenomenal untuk diri kalian, seperti diriku. Karena cuma aku, si asing, yang menyimpan remah-remah roti, yang kalian sembah dan sujud.
Aku sudah selesai. Akan tiba saatnya kalian diselesaikan. Lambat laun kalian senasib dengan diriku: dicemooh, ditertawakan. Karena seperti diriku, kalian lupa merasakan nestapa rakyat.
(J.L. Wejak, Melbourne: Saturday, 28 August 2021)
Post a Comment for " Suara Makam# Oleh J.L. Wejak"
Komentar