Huang Pan Moti', Bermain Congklak di Lembata Uji Ketelitian
RakatNtt.com - Pan moti’ atau dalam bahasa Indonesia disebut congklak. Huang pan moti’ atau bermain congklak merupakan salah satu jenis permainan tradisional yang ada di Kedang, khususnya di Desa Mahal, Omesuri, Lembata.
Huang pan moti', permainan yang menghibur para jompo |
Jenis permainan ini dimainkan oleh dua orang. Pada zaman dulu,
lubang (wuo’) pan moti’ dibuat langsung di atas tanah tetapi seiring
perkembangan zaman, lubang pan moti’ dibuat dalam pahatan kayu. Tempat
bermain biasanya di tempat teduh, entah di dalam rumah, di bawah pohon atau
yang lebih nayaman yakni dimainkan di dalam Ebang (lopo).
Pan Moti’ Terdiri atas 16 lubang dengan
rincian 14 lubang kampung kecil (wuo’ leu utun) dan dua lubang kampung besar
(wuo’ leu rian). Ada dua macam permainan pan moti’ yakni ka i’a (makan ikan)
dan keu leu (masuk kampung). Saat bermain, 14 lubang kecil diisi dengan
masing-masing 4 biji natu sedangkan dua lubang (leu rian) dibiarkan kosong. Dua
lubang itu sebagai tempat untuk menyimpan biji yang sudah dimakan saat bermain.
Ka I’a
Permainan pertama yakni ka i’a. Permainan ini menekankan ketelitian yang tinggi dari 2 orang pemain yang sedang bertarung. Cara permainannya ialah dua orang pemain pan moti’ mengisi 14 lubang moti’ – masing-masing pemain memiliki 7 lubang kecil atau leu utun – dengan masing-masing lubang empat biji natu.
Pemain pertama mulai bermain dengan mengambil empat
biji natu dari satu lubang miliknya kemudian membagikan biji natu miliknya itu
ke empat lubang lain dengan masing-masing lubang satu biji natu. Arah
permainnya ke lubang bagian kanan.
Kemudian, pemain kedua juga melakukan hal yang sama. Keduanya bermain bergantian. Jika salah satu pemain membagikan biji natunya dan sampai pada salah satu lubang milik lawannya yang sudah tersisa 3 biji natu di dalamnya, maka pemain itu akan menambahkan satu biji terakhir atau biji ke empat agar menggenapi tiga biji natu milik lawannya itu. Lubang tersebut akan terisi empat biji natu, dengan demikian, orang itu dinyatakan menang untuk satu kampung.
Ia mengambil empat biji itu dan simpan pada lubang
besar miliknya yakni Leu rian. Ia kemudian diberi kesempatan untuk melanjutkan
permainannya dengan mengambil empat biji natu pada lubang berikutnya untuk
dibagian lagi.
Permainan selanjutnya punya aturan yang sama hingga berakhir. Bagaimana melihat hasil akhirnya? Jika permainan pertama ini berakhir, maka kedua pemain itu akan mengisi lagi pada lubang milikinya dengan masing-masing empat biji.
Jika salah satu pemain punya jumlah biji natu lebih banyak dari lawannya, maka ia akan merampas lubang dari lawannya menjadi lubang miliknya. Hitungannya seperti ini; semula masing-masing pemain memiliki 28 biji natu dibagi ke dalam masing-masing lubang (sebanyak 7 lubang) dengan jumlah 4 biji.
Setelah permainan pertama, jika salah seorang memiliki jumlah biji natu meningkat, misalnya menjadi 32 biji natu, otomatis dia membutuhkan 8 lubang, padahal secara aturan yang adil ia hanya memiliki 7 lubang. Darimana ia dapat satu lubang lagi untuk mengisi empat biji natu yang tersisa? Jawabannya adalah ia harus mengambil alih satu wilayah atau lubang yang ia rampas dari lawannya.
Dengan demikian, orang yang menang pada permainnya pertama, akan mendapat 8 lubang saat melanjutkan permainan kedua, sedangkan lawannya akan memiliki jumlah lubang yang berkurang menjadi 6 lubang. Permainan yang sama dilakukan berulang-ulang sampai salah satu pemain berhasil merampas 6 lubang tersisa dari lawan mainnya menjadi miliknya.
Salah seorang dinyatakan menang mutlak jika dia
berhasil merebut 7 lubang milik lawannya sehingga hasil akhirnya ia memeroleh
14 lubang. Ia dinyatakan pemenang. Oleh karena itu, permainan ini cukup menguras pikiran dan waktu.