Usai Natal, Datanglah Pemilu 2024, Ini Catatan untuk Caleg
Oleh Rofinus Pati
RakatNtt.com - Perayaan Natal 2023 bagi umat Kristiani baru dilalui dan suasana di beberapa tempat masih terasa. Bagi kelompok atau paguyuban tertentu, akan ada acara Natal yang bisa digabungkan dengan Tahun Baru 2024 sebagai kesempatan berbagi kebahagiaan dan semakin merajut erat tali persaudaraan dan kekeluargaan di antara para anggota kelompok atau paguyuban.
Para calon wakil rakyat yang merayakan Natal tentu menjalankannya dengan penuh sukacita. Sebagai calon wakil rakyat, sukacita itu dicampur lagi dengan harapan besar akan terpilih dengan suara terbanyak dalam hajatan Pemilu legislatif pada tanggal 14 Pebruari 2024 yang akan datang. Impian ini adalah sesuatu yang wajar-wajar saja. Tidak dilarang.
Berhubung baru selesai merayakan Hari Raya Natal, kemudian akan menyambut Tahun Baru dan pemilihan legislatif, ada baiknya beberapa pertanyaan berikut ini dapat direfleksikan secara serius, jujur dan rendah hati oleh setiap calon wakil rakyat (terutama Wakil Rakyat yang sekarang sedang mengakhiri tahun kelima).
Apakah yang menjadi motivasi utama Anda untuk maju menjadi calon wakil rakyat? Apakah tergiur oleh gaji besar dan tunjangan lainnya? Apakah ada niat tulus dari Anda untuk melayani rakyat? Apakah Anda sungguh-sungguh mau bekerja dan berjuang dan rela berkorban demi rakyat? Apakah Anda sungguh menyadari bahwa mau menjadi wakil rakyat karena panggilan hati nurani yang tulus dan murni? Dan seterusnya.
Pertanyaan-pertanyaan di atas hanya dapat dijawab sendiri secara jujur dalam ruang hati oleh semua calon wakil rakyat yang akan dipilih rakyat Lembata. Hanya Anda, leluhur dan Tuhan yang mengetahui jawaban sebenarnya, tanpa topeng.
Bukan di Dua Dunia
Pemilihan wakil rakyat merupakan pesta demokrasi sekali dalam lima tahun. Rakyat melepaskan kerjanya selama satu hari, menggunakan hak pilihnya, memasuki TPS TPS dan memberikan suaranya kepada siapa yang mau dipercayakan sebagai wakilnya.
Setelah itu, rakyat kembali ke rumahnya masing-masing dan menekuni rutinitasnya lagi seperti biasa sambil menunggu hajatan yang sama lima tahun berikutnya. Demikian pula, para calon wakil rakyat yang terpilih seperti pergi ke dunia lain, yang terpisah dari dunia rakyat. Ya, mereka seperti pergi ke bulan dan rakyat di bumi.
Barangkali rakyat terlalu sibuk di kebun, di laut dan di lain tempat untuk memenuhi tuntutan hidup pribadinya, sehingga menyerahkan seluruh kepercayaan, aspirasi atau harapan kepada para wakilnya untuk mem(p)erjuangkan kepentingan secara umum sebagai rakyat.
Dengan nada menyindir, pemikir Betrand Russel mengingatkan kita bahwa kepercayaan rakyat seperti ini ibarat menyerahkan semua aspirasi dan harapannya kepada "naked power" (kekuasaan telanjang).
Betapa tidak! Sebagai salah satu bentuk kontrol, berapa banyak rakyat yang berbondong-bondong datang ke gedung DPRD untuk menyaksikan secara langsung para wakilnya bersidang tentang rakyat? Berapa banyak rakyat yang mencatat prestasi-prestasi wakilnya dalam perjuangan menegakkan kebenaran, keadilan dan kepentingan rakyat?
Apakah janji-janji wakil rakyat sebelum Pemilu diwujudkan atau tidak sama sekali? Mungkin rakyat berpikiran positif bahwa para wakil rakyat pasti berjuang untuk rakyat, meski hal ini ibarat jauh sate dari bara api.
Jika rakyat sungguh menyempatkan diri untuk hadir, maka mereka akan melihat dan menilai sendiri para wakilnya, siapa yang berbicara bahkan marah dan mengotot membela kepentingan rakyat, siapa yang hanya duduk diam saja, bahkan mengantuk dan tertidur, sehingga lima tahun berikutnya tidak perlu dipilih lagi.
Sebaliknya, dari pihak para wakil rakyat, berapa orang yang sungguh merasa sebagai wakil bahkan wali dari rakyat? Berapa banyak orang yang berani keluar dari zona nyaman untuk lantang berbicara demi kepentingan rakyat? Berapa banyak orang yang terpaksa diam saja berhadapan dengan sebuah kepentingan rakyat yang harus diwujudkan?
Lagi-lagi, butuh wakil rakyat yang berhati mulia untuk rakyat, yang siang malam berpikir tentang kepentingan rakyat sebab dirinya sudah terjamin dan perlu bernyali kuat untuk mengambil risiko demi rakyat. Prinsip yang harus diupayakan adalah "the greatest goodness for the greatest number" (kebaikan terbesar atau kebaikan sebesar-besarnya demi sejumlah terbesar orang).
Mengapa? Sebab, ternyata menyandang gelar wakil rakyat dan masuk ke dalam gedung DPRD justru masuk pada semacam 'dunia baru' yang menuntut penyesuaian diri sehingga banyak orang lelah dan kalah, lalu akhirnya diam saja untuk mencari aman. Di sana ada kepentingan partai, kepentingan pemimpin partai dan sebagainya. Kepentingan rakyat sering kali kandas oleh kepentingan lain dan rakyat sendiri tidak pernah tahu itu, apalagi para wakilnya sudah lupa bahwa suara rakyatlah yang mengantar mereka ke dalam gedung mewah.
Para wakil rakyat perlu merenungkan kata-kata Nicollo Machiaveli berikut ini: " Loyality to my party ends, when loyality to my people begins" (Ketaatan kepada partai saya berakhir, ketika ketaatan kepada rakyat saya dimulai). Pertanyaan kita adalah: Berapa banyak wakil rakyat yang terpaksa diam ketika harus berbicara tentang keadilan atau kepentingan rakyat, hanya karena kepentingan segelintir orang, kepentingan partai atau pemimpin partai? Hanya orang yang tidak membohongi suara hatinya yang bisa menjawabnya dengan jujur di hadapan dirinya, leluhur dan Allah.
Kita teringat kata seorang tokoh asal Argentina, tokoh yang dipuji sekaligus dikecam bernama Che Guevara yang berkata:
"Kalau Anda menyaksikan ketidakadilan (yang menimpa rakyat), lalu hatimu bergetar dan marah, maka Anda adalah kawan saya".
Pemberdayaan Rakyat
Untuk saat ini dan ke depan (meskipun sudah lama terlambat, namun daripada tidak pernah sama sekali), setelah memilih, rakyat perlu mengontrol para wakil yang dipilihnya, bila perlu dari Dapil masing-masing. Sesekali, bahkan sering mengikuti atau menonton sidang-sidang para wakilnya sehingga langsung mengamati dan menilai.
Rakyat yang cerdas dan terlibat aktif mengontrol para wakilnya, akan segera menyeleksi siapa-siapa yang patut dipilih lagi dan siapa-siapa yang cukup hanya lima tahun saja dan tidak perlu dipilih lagi. Suara mereka akan segera ditarik dari wakilnya tersebut.
Bahkan, rakyat yang cerdas akan mengikuti gerak langkah para wakilnya, akan mencatat dengan teliti poin-poin kepentingan rakyat yang sudah diperjuangkan oleh wakilnya dan itu akan menjadi prestasinya.
Kalau rakyat hanya memberikan suaranya satu kali dalam lima tahun dan baru bertemu lagi dengan wakilnya lima tahun kemudian atau hanya pada saat hari-hari raya (kalau sempat), maka rakyat tidak pernah tahu sepak terjang para wakilnya di dalam gedung rakyat. Syukurlah kalau wakilnya masih menyadari diri sebagai wakil dan wali dari rakyat dan memihak rakyat. Jika tidak, rakyat pun sudah tidak mengetahuinya.
Singkatnya, mekanisme kontrol rakyat terhadap para wakilnya perlu dibuat dan diintensifkan sehingga para wakilnya sungguh-sungguh berjuang demi kepentingan rakyat selama lima tahun sebelum dieliminasi untuk periode atau suksesi politik selanjutnya jika tidak menunjukkan itikad baik yang berpihak pada kepentingan rakyat.
Perayaan Natal sudah dilalui dan Tahun Baru akan segera dijelang. Sesudah itu, pemilihan legislatif pun akan segera digelar. Para calon wakil rakyat perlu masuk kembali dalam relung hatinya dan merenungkan secara jujur dan serius, apakah Anda siap menjadi wakil, bahkan wali rakyat, atau hanya tergiur dengan hal-hal sampingan saja?
Sebab, gedung rakyat sejatinya adalah gedung bermartabat, yang hanya ditempati oleh pendekar-pendekar berhati rakyat, yang tidak mau berkolusi dengan kekuasaan, kemewahan dan uang ***
Post a Comment for "Usai Natal, Datanglah Pemilu 2024, Ini Catatan untuk Caleg"
Komentar