Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

Apakah Ada Raja di Kedang, Lembata?

 


 

RakatNtt - Salah satu hal yang sering diperdebatkan oleh generasi muda Kedang, di Kabupaten Lembata yakni; apakah di Kedang ada raja? Merujuk pada beragam versi lisan yang berkembang, di Lembata dikenal hanya ada satu raja atau kerajaan yakni Raja Labala.

Lalu, bagaimana dengan status raja di  Kedang? Banyak versi lisan menegaskan bahwa di Kedang tidak ada raja tetapi hanya ada kapitan. Status Kapitan merupakan sebuah status pemimpin yag tidak berdiri sendiri tetapi berada di bawah kendali kolonial Belanda dan raja Sagu.

Tak dimungkiri bahwa sejarah kekuasaan masa lalu di Kedang, tak pernah terlepas dari kontrol raja Sagu dan Belanda. Antropolog seperti Barnes, mencatatnya cukup jelas. Barnes bahkan mencatat Rian Baraq di Kalikur sebagai raja Kedang. Salah satu narasumbernya adalah Mas Sarabiti, Kapitan Kedang terakhir.

Namun demikian, sebuah status kebesaran mesti mendapat pengakuan dari pihak lain. Menurut saya, status raja atau tidak bukan sesuatu yang penting dan urgen. Jika orang Kedang sudah mengatakan tak ada raja, bisa diterima karena kata raja juga bukan berasal dari Bahasa Kedang.

Jika ada orang yang tetap ngotot bahwa Rian Baraq adalah raja atau kapitan adalah raja, terserah saja. Intinya adalah harus ada dasar argumentasinya, dimulai dengan definisi tentang raja.

Jika kita mengikuti perdebatan di media sosial maupun menelusuri secara langsung, banyak orang Kedang yang tidak sepakat bahwa di Kedang ada raja tetapi Kapitan atau perwakilan raja Sagu dan Belanda. Hal ini diperjelas ketika ada pengumpulan upeti gading dan hasil alam kepada raja Sagu melalui Rian Baraq di Kalikur.

Oleh karena itu, sebagai generasi muda Kedang, saya menyarankan agar perdebatan tentang raja Kedang tak perlu dilanjutkan apalagi dipaksakan. Sebab akan melahirkan kontroversi yang tak berujung. Kita mestinya tetap menggunakan istilah lokal kita yakni Rian Baraq atau pemimpin.

Sebab jika kita tetap mempertahankan status raja akan menjadi tidak logis, mulai dari aspek bahasa hingga bukti-bukti historisnya. Barnes mencatat Sarabiti Lawe adalah Rian Baraq Kalikur pertama yang memulai pemerintahannya di Kalikur sejak tahun 1850. Artinya, Sarabiti Lawe bukan Rian Baraq Kedang melainkan Rian Baraq hanya untuk Kalikur.

Kepemimpinan awal mula ini dimulai dengan negosiasi melalui perkawinan dari keluarga Sarabiti Lawe dengan keluarga raja Sagu. Pertanyaannya, apakah Sarabiti Lawe adalah raja Kedang? Diangkat langsung oleh orang Kedang secara keseluruhan? Silahkan jawab sendiri!

Kedang secara umum atau mayoritas mengakui atau tunduk pada Rian Baraq sekitar tahun 1910-1915 bertepatan dengan terbentuknya 44 kampung atas paksaan Raja Sagu dan Belanda melalui Rian Baraq.

Dengan ketakutan dan tekanan Kolonialisme, orang Kedang terpaksa tunduk dan mengakui sebuah kekuasaan yang hegemonik. Hal ini harus diakui sebagai sebuah peristiwa sejarah.

Sebelum 44 kampung, belum ada pemimpin tunggal di Kedang. Rian Baraq bahkan baru memperluas kekuasaannya ke pedalaman dengan cara mengklaim setiap jengkal tanah yang ada bekas kaki kerbau sebagai miliknya.

Karena itu, mulai muncul perlawanan orang pedalaman yang dimotori oleh Sili Laka. Artinya, pada saat itu, orang pedalaman belum punya pemimpin tunggal. Mereka hidup masing-masing di kampung lama mereka dengan tenang sambil menikmati alam mereka.

Karena itu, perdebatan tentang status raja Kedang mesti didiskusikan dengan pikiran terbuka sambil membaca sejarah kekuasaan secara komrehensif dan utuh. Status raja tak boleh diklaim sepihak atau dipaksakan, tetapi mesti ada penelitian mendalam sampai pada sebuah kesepakatan umum agar ada versi yang bisa diterima oleh orang Kedang secara umum.

Bagi yang mengusung status raja Kedang mesti menyiapkan argumentasi kuat, mulai dari definisi, bahasa, sampai pada proses awal disebut sebagai raja; apakah status tersebut disokong oleh semua orang Kedang atau oleh orang luar Kedang?

 

Post a Comment for "Apakah Ada Raja di Kedang, Lembata?"