Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

Revitalisasi Nilai-nilai Budaya Kedang


 

Oleh: Elias Ledo Lelangrian


RakatNtt - Masyarakat Kedang di Kabupaten Lembata, sangat menyatu dengan nilai-nilai kebudayaan  dalam  kehidupan  bermasyarakat.  Nilai-nilai yang   menjadi  pedoman  dalam  berperilaku dan  beriteraksi  dengan  baik.

Salah satu kearifan lokal budaya Kedang  memiliki  potensi  untuk menjadikan budaya yang adil, makmur serta bermartabat dan beradab. Akan tetapi  realita  yang  terjadi  berbeda  jauh, kearifan  lokal tidak mampu diaktualisasikan dengan baik oleh generasi muda disebabkan   oleh   faktor   perkembangan   globalisasi.   Globalisasi menyebabkan  banyak nilai  dan  budaya  masyarakat  yang  mengalami  perubahan dengan  cara  kehilangan identitas (Vincensia, Ndepi, Dori: 2025).

Meluasnya budaya global membawa pengaruh dan dampak yang cukup  besar  terhadap  generasi  muda  sebagai  generasi  penerus. Generasi  muda  sekarang  mulai  meninggalkan tradisi-tradisi kebudayaan asli warisan nenek moyang. Produk-produk kebudayaan asli yang terhegemonisasi oleh pasar dan bernilai komersial,  dimana  globalisasi  membuat  ruang  dan  waktu  yang  semakin  sempit.

Pola  pikir  mayarakat Kedang   mulai  berubah,  pola  hidup  masyarakat  masa  kini dengan masa  dahulu  sangatlah  berbeda. Hal  ini  juga  dampak  dari arus  globalisasi dan sistem yang tidak kembali pada masa lalu, hingga habitus gengsi mulai melekat.

Kearifan  lokal  merupakan  hal  yang  sangat  penting  dalam  mengikat  dan mempererat kesatuan dan persatuan dalam kehidupan bermasyarkat. Kearifan lokal dapat  dijadikan  sarana  dalam  pengendalian  sikap,  perilaku  perbuatan  dalam kehidupan  sehari-hari.  

Pada saat  ini  keberadaan  kearifan  lokal  hanya  sebatas pengetahuan  karena masyarakat  kurang  memahami  nilai-nilai yang terkandung sehingga  dampaknya kearifan lokal mengalami pergeseran.

Di  wilayah  Kedang,  setiap desa,  nilai kearifan lokal mengalami perubahan sigfinikan dengan perkembangan zaman, yang mengakibatkan lunturnya nilai kepedulian, nilai religius, dan nilai keadilan (Tuto, Novariyanto: 2023)

Kedang hanya dihebokan dengan penganiayaan anak di bawah umur, tawuran anak muda di beberapa kampung yang dipengaruh alkohol, saling cibir-cibiran ibu-ibu konten kreator Fb-pro mulai dari urusan internal keluarga hingga ke publik yang dijadikan bahan menghasilkan uang. Bahkan ada informasi dugaan korupsi Dana Desa oleh Kades tertentu.

Menjadi pertanyaan, dimana nilai-nilai kebudayaan yang mencerminkan sikap, perilaku yang khas tentang keadilan dan jujur dalam kebijakan, bukankah budaya kita dilandasi dengan persatuan? Budaya yang membuat kita jadi bersaudara?

Mengapa kasih dan persaudaraan itu, hanya direalisasi dalam tenda pesta adat, kuburan orang mati, sambut baru, pernikahaan, antara belis? Mengapa tidak tercermin dalam hidup sehari-hari?

Kurangnya kebijakan pemerintah yang mengangkat nilai-nilai itu kembali, pemerintah yang hanya berurusan dengan adimistrasi dibandingkan mempertahankan budaya dengan menyelenggarakan seminar-seminar adat tentang kearifan lokal, nilai-nilai budaya, dan juga  diskusi-diskusi  tentang  kearifan  lokal yang dapat menggerakkan seluruh masyarakt untuk mendalami dan peduli terhadap budaya sendiri. Generasi muda harus didorong dengan nilai kearifan lokal, bukan dengan mengonsumsi tuak dan arak berlebihan.

Perubahan jaman yang semkain berkembang dengan hadirnya media sosial membuat orang lebih terobsesi dengan budaya luar. Kedang yang terkenal dengan alat musik tatong dan tenun, mulai mengalami kemunduran.

Para tetua adat yang selalu memberi nasehat dari meja makan, rumah adat, tetapi anak muda selalu fokus pada handphone dan urusan luar. Dulu cerita-cerita rakyat lokal masih diwariskan, kini mulai langka.

Warisan cerita tersebut sangat melekat namun semakin pudar dengan adanya tekonologi, orang tua mendiamkan anankya dengan Hp, sehingga cerita rakyat pun mulai hilang. Dulu kebiasaanya sebelum tidur orang tua selalu menguatkan iman anak-anak dengan menceritakan nilai-nilai yang terkandung dalam dongeng atau cerita rakyat.

Bukankah membentuk kepribadian anak perlu meresapi kembali cerita kuno ini guna melestarikan budaya dari pengaruh budaya tekonolgi?

Cerita dongeng jika dibacakan kepada anak-anak,  hal  ini  berkontribusi  pada  peningkatan  rasa  percaya  diri  mereka,  karena  nilai-nilai  yang terkandung dalam setiap dongeng dapat memberikan dampak positif. Seorang anak menyerap pesannya dengan lebih baik jika anak mempertimbangkan setiap dongeng secara kritis.

Pemerintah harus mencari solusi atas berbagai konflik yang sedang melanda masyarakat saat ini dan mempererat kembali hubungan sebagaimana warisan leluhur. Pemerintah perlu melibatkan aktif toko masyarakt adat dalam berurusan apapun, partisipasi aktif ini perlu dijunjung tinggi. Pemimpin yang hadir dari masyarakat unutk masyarakat ini, wajib menyiptakan lingkungan yang kondusif, tegak kembali pihak keamanan agar memberi solusi alternatif bagi para pemabuk. Mereka harus diberi uang. 

Sebagai masyarakat dan pemerintah ada dua sisi yang harus ditegaskan untuk melestarikan kearifan lokal yakni masyarakat adat dan keluarga perlu menuturkan nilai-nilai adat kepada, anak-anak sehingga mereka mengetahui cerita warisan budaya dan kearifan lokal dan warisan leluhur.

Pemerintah harus  memperkuat  struktur kelembagaan  adat  supaya  melalui struktur lembaga-lembaga adat dapat tetap menjaga nilai-nilai kearifan lokal seperti hukum-hukum  adat, seni  budaya yang ada di Kedang.

Pendidikan pun mesti  mengakat nilai-nilai kebudayaan lokal kita. Pendidikan diharapkan dapat menyelesaikan persoalan konflik yang terjadi ini, pendidikan harus mampu memberikan tawaran-tawaran yang mencerdaskan dan mampu menyadarkan masyarakat akan pentingnya sikap toleran  serta saling menghormati, hingga nilai-nilai tersebut dapat diwariskan kepada generasi yang akan datang.

 

 

Post a Comment for "Revitalisasi Nilai-nilai Budaya Kedang"