Kritik Pemerintah Desa melalui Medsos
RakatNtt - Kita mungkin sering mendengar ajakan dari Pemerintah Desa untuk sopan santun dalam mengkritik. Sopan santun yang mereka maksudkan adalah kritik tidak boleh di Medsos karena kita semua adalah warga desa; datang omong baik-baik di Kantor Desa. Sekilas terdengar sangat arif tetapi di balik sebuah narasi semacam itu ada hal-hal yang tidak beres.
Pertama, kita menjadi tidak transparan. Salah satu
faktor pendukung kemajuan di Desa adalah transparansi. Penggunaan anggaran
untuk pembangunan harus benar-benar transparan disampaikan kepada masyarakat. Merahasiakan
penggunaan anggaran misalnya, akan membuat kita terkaget-kaget ketika melihat
fasilitas yang dibangun terasa tak sesuai dengan anggaran yang digunakan. Kita kaget
karena sejak awal kita tak tahu soal anggaran tersebut.
Dengan demikian, transparansi harus berada di depan agar masyarakat bisa menguji data yang disodorkan Pemerintah Desa.
Namun, kembali pada judul tulisan ini, membuat
kita pesimis untuk memberikan pendapat atau kritik di Medsos. Kita menjadi ragu
memberikan kritik terbuka karena sudah pasti setelahnya kita akan dibenci,
digosip dan tidak ditegur atau relasi sebagai warga satu Desa bisa retak. Ini adalah
konsekuensi.
Kedua, bukan kritik sopan melainkan kesepakatan rahasia. Melarang warga memberikan kritikan terbuka di medsos akan melahirkan pertanyaan baru. Mengapa kritik harus datang ke Kantor Desa? Padahal, medsos adalah salah satu wadah terbaik dan relevan dengan tuntutan zaman.
Maka, ketika ada kritikan yang disampaikan lewat medsos, Pemerintah Desa juga diharapkan memberikan respons melalui medsos untuk meluruskan sebuah soal yang sedang membingungkan publik. Namun, ketika kita dilarang dan dituntut “omong bae-bae” di Kantor Desa, di situlah tak ada transparansi dan berpotensi melahirkan kesepakatan rahasia alias godaan setan.
Maka, menurut saya untuk mengontrol sebuah pembangunan di Desa, peran kaum milenial atau kaum muda menjadi yang utama sebagai mayoritas pengguna Medsos. Menyampaikan keluhan dan pikiran, kritik lewat medsos untuk kebaikan bersama di Desa harus dilakukan dengan berani.
Dengan begitu, sebuah diskusi bisa terbangun dan
siapa saja tanpa dibatasi ruang, waktu dan tempat, bisa berpartisipasi dalam
diskusi medsos, terlebih mereka yang berada di luar Desa. Hal lainnya, jika
Pemerintah Desa sepakat dengan ini, maka setiap Desa mestinya menyiapkan FB
Pronya sebagai wadah penyalur informasi publik tercepat. Hal ini penting, siapa
tahu bisa dapat banyak pengikut dan dolar.
Post a Comment for "Kritik Pemerintah Desa melalui Medsos "
Komentar